Keseruan Warga Jateng Rayakan Lebaran 2024, Bagi-Bagi Ketupat Berisi Taoge hingga Lebaran Sapi
Masyarakat Jawa Tengah punya beragam cara merayakan Lebaran
Masyarakat Jawa Tengah punya beragam cara merayakan Lebaran
Keseruan Warga Jateng Rayakan Lebaran 2024, Bagi-Bagi Ketupat Unik hingga Lebaran Sapi
Masyarakat di Indonesia merayakan Lebaran dengan caranya masing-masing. Begitu pula dengan warga Jawa Tengah, mereka punya beragam tradisi perayaan Lebaran.
-
Gimana ketupat bisa jadi simbol Lebaran? Dalam tradisi Jawa, ketupat berasal dari kata kupat yang punya beberapa makna, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (4 tindakan). 4 tindakan yang dimaksud juga berhubungan dengan nilai-nilai Islam, lho.
-
Apa makna ketupat di Lebaran? Dalam tradisi Jawa, ketupat berasal dari kata kupat yang punya beberapa makna, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (4 tindakan).
-
Kapan Lebaran Ketupat dirayakan? Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal, dan ditandai dengan memakan ketupat.
-
Kenapa ketupat jadi simbol Lebaran? Pemilihan ketupat nggak dilakukan dengan sembarangan. Makanan ini dinilai punya makna filosofis yang cocok dengan momen Lebaran.
-
Kenapa ketupat jadi makanan khas lebaran? Ketupat jadi salah satu hidangan wajib ada di hari raya Idul Fitri. Yup, makanan ini sering banget menggantikan nasi putih biasa sebagai teman pendamping aneka menu khas Lebaran, seperti opor ayam, rendang, sambal kentang ati, dan banyak lagi yang lainnya.
-
Mengapa ketupat menjadi menu wajib saat lebaran? Ketupat sudah menjadi menu wajib dan tradisi turun-temurun umat Islam saat hari raya lebaran, baik saat Idul Fitri maupun Idul Adha.
Di Desa Wonosekar, Kecamatan Gembong, Pati, Jawa Tengah, ada tradisi kenduri seribu ketupat. Dalam tradisi ini, ribuan ketupat diperebutkan warga karena dipercaya bisa mendatangkan berkah.
Gunungan yang berisi ketupat dan lepet terlebih dahulu diarak keliling desa. Setelah itu ketupat dan lepet didoakan, dan kemudian dimakan bersama oleh warga.
Ketupat dan lepet yang diarak berasal dari sumbangan swadaya warga. Satu kepala keluarga menyumbang 10 ketupat dan 5 buah lepet.
“Intinya kami ingin mengajak warga untuk bisa lebih menjalin tali silaturahmi antara satu dengan yang lain,” kata Muh Zaenuri, Kepala Desa Wonosekar.
Tradisi Lebaran Sapi
Sementara itu dari Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, ada tradisi unik yaitu Lebaran sapi. Puluhan sapi memenuhi jalan kampung dan semua sapi mengenakan kalung ketupat.
Tradisi Lebaran ketupat sendiri digelar rutin oleh warga sepekan setelah Idulfitri dengan cara mengarak sapi berkeliling dusun. Sebelum diarak sapi dimandikan, diberi wewangian, dan kemudian diberi kalung ketupat.
Acara semakin meriah karena arak-arakan diawali dengan gunungan hasil bumi dan berbagai kesenian. Tak ketinggalan, ratusan warga ikut serta dalam acara tersebut dengan membawa ketupat.
Acara Lebaran sapi dimulai dengan doa bersama dan kenduri di sepanjang jalan utama.
Setelah kenduri selesai, warga yang mayoritas beternak sapi mengajak sapi mereka ke jalan utama dan dipertemukan dengan sapi-sapi lainnya.
Sapi kemudian diarak keliling kampung dengan jarak 1,5 km diiringi musik gamelan. Setelah itu para sapi diberi makan ketupat.
Bagi warga Desa Seruni, tradisi seperti ini dipercaya bisa memperlancar rezeki. Tradisi ini juga merupakan wujud syukur dari Tuhan yang maha Kuasa karena telah memberi rezeki berupa sapi yang mereka pelihara. Tradisi ini sudah digelar setiap tahun sejak tahun 1951 lalu untuk sarana silaturahmi warga dan ternak.
Di Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, ada tradisi unik yaitu bagi-bagi ketupat taoge. Warga di sana membagi ketupat berisi taoge yang diberi nama “ketupat jembut”.
Tradisi syawalan itu sudah dilaksanakan secara rutin sejak tahun 1950-an. Saat itu warga Pedurungan pulang dari daerah pengungsian di Demak dan Grobogan setelah perang kemerdekaan.
Pada saat itu, warga masih kesulitan ekonomi sehingga syawalan diadakan seadanya dengan makan ketupat.
“Ketupat yang sudah dibelah tengahnya itu, karena sederhana dan belum ada apa-apa diberi taoge dan sambal. Awalnya dulu nggak ada namanya. Karena perkembangan zaman orang-orang memberi nama ‘ketupat jembut’ dan beberapa nama lainnya,”
kata Munawir, Imam Masjid Roudhotul Muttaqin, Pedurungan.