Daya Pikat Seni Ronggeng Amen Khas Pangandaran, Mampu “Hipnotis” Siapapun untuk Joget
Kesenian ini berkembang di Pangandaran dan Cianjur selatan sejak 1992.
Kesenian ini berkembang di Pangandaran dan Cianjur selatan sejak 1992.
Daya Pikat Seni Ronggeng Amen Khas Pangandaran, Mampu “Hipnotis” Siapapun untuk Joget
Seni ronggeng amen khas Kabupaten Pangandaran dan Ciamis, Jawa Barat biasanya dimainkan oleh tiga sampai lima perempuan berbusana kebaya Sunda. Mereka melakukan gerakan tari mengikuti lantunan musik tradisional yang mengalun halus.
Kesenian ini menjadi warisan nenek moyang khas pesisir selatan Jawa Barat yang ditampilkan dalam acara kebudayaan. Pola tarinya pun khas, dan fokus di gerakan tangan dan kaki secara perlahan.
-
Apa ciri khas Ronggeng Bugis? Kesenian ini dilakukan oleh kaum laki-laki yang berdandan layaknya perempuan.
-
Apa keunikan Tari Pisang Jambi? Jambi memiliki beragam kesenian tradisional yang sampai ini masih terus dilestarikan, salah satunya Tari Pisang. Tari Pisang merupakan tarian yang lahir dan populer di Desa Air Batu, Kecamatan Tanah Pemberap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
-
Bagaimana gerakan Jaranan Pegon? Gerakan Jaranan Pegon dilakukan dengan lincah, dinamis dan agak rumit.
-
Apa itu Tari Gandrung? Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tarian khas Banyuwangi ini berasal dari kata 'Gandrung' dalam bahasa Jawa artinya 'Tergila-gila' atau 'Cinta habis-habisan'.
-
Apa itu Ngarak Panganten? Ngarak Panganten sendiri merupakan salah satu prosesi dari keseluruhan rangkaian pernikahan adat di Bekasi.
-
Apa keunikan Tari Turuk Langgai? Tarian Turuk Langgai merupakan tarian yang gerakannya menyerupai hewan di hutan atau di lingkungan yang mereka tempati. Tarian ini juga menjadi bagian dari sebuah ritual dan juga melibatkan roh-roh halus.
Biasanya ronggeng amen dimainkan di tanah lapang atau lahan persawahan yang kering. Setiap pementasannya selalu mampu mendatangkan banyak orang.
Mereka terlena oleh iringan tetabuhan gamelan, terompet Sunda, suling dan kendang. Biasanya, warga pun secara tak sadar “terhipnotis” dari unsur musik dan selaras tari yang dimainkan dengan luwes. Berikut selengkapnya.
Tarian ronggeng amen
Perkembangan dari seni ronggeng gunung
Mengutip unpad.ac.id, ronggeng amen merupakan perkembangan dari seni ronggeng gunung yang populer di Pangandaran.
Yang membedakan kesenian ini lebih berfokus kepada hiburan, dibanding ritual seperti pada ronggeng gunung.
Oleh karena fungsinya sebagai seni dan hiburan, banyak masyarakat yang tertarik dan menggemari kesenian ini mulai dari kalangan muda sampai tua. Penari ronggeng amen juga tidak menyanyi seperti pada ronggeng gunung.
Gunakan banyak variasi musik
Dalam setiap pementasannya, terdapat banyak variasi musik dari para nayaga. Alat musik yang dipakai pun lebih banyak, tidak sekedar kendang indung, kenong, dan goong indung.
Secara pola, kegiatan menarinya mirip dengan ronggeng gunung yakni melingkar dan mengerucut ke titik sentral.
Kesenian ini awalnya muncul pada dekade awal 1990-an di wilayah Ciamis selatan, dan Pangandaran.
Asal-usul penamaan ronggeng amen
Mengutip jurnal yang ditulis oleh Desi Purwanti dan Lalan Ramlan dari Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung berjudul “Ibing Lulugu dalam Kesenian Ronggeng Amen Grup Barangnangsiang Pangandaran” asal-usul penamaan amen berasal dari kata ngamen.
Ini terkait dengan masa awal kemunculannya di mana grup ronggeng amen biasanya sembari menerima saweran dari para hadirin.
Selain itu, setelah mentas di satu titik mereka akan bergegas ke titik lainnya untuk kembali melaksanakan pertunjukan.
Merupakan tradisi pertanian
Selain bersifat hiburan, acara ini biasanya digelar dalam rangka pesta panen atau pesta tanam padi. Para petani menggelar acara ini di lahan terbuka seperti lapangan, halaman rumah ataupun area sawah.
Ini juga terkait adanya mantra sihir bumi yang kerap dibacakan oleh para sesepuh sebelum memulai tradisi ronggeng amen.
Mantra ini berbunyi “Sihir aing sihir bumi, Bumi nyatana daging Batu nyatana tulang, Jukut nyatana bulu Reumis nyatana kesang, Gugur nyatana batok Ibun nyatana cipanon, Lumut nyatana daki Bul kukus kelcerning putih, Si tunggul muncul Si catang ngangkang, Kareumpah ku cai caah Luar leor logodor, Tua nom lanang wadon Sunda Jawa menak rama, Welas asih maring badan Salira ingsun.”