Jadi Salah Satu Sajian Lebaran, Ini Makna Filosofis Hidangan Lepet
lepet menjadi salah satu kudapan yang diperkenalkan Sunan Kalijaga. Biasanya lepet disajikan pada tanggal 1 Syawal.
Lepet menjadi salah satu kudapan yang diperkenalkan Sunan Kalijaga. Biasanya lepet disajikan pada tanggal 1 Syawal.
Jadi Salah Satu Sajian Lebaran, Ini Makna Filosofis Hidangan Lepet
Dalam tradisi Lebaran, biasanya ada sajian makanan yang cukup familiar yaitu ketupat dan lepet. Lepet sendiri bentuknya mirip ketupat.
-
Apa makna ketupat di Lebaran? Dalam tradisi Jawa, ketupat berasal dari kata kupat yang punya beberapa makna, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (4 tindakan).
-
Kenapa ketupat jadi makanan khas lebaran? Ketupat jadi salah satu hidangan wajib ada di hari raya Idul Fitri. Yup, makanan ini sering banget menggantikan nasi putih biasa sebagai teman pendamping aneka menu khas Lebaran, seperti opor ayam, rendang, sambal kentang ati, dan banyak lagi yang lainnya.
-
Gimana ketupat bisa jadi simbol Lebaran? Dalam tradisi Jawa, ketupat berasal dari kata kupat yang punya beberapa makna, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (4 tindakan). 4 tindakan yang dimaksud juga berhubungan dengan nilai-nilai Islam, lho.
-
Kenapa ketupat jadi simbol Lebaran? Pemilihan ketupat nggak dilakukan dengan sembarangan. Makanan ini dinilai punya makna filosofis yang cocok dengan momen Lebaran.
-
Mengapa ketupat menjadi menu wajib saat lebaran? Ketupat sudah menjadi menu wajib dan tradisi turun-temurun umat Islam saat hari raya lebaran, baik saat Idul Fitri maupun Idul Adha.
-
Apa makna dari "Ngaku Lepat" dalam ketupat? Ngaku lepat punya arti mengakui kesalahan. Ngaku lepat diimplementasikan saat lebaran dalam bentuk sungkeman di hadapan orang tua. Sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun atau meminta maaf. Ngaku lepat juga berbentuk saling mengakui dan memaafkan kesalahan satu sama lain.
Dilansir dari Liputan6.com, konon lepet menjadi salah satu kudapan yang diperkenalkan Sunan Kalijaga. Biasanya lepet disajikan pada tanggal 1 Syawal.
Namun di beberapa daerah yang merayakan tradisi Syawalan seperti Jepara, Demak, dan Solo, lepet disajikan pada tanggal 8 Syawal atau satu minggu setelah Idulfitri.
Keberadaan lepet sendiri tak lepas dari munculnya tradisi Lebaran ketupat. Tradisi ini murni berasal dari tanah Jawa, yaitu sejak pemerintahan Pakubuwono IV. Sama halnya dengan tradisi halal bi halal, tradisi Lebaran Ketupat tidak ditemukan di negara lain selain Indonesia.
Saat hari Lebaran ketupat tiba, biasanya warga membawa makanan khas ketupat dengan lauk opor ayam. Makanan itu nantinya akan disantap bersama-sama dengan kerabat.
Makanan ketupat inilah yang menjadi ciri khas saat Lebaran tiba. Saat itu, hampir di tiap keluarga pada masyarakat Jawa akan menghidangkan suguhan ketupat dengan lauk opor ayam dan sambal goreng.
Selain ketupat, ada pula lepet yang juga disajikan saat Lebaran. Kata “lepet” berasal dari kata “silep” yang berarti “kubur atau simpan” dan “rapet” yang berarti “rapat”.
Peribahasa yang terkenal tentang makanan ini adalah “mangga dipun silep ingkang rapet” yang berarti “mari kita kubur yang rapat”.
Selain itu, lepet juga menjadi simbol kesucian dan kebersihan. Untuk itu makanan ini banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai gantungan di depan rumah untuk mengusir hal-hal negatif.
Dilansir dari Liputan6.com, kuliner ini terbuat dari beras ketan ditambah dengan kelapa muda parut dan sedikit garam. Kemudian dibungkus dengan daun kelapa muda atau janur dan direbus hingga matang. Lepet mirip dengan lember dan lontong meskipun perbedaan teksturnya lebih liat dan lengket.
Bentuk lepet sangat unik karena menyerupai mayat. Lepet juga diberi tali tiga melingkar seperti pembungkus jenazah. Inilah yang mempertegas bentuknya yang menyerupai mayat.
Selain itu, lepet memiliki tekstur yang lengket. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ini adalah simbol manusia agar tak luput dari kesalahan. Diharapkan dengan adanya lepet, tumbuh sifat saling memaklumi dan memaafkan kesalahan satu sama lain.