Sempat Nyaris Punah, Ini Keunikan Tari Pisang dari Jambi
Jambi memiliki beragam kesenian tradisional yang sampai ini masih terus dilestarikan, salah satunya Tari Pisang.

Jambi memiliki beragam kesenian tradisional yang sampai ini masih terus dilestarikan, salah satunya Tari Pisang.

Sempat Nyaris Punah, Ini Keunikan Tari Pisang dari Jambi
Tari Pisang merupakan tarian yang lahir dan populer di Desa Air Batu, Kecamatan Tanah Pemberap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Sempat hilang sejak 1970, tarian ini kembali dipentaskan pada 2014 lalu sebagai salah satu hiburan masyarakat. Tarian ini biasa ditampilkan pada saat upacara adat atau hari-hari besar di Desa Air Batu. Setiap kostum yang dikenakan oleh penarinya pun begitu unik.
Simak informasi selengkapnya tentang Tari Pisang yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Tarian Legendaris
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tari Pisang ini sudah ada sejak zaman dahulu. Mat Rasul adalah pewaris tradisi Tari Pisang dari generasi ke-4.
Tarian ini sempat hampir punah dan terakhir dipentaskan pada tahun 1970 silam. Namun, dengan semangat untuk melestarikan kesenian tradisional khas Desa Air Batu ini, Tari Pisang akhirnya kembali muncul sekira tahun 2014 sampai saat ini.
Tarian Unik
Tarian ini bertujuan untuk menghibur masyarakat Desa Air Batu.
Kostum yang digunakan oleh penarinya pun juga unik. Sesuai dengan namanya, kustomnya menggunakan daun pisang tua atau Krisik Tuo.
Pada awalnya, penggunaan daun pisang tua karena pada saat itu mereka kesulitan mencari kostum atau bahan pakaian jadi. Maka dari itu, masyarakat setempat berinisiatif menggunakan daun pisang kering sebagai penutup tubuh.
Penggunaan Topeng
Selain menggunakan busana dari daun pisang tua, para penari juga menggunakan topeng serta salah satu penari menggunakan tongkat sebagai perlengkapan tari. Biasanya, jumlah penari 2 orang yaitu laki-laki berpasangan dan diibaratkan sebagai pasangan laki-laki dan perempuan.
Topeng yang dikenakan saat tarian berlangsung dilukis sesuai dengan wajah laki-laki atau perempuan. Selain itu, fungsi dari topeng ini untuk menutupi rasa malu penari agar lebih percaya diri dan seakan-akan misterius.
Setiap pementasan Tari Pisang diiringi dengan alat musik berupa gendang, gong, dan biola tanpa vokal atau nyanyian.