Potret Serunya Hajad Dalem Garebeg Besar Keraton Yogyakarta, Ada Arak-Arakan Gajah hingga Tumpeng Raksasa
Dalam waktu singkat, isi gunungan tumpeng habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.
Dalam waktu singkat, isi gunungan tumpeng habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.
Potret Serunya Hajad Dalem Garebeg Besar Keraton Yogyakarta, Ada Arak-Arakan Gajah hingga Tumpeng Raksasa
Pada tahun 2024 ini, Keraton Yogyakarta kembali mengadakan acara Garebeg Besar. Acara ini digelar pada Selasa (18/6) di empat lokasi berbeda yakni Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Kepatihan, dan Ndalem Mangkubumen.
-
Apa bentuk Segarayasa di Keraton Surakarta? Saat pindah ke Keraton Surakarta, pihak keraton juga mendirikan danau buatan yang dinamakan Tamansari Bandengan. Lokasinya berada di barat Sasana Narendra atau Ndalem Nganjrah Sari. Tamansari Bandengan dibangun pada tahun 1750. Bentuknya persegi panjang dengan kolam air di tengahnya.
-
Dimana Segarayasa di Keraton Kotagede? Memasuki era Mataram Islam, tradisi Segarayasa dimulai lagi dan diterapkan di Keraton Kotagede.
-
Siapa yang membangun Keraton Yogyakarta? Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta.
-
Siapa yang membangun Segarayasa di Keraton Yogyakarta? Saat Pangeran Mangkubumi membangun Keraton Yogyakarta, ia juga membangun dua buah danau buatan dengan sebuah pulau dan istana di tengahnya.
-
Apa itu jangkar raksasa di Vihara Dewi Welas Asih? Jangkar ini memiliki berat hingga 3 ton. Dikenal sebagai daerah pelabuhan, menjadikan Kota Cirebon sebagai daerah yang strategis didatangi oleh penjajah.
-
Apa yang dilakukan sapi kurban di Yogyakarta? Viral Sapi Kurban Ngamuk di Jogja, Seruduk Orang dan Rusak Rumah Warga Sapi kurban dikabarkan mengamuk di wilayah Yogyakarta. Akibatnya satu orang diseruduk dan satu bangunan rusak.
Dikutip dari Instagram @humasjogja, 50 ubarampe pareden gunungan diterima langsung oleh Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono di Pendopo Wiyata Praja, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
Ubarampe pareden yang diterima berwujud rengginang dan tlapukan bintang yang memiliki lima warna.
Dalam sambutannya saat menerima ubarampe pareden, Beny menyampaikan, atas nama Pemerintah Daerah DIY, menyambut para tamu, abdi dalem dan para prajurit Bregada Keraton yang mengantar ubarampe pareden gunungan.
Dalam acara itu, ada gunungan tumpeng yang dibagikan pada masyarakat. Arak-arakan empat ekor gajah serta bregada Dragunder dan bregada Plangkir mengawal gunungan Kakung dari Keraton Yogyakarta hingga tiba di Pura Pakualaman pada pukul 11.00 WIB.
Gunungan yang diarak berkeliling merupakan simbol rasa syukur Keraton Yogyakarta atas berkah Yang Maha Kuasa sekaligus dapat mendekatkan hubungan, baik antara manusia dan Tuhan maupun antar manusia.
Tiba di Halaman Pura Pakualaman, gunungan Kakung diserahkan utusan dalem Keraton Yogyakarta yaitu KRT. Wijaya Pamungkas, KRT. Wiroguno da KMT. Purahadiparwoto kepada perwakilan Pura Pakualaman, Penghageng Kapanitran KRT Projoanggono.
Usai diserahterimakan dan didoakan, GKBRAA Paku Alam mewakili Kadipaten Pura Pakualaman terlebih dulu mengawali mengambil ubarampe pareden gunungan tersebut.
Tak lama kemudian, gunungan Kakung kembali dibawa keluar menuju Alun-alun Pura Pakualaman untuk dibagikan kepada masyarakat yang telah dengan setia dan sabar menunggu prosesi upacara tersebut.
Dalam waktu singkat, isi gunungan atau ubarampe pareden gunungan tersebut ludes alias habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.