Cara Orang Betawi Merayakan Iduladha, Masak Menu Tradisional sampai Jadi "Haji Gusuran"
Bagi masyarakat Betawi, lebaran haji atau hari raya Iduladha sama sakralnya dengan Idulfitri sehingga tak ingin dilewatkan begitu saja.
Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran”.
Cara Orang Betawi Merayakan Iduladha, Masak Menu Tradisional sampai Jadi "Haji Gusuran"
Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara. Di hari itu, anggota keluarga Betawi saling berkumpul dan bercengkrama. Mereka juga akan mendoakan saudara yang tengah menunaikan ibadah di tanah suci. Bagi masyarakat Betawi, lebaran haji atau hari raya Iduladha sama sakralnya dengan Idulfitri sehingga tak ingin dilewatkan begitu saja.
-
Bagaimana Nasi Uduk Betawi dibuat? Proses pembuatan nasi uduk membuatnya lebih kaya rasa dibandingkan nasi biasa.
-
Bagaimana cara merayakan Idul Adha? Di waktu istimewa ini, saling berbagi ucapan menjadi hal yang tak boleh dilewatkan.
-
Bagaimana cara membuat nasi uduk Betawi? Beras yang sudah dicuci, dimasukkan ke dalam alat masak dengan bumbu kayu manis, kembang pala, cengkeh, batang serai dan santan murni.
-
Kenapa Bleduran jadi tradisi Ramadan di Betawi? Konon, bleduran sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi hiburan rakyat yang murah meriah.
-
Bagaimana cara orang Betawi memasak ikan bandeng? Dalam lama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), ikan bandeng akan dimasak sesuai selera lidah orang Betawi yakni pindang.
Memasak menu tradisional
Mengutip buku “Betawi Tempo Doeloe” oleh Abdul Chaer, masyarakat Betawi memiliki kebiasaan memasak saat hari raya Iduladha. Berbeda dengan membuat makanan sehari-hari, menu yang disajikan begitu spesial dan hanya tersaji dua kali sepanjang tahun. Beberapa menu yang dimasak antara lain ketupat, sayur laksa, opor ayam, semur daging sampai sambal godog. Sayur laksa sendiri tidak harus berbahan mi bihun. Orang Betawi bisa mengisinya dengan ayam, udang dan tahu yang disiram kuah santan kental. Sementara sambal godog merupakan sejenis sayur santan berisi potongan kacang panjang, dengan unsur cabai merah yang kuat.
Wajib ada ketupat
Bagi masyarakat Betawi, ketupat menjadi unsur yang tak boleh ditinggal di perayaan Iduladha. Masing-masing keluarga akan menyediakan ketupat sebagai pengganti nasi. Ini dianggap lebih praktis, dan cocok disandingkan dengan menu opor, semur daging dan sambal godog. Ketupat sendiri memiliki makna akhir yang baik, artinya setelah menjalankan puasa arofah, warga setempat akan mengawali hari kemenangan dengan memakan ketupat. Filosofi ini serupa saat hari raya Idulfitri. Selain itu, dengan adanya ketupat, hari raya Iduladha juga semakin spesial karena bisa turut disajikan kepada sanak saudara yang datang berkunjung.
Melaksanakan puasa
Merujuk laman Dinas Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, sebelum merayakan Iduladha, masyarakat Betawi akan turut menjalankan puasa sunah pada dua hari sebelum tanggal 10 Dzulhijah. Puasa yang dilakukan adalah Tarwiyah dan Arofah, yang masing-masing dilakukan pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijah. Ini yang kemudian memunculkan istilah lebaran haji bagi komunitas masyarakat Betawi di pinggiran Jakarta. Tak berbeda dengan masyarakat lain, orang Betawi juga akan menyiapkan hewan kurban untuk dibawa ke masjid setelah salat Id dan disembelih untuk dibagikan dagingnya kepada kalangan yang membutuhkan.
Kebiasaan unik terakhir masyarakat Betawi adalah menjadi “Haji Gusuran” sebelum momen hari raya Iduladha. Mengutip laman Seni Budaya Betawi, Haji Gusuran merupakan istilah di mana orang-orang Betawi yang memiliki banyak tanah pribadi akan mulai dijual satu per satu sebelum hari raya Iduladha. Uangnya akan digunakan untuk ongkos keberangkatan haji. Istilah gusuran datang dari tanah pribadi yang dijual, lalu digusur untuk dibeli oleh pihak lain, demi menuntaskan keinginan untuk berangkat ke tanah suci.