Sederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal
Ada banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Ada banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Sederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal
Bulan Ramadan tinggal menghitung hari. Masyarakat menyambut bulan yang suci itu dengan penuh suka cita.
Masyarakat di Jateng sambut Bulan Ramadan dengan beragam cara. Ratusan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten menyambut Bulan Ramadan dengan mengadakan kirab budaya dan tradisi Sadranan.
Acara itu diadakan pada Selasa (27/3). Kirab budaya dimulai dari rumah salah seorang warga dengan mengarak dua buah gunungan setinggi 1 meter. Gunungan-gunungan itu berisi sayuran dan jajanan pasar.
-
Bagaimana cara warga Indramayu menyambut Ramadan dengan tradisi Ngunjung? Acara ini menjadi salah satu penanda bagi masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Biasanya, makam-makam di perdesaan akan menjadi ramai saat warga mengadakan tradisi Ngunjung.
-
Apa yang unik dari tradisi ramadan di Indonesia? 'Meski terbiasa melihat komunitas Muslim di Manila (Filipina), kemeriahan tradisi berpuasa lebih terasa ketika saya berada di Indonesia,' katanya, Jumat (5/4) mengutip ANTARA.
-
Kenapa Bleduran jadi tradisi Ramadan di Betawi? Konon, bleduran sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi hiburan rakyat yang murah meriah.
-
Apa yang dilakukan masyarakat Betawi saat Iduladha? Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran“. Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara.
-
Siapa saja yang merasakan keunikan tradisi Ramadan di Indonesia? Sejumlah mahasiswa asing yang tengah belajar di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, mengaku menikmati momen Ramadan tahun ini.
-
Apa yang dilakukan warga Jateng untuk nobar? Pada momen ini, lapisan masyarakat dari berbagai daerah di Tanah Air menggelar acara nonton bareng (nobar), begitu pula warga di Provinsi Jawa Tengah. Mereka rela bergadang dan berkumpul di titik-titik nobar untuk bisa merasakan keseruan dan menjadi saksi sejarah atas lolosnya Timnas Indonesia U-23 ke semifinal Piala Asia.
Selain itu, warga juga membawa 70 tenongan atau wadah bambu yang berisi buah-buahan. Mereka kemudian berjalan kaki menuju kompleks pemakaman setempat. Setelah berdoa bersama, ratusan warga saling berebut gunungan dan tenongan.
“Acara ini memang digelar setiap tahun. Di dalamnya ada buah, ada sego liwet. Warga yang mendapatkannya boleh makan di tempat atau dibawa pulang. Semua itu demi keberkahan di kampung kami,” kata Rahmat Arifin, tokoh masyarakat setempat.
Kegiatan sadranan itu diikuti mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Selain berbagi keberkahan, acara itu juga menjadi ajang silaturahmi dan momen untuk mendoakan para leluhur.
Grebeg Gunungan di Banjarnegara
Selain di Klaten, acara grebeg gunungan juga digelar di Banjarnegara. Selain guna menyambut Ramadan, acara grebeg gunungan ini juga digelar dalam rangka memperingati hari jadi ke-453 Kabupaten Banjarnegara.
Berbagai gunungan berisi buah-buahan, sayur mayur, serta palawija diarak keliling pusat Kota Banjarnegara. Tapi yang mencuri perhatian adalah gunungan yang tersusun dari ribuan buku bacaan.
Foto: YouTube Liputan6
Tanpa ragu warga berebut gunungan yang berisi sayur mayur dan buku bacaan itu. Mereka percaya bila berhasil membawa sajian dari gunungan, mereka akan mendapat berkah kehidupan.
“Ini saya dapat buku buat dibaca-baca. Semoga Banjarnegara makin sukses, makin maju, dan petaninya juga semakin maju,” kata Komsiatun, salah seorang warga yang berebut gunungan itu.
Nikah Massal di Magelang
Jelang bulan Ramadan, Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) menggelar acara nikah massal unik di Magelang. Proses ijab Kabul dilakukan kedua pengantin serta penghulunya di atas motor trail.
Ketua Fortais Ryan Budi Nuryanto menjelaskan bahwa motor trail adalah kendaraan yang selalu siap melalui jalan dengan berbagai medan.
“Harapannya, pasangan pengantin ini akan membina keluarga yang Sakinah dalam kondisi ekonomi apapun,” kata Budi dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Jumat (1/3).
Foto: YouTube Liputan6
Para pasangan pengantin sendiri tidak tahu kalau mereka akan melangsungkan pernikahan di atas motor trail. Konsep nikah unik ini justru menjadi kejutan yang menggembirakan bagi mereka.
“Alhamdulillah saya nggak nyangka kalau acaranya bakal semeriah ini dan bagi saya ini Istimewa sekali. Saya sama sekali nggak tahu kalau bakal di atas motor trail kayak gini,” kata Sri Wahyuni, salah seorang mempelai yang menikah dalam acara itu.