Bergaya Kuno, Ini Kisah Gereja Kristen Indramayu yang Usianya Sudah Ratusan Tahun
Gereja ini jadi saksi perkembangan agama Kristen di Indramayu.
Gereja ini jadi saksi perkembangan agama Kristen di Indramayu.
Bergaya Kuno, Ini Kisah Gereja Kristen Indramayu yang Usianya Sudah Ratusan Tahun
Penyebaran agama Kristen di Indonesia tak bisa dilepaskan dari bangsa Eropa dan Tionghoa di masa silam.
Agar kebaikannya bisa dirasakan semua umat, rumah ibadah gereja banyak dibangun sejak 1800-an, salah satunya di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
-
Apa yang membuat Gereja Tua Kaliceret unik? Konstruksi bangunan yang lentur dan bisa tegak kembali itu kemungkinan disebabkan oleh plat besi pipih yang menempel di dinding kayu. Fungsi besi pipih itu menyerupai sabuk yang melingkar dan mengikat seluruh bangunan yang berarsitektur Jawa-Belanda. 'Itu sebabnya gereja ini unik dan nyaris tanpa paku. Ketika miring, umat sempat memberi penyangga di beberapa bagian gereja. Tapi mereka terkejut setelah gereja tegak sendiri,' ungkap Pendeta Agus.
-
Dimana gereja tersebut ditemukan? Para ahli arkeologi dari Westphalia-Lippe Regional Association (LWL) menemukan bekas gereja dari abad ke-10 di dekat Erwitte-Eikeloh, Jerman.
-
Dimana gereja abad pertengahan itu ditemukan? Pada pertengahan Februari lalu, para arkeolog di Venesia, Italia, menemukan gereja abad pertengahan yang telah lama hilang di Piazza San Marco.
-
Kapan Gereja Tua Kaliceret dibangun? Gereja ini usianya sudah lebih dari 100 tahun.
-
Apa keunikan dari Gereja Merah Kediri? Gaya arsitektur gereja ini adalah Neo Gotik dengan denah persegi berukuran 30,75 x 10,6 meter Bangunan yang menghadap ke timur ini terkesan ramping, sementara tingginya memberikan kesan memukau.
-
Kapan GKI Purbalingga didirikan? Gereja itu pertama kali didirikan oleh seorang penginjil Belanda bernama A. Vermeer.
Merujuk laman gkiswjabar.org, bangunan bernama GKI Cimanuk ini berdiri pada 13 Desember 1858, di Jalan Cimanuk, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Indramayu. Walau berusia 165 tahun, kondisi bangunan gereja masih tampak kokoh.
Desain khas Eropa abad pertengahan tampak jelas, mulai dari lengkungan pintu masuk sampai dinding depan yang menjulang tinggi. Secara keseluruhan, kesan kuno dari bangunan gereja ini benar-benar terasa.
Sejarah GKI Indramayu
Adalah inisiatif dari Ang Boen Swie yang merupakan keluarga Tionghoa pertama di Indramayu yang dibaptis oleh Pendeta J.A.W Krol dari Gereja Protestan (Belanda) di Cirebon, untuk menjadikan rumahnya sebagai titik awal lahirnya rumah ibadah bagi kalangan Kristen Protestan di sana.
Ketika itu ia dibaptis diikuti oleh warga Tionghoa lainnya, yakni Lauw Pang, Sam Yan beserta istrinya, Hong Lieng dan Tji Tek. Saat itu J.A.W Krol didatangkan dari Cirebon lantaran jaraknya yang terbilang dekat.
Setelah mereka sah, rumah Ang Boen Swie kemudian dipakai sebagai tempat beribadah dan jadi bagian dari GKI Sinode wilayah Jawa Barat.
Perkembangan Kristen Protestan oleh komunitas Tionghoa
Sebelum ini, upaya pengenalan Kristen Protestan secara luas di Jawa Barat memang sudah dipikirkan oleh hakim Belanda yang pernah menjabat sebagai Ketua Muda Pengadilan Tinggi di Semarang, Mr. F.L. Anthing.
Dari sana Mr. F.L. Anthing memikirkan agar agama tersebut bisa turut dikenal oleh kalangan Tionghoa, lantas Persekutuan Pekabaran Injil, Genootschap voor In en Uitwendige Zending (GIUZ) menyerap gagasan bahwa kalangan Tionghoa harus memiliki tenaga penginjilan tersendiri.
Akhirnya Ang Boen Swie dan beberapa orang Tionghoa di Indramayu dibaptis sebagai cikal bakal pengenalan Kristen Protestan dan tenaga penginjilan asal Tiongkok, Amoy, Xiamen didatangkan ke Batavia pada 1856.
Didirikan gedung baru bergaya Eropa
Setelah agama Kristen Protestan mulai dikenal luas, mereka lantas sepakat mendirikan bangunan gereja di luar kediaman Ang Boen Swie pada 1876.
Karena satu dan lain hal, bangunan gereja kembali dipindah ke gedung baru pada 1888. Adanya kolonialisasi turut mempengaruhi tata kota di banyak wilayah Indonesia, tak terkecuali di Indramayu.
Maka pemerintah kolonial berkomunikasi dengan komunitas Kristen Protestan Tionghoa di Indramayu dan membangun ulang gereja dengan gaya Eropa klasik pada 1912.
Hingga saat ini gedung tersebut masih terus berdiri dan dikenal sebagai GKI Cimanuk di Kabupaten Indramayu yang bergaya kuno.
Tak banyak direnovasi
Menurut Pendeta Gereja Kristen Indonesia, Hadi, gereja ini jadi yang tertua di Indramayu dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen di wilayah pesisir utara Jawa Barat.
Walau fungsinya yang banyak digunakan, namun gereja ini tak banyak dilakukan renovasi besar-besaran dan hanya dilakukan perawatan rutin. Setiap tahunnya dilakukan perbaikan terhadap unsur-unsur yang rusak agar bangunan tetap aman.
Dirinya bersyukur karena gereja ini masih terus bermanfaat untuk umat kendati sudah berusia di atas seratus tahun.
Persiapan natal di GKI Cimanuk Indramayu
Menjelang perayaan natal, persiapan sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari seperti menghias ruang ibadah, mendirikan pohon natal di dalam gereja dan lain-lain.
Mengutip laman resmi GKI Indramayau, sejumlah ibadah natal turut dilaksanakan, seperti kebaktian minggu Adven, ibadah natal pertama oleh Pendeta Markus Hadinata dan ibadah natal kedua yang dilaksanakan pada 25 Desember dengan tema “Yesus Menghadirkan Suka Cita”.
Hiasan bunga, pernak-pernik dan lampu hias makin mempercantik gereja tertua di Indramayu itu.