Uniknya Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Punya Desain Mirip Kelenteng
Keunikan gereja ini tidak ditemukan di tempat lain.

Keunikan gereja ini tidak ditemukan di tempat lain.

Uniknya Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Punya Desain Mirip Kelenteng

Banyak bangunan gereja Katolik di Indonesia mengadopsi gaya Eropa klasik yang artistik. Desain megah hingga gerbang dan kubah yang tinggi menjulang menjadi ciri khasnya.
Namun salah satu gereja Katolik di sudut Jalan Kemenangan III, Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Kota Jakarta Barat, memiliki bentuk yang berbeda. Bangunan lawas ini mirip rumah ibadah Klenteng dengan ornamen Tionghoa yang kuat.
Tak hanya di bagian luar, sisi dalam dari gereja bernama Santa Maria de Fatima itu juga memuat hiasan-hiasan khas negeri tirai bambu, dengan nuansa Katolik sebagai penyeimbang.

Bangunan gereja ini kemudian menggambarkan sisi toleransi sebagai ciri bangsa yang merekatkan. Yuk simak kisah menariknya.
Sudah Ada sejak Abad ke-19
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, bangunan ini rupanya sudah berdiri sejak awal 1900-an. Ketika itu bangunan tersebut belum difungsikan sebagai gereja, dan masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Yang menempati bangunan tersebut adalah Tjioe, seorang kapitan atau pemimpin setingkat lurah keturunan Tionghoa dan bertugas di wilayah tersebut.
Ketika itu seorang tokoh bernama Pater Wilhelmus Krause Van Eeden mendapatkan tugas untuk mendirikan asrama, sekolah, dan gereja bagi kalangan Tionghoa perantauan di Jakarta. Kentalnya nuansa Tionghoa didapatkan dari bentuk bangunan yang orisinal dan tidak diubah bentuknya.
Gambarkan Kemegahan Bangsa Tiongkok
Di bagian depan bangunan terdapat dua patung singa cukup besar yang menghadap ke luar kompleks.
Patung tersebut dibuat bukan tanpa alasan. Menurut pengelola, kedua patung itu melambangkan kejayaan bangsa Tiongkok yang unggul di ranah perniagaan.
Di kanan dan kiri dari bangunan tersebut juga berdiri bangunan yang dulunya difungsikan sebagai asrama Katolik.
Awalnya Dijalankan oleh 16 Umat
Saat awal-awal menjadi gereja, kegiatan peribadatan hanya dijalankan oleh 16 umat dan dipimpin oleh 4 imam. Kegiatan ibadah yang pertama dilaksanakan adalah perayaan Ekaristi yang dilaksanakan pada 1954.
Lambat laun gereja pun semakin memiliki banyak jemaat hingga kepemilikannya sepenuhnya dipegang oleh umat Katolik di sana. Setelah melakukan renovasi, bangunan kemudian diperluas hingga mampu menampung sampai 600 jemaat.

Terdapat satu patung unik yang disebut didatangkan langsung dari Italia bernama Santa Maria de Fatima, yang kemudian menjadi nama dari gereja ini. Patung tersebut disandingkan dengan ornamen ukiran kayu Yesus yang disalib bersama 2 orang penjahat.
Ornamen kelenteng lainnya terlihat dari warna dasar di bangunan yakni merah dan putih yang mendominasi.
Bisa dikatakan gereja ini jadi satu-satunya rumah ibadah yang unik, karena bangunan rumah ibadah Katolik namun dengan ornament Tionghoa yang kental.
Jadi Rumah bagi Katolik China Peranakan
Saat ini Gereja Santa Maria de Fatima masih digunakan oleh seluruh umat Katolik di Jakarta, termasuk kalangan peranakan Tionghoa.
Mereka belajar, berorganisasi, dan melaksanakan kegiatan ibadah serta perayaan hari besar di gereja bersejarah itu.
Uniknya, di sana juga terdapat jadwal misa khusus berbahasa Tionghoa yang dilaksanakan rutin setiap Minggu pukul 16.00 WIB sore. Lalu saat perayaan Imlek, Gereja Santa Maria De Fatima juga melaksanakan misa berbahasa Mandarin mulai pukul 09.00 WIB pagi.