Bleduran Jadi Permainan Anak-anak Betawi Khas Ramadan, Konon Terinspirasi Meriam di Zaman Belanda
Konon anak-anak Betawi dulu sering melihat meriam Belanda dan mempraktikkan cara menggunakannya di bleduran.
Konon anak-anak Betawi dulu sering melihat meriam Belanda dan mempraktikkan cara menggunakannya di bleduran.
Bleduran Jadi Permainan Anak-anak Betawi Khas Ramadan, Konon Terinspirasi Meriam di Zaman Belanda
Duuaaarrrr…..duuuaaaarrrrr! begitu kiranya suara permainan tradisional Betawi khas Ramadan bernama Bleduran.
Permainan ini disulut oleh anak-anak untuk memeriahkan momen ngabuburit, sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba.
-
Apa yang dilakukan masyarakat Betawi saat Iduladha? Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran“. Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara.
-
Bagaimana cara orang Betawi merayakan Iduladha? Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran“. Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara.
-
Apa tradisi unik Bengkulu sambut Lebaran? Masyarakat muslim di Bengkulu punya tradisi unik yang bernama bakar gunung api.
-
Kapan tradisi Nyambat di Betawi populer? Tradisi ini sebelumnya sempat popular sejak puluhan tahun silam oleh kalangan warga Betawi setidaknya sampai tahun 1950-an.
-
Apa makna tradisi Nyambat di Betawi? Namun tradisi Nyambat yang dimiliki warga Betawi bukanlah bentuk ekspresi kekesalan maupun mengeluh, melainkan sebuah aktivitas sosial gotong royong.
-
Dimana ketapel Betawi dimainkan? 'Dahulu di Jakarta masih banyak lahan kosong, sehingga anak-anak leluasa bermain ketapel,' kata pelestari ketapel asal Condet, Rizal Fadilah.
Diperlukan sebilah bambu besar untuk memainkan bleduran. Batang bambu tersebut lantas diberi karbit serta sedikit air atau minyak tanah, untuk menghasilkan penguapan.
Hasil dari reaksi dua zat tersebut mampu mengeluarkan ledakan yang seru untuk disaksikan.
Warga di pinggiran Kota Jakarta masih mempertahankan tradisi turun temurun ini. Konon, bleduran sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi hiburan rakyat yang murah meriah. Berikut selengkapnya.
Terdapat Jam Khusus untuk Bermain Bleduran
Mengutip laman Pemprov DKI Jakarta, bleduran sebenarnya tak bisa dimainkan sembarangan. Warga atau anak-anak akan memulai tradisi ini setelah salat asar, atau di waktu ngabuburit menunggu waktu berbuka.
Namun tak jarang bleduran dimainkan setelah salat tarawih, sampai menjelang sahur tiba. Ini jadi cara anak-anak setempat menikmati suasana malam di bulan Ramadan sembari menunggu giliran mengaji di masjid.
Walaupun menimbulkan ledakan, namun suaranya tidak begitu besar dan masih terbilang aman di telinga.
Dimainkan di Lahan Kosong
Di masa silam, wilayah Jakarta masih dipenuhi lahan-lahan kosong. Lokasi inilah yang dijadikan tempat untuk bermain bleduran oleh anak-anak Betawi.
Tanah-tanah kosong ini biasanya berupa lapangan desa, sekitar area masjid, lahan persawahan sampai kebun milik warga.
Permainan bleduran juga bisa menarik minat banyak masyarakat, sehingga ramai didatangi warga yang penasaran dengan permainan tradisional tersebut.
Cara Bermain Bleduran
Merujuk majalah digital Jakita, terdapat sejumlah tata cara untuk bermain bleduran. Pertama bisa disiapkan bambu yang sudah tua berdiameter 10 sampai 17 sentimeter, serta panjang 1 meter.
Pastikan bagian belakang bambu tertutup, lalu dilubangi bagian atasnya. Setelah siap, masukan beberapa buah potongan karbit kecil beserta sedikit air atau minyak tanah.
Kemudian tutup lubang depan dengan kain dan tunggu beberapa saat. Setelah kurang lebih 5 menit, lubang di belakang bambu bisa disulut oleh api dari kayu panjang yang dibakar agar lebih aman saat memainkannya.
Tidak ada yang tahu persis kapan bleduran pertama kali ditemukan. Ini karena permainan ini sudah identik dengan masyarakat Betawi secara turun temurun, dan asal usulnya hanya berdasarkan informasi secara lisan.
Terinspirasi dari Meriam Belanda
Namun menurut salah satu seniman Betawi, Didit, bleduran diperkirakan sudah dimainkan anak-anak di masa penjajahan. Ini bisa dilihat dari kemungkinan anak-anak saat itu yang banyak menyaksikan meriam untuk penunjang perang Belanda.
Secara bentuk, Bleduran juga mirip dengan meriam yang berbentuk memanjang dan mengarah sedikit vertikal.
“Karena dulu meriam Belanda biasa dilihat anak-anak, jadi dimungkinkan terinspirasi dari situ,” terang pemerhati seni yang kini berusia 61 tahun itu.