Kisah Klenteng Boen Tek Bio yang Tertua dan Legendaris di Tangerang, Dibangun Pada 1684
Klenteng ini jadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang
Klenteng ini jadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang.
Kisah Klenteng Boen Tek Bio yang Tertua dan Legendaris di Tangerang, Dibangun Pada 1684
Nuansa Tionghoa klasik begitu terasa saat memasuki Klenteng Boen Tek Bio di Jalan Bakti Nomor 14, Sukasari, Kota Tangerang, Banten. Vihara ini diketahui yang tertua di sana dan menjadi bangunan cagar budaya. Menurut sejarahnya, pendirian klenteng dilakukan pada 1684.
-
Kapan Klenteng Talang dibangun? Klenteng Talang dulunya dibangun tahun 1450 masehi.
-
Siapa yang membangun Klenteng Talang? Pembangunannya diinisiasi oleh seorang pendatang Tionghoa di Cirebon yakni Tan Sam Chai atau H. Moh. Syafei.
-
Dimana Klenteng Talang berada? Sam Po Toa Lang adalah nama Tionghoa dari klenteng yang ada di Jalan Talang No.2, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
-
Di mana benteng tertua di dunia ditemukan? Kelompok ahli arkeologi dari Universitas Freie Berlin, Jerman bersama tim internasional berhasil menemukan pemukiman prasejarah yang dibentengi di wilayah terpencil Siberia.
-
Kapan Kelenteng Hok An Kiong dibangun? Mengutip Beritamagelang.id, Kelenteng Hok An Kiong berdiri pada tahun 1878.
-
Dimana letak benteng kuno itu? Khaybar berada di bagian barat Arab Saudi.
Jejak Cina Benteng di Tangerang
Berdirinya Klenteng Boen Tek Bio tak bisa dilepaskan dari awal kemunculan komunitas Cina Benteng yang datang ke Tangerang di abad ke-15 atau sekitar tahun 1400 an.
Ketika itu mereka mendirikan sebuah rumah ibadah untuk kegiatan sehari-hari dengan desain yang sangat sederhana.
Beberapa waktu setelahnya, dibangun sebuah rumah Tionghoa secara resmi yang saat ini dikenal sebagai klenteng tertua di Kota Tangerang itu.
Tak sekedar rumah ibadah
Jika diartikan, Boen Tek Bio sendiri tak hanya merujuk ke definisi soal peribadatan semata. Namun mengarah ke proses manusia dalam berkebajikan berbasis ilmu pengetahuan.
Merujuk ke bahasa Hokkian, Boen berarti intelektual, Tek diartikan sebagai kebajikan dan Bio berarti tempat beribadah.
Secara lengkap, Boen Tek Bio merupakan tempat bagi umat manusia untuk berproses menjadi insan yang penuh dengan kebajikan serta berintelektualitas.
Bentuknya tak diubah sejak 1844
Menurut pengurus, bentuknya masih dipertahankan sejak terakhir kali direnovasi besar-besaran pada 1844.
Sejak awal pendirian, klenteng ini dikerjakan secara bersama-sama sebagai upaya pengembangan rumah ibadah komunitas Tionghoa setempat.
“Saat itu terdapat etnis Tionghoa yang berlabuh di Teluk Naga, Tangerang, mereka tinggal dan menikah dengan penduduk setempat. Setelah itu menelusuri Sungai Cisadane dan berhenti di kawasan pasar lama ini,” kata Ketua badan pengurus perkumpulan Boen Tek Bio, Ruby Santamoko, mengutip laman Pemkot Tangerang, Kamis (19/10)
Terdapat aksesoris yang didatangkan langsung dari Tiongkok
Salah satu keunikan Klenteng Boen Tek Bio terdapat di aksesorisnya. Menurut pengelola, terdapat beberapa atribut yang didatangkan langsung dari Tiongkok, salah satunya patung singa di halaman depan.
Lalu ada juga aksesoris nada berbahan perunggu yang diberi nama Wende Miao. Di beberapa sisinya terdapat aksara mandarin. Disebutkan bahwa peleburannya dilakukan di wilayah Tiongkok.
“Akhirnya mereka membangun klenteng ini secara bersama-sama sebagai tempat beribadah bersama,” katanya lagi
Jadi simbol toleransi
Berdiri persis di dekat Masjid Kalipasir dan Gereja Santa Maria, Klenteng Boen Tek Bio menjadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang.
Selain tempat beribadah, klenteng juga jadi destinasi religi di Kota Tangerang, di mana rombongan selalu datang baik untuk mengenal sejarah maupun sekedar berswafoto.
“Hampir setiap hari kami menerima kunjungan, tidak hanya untuk beribadah, namun juga mereka yang datang untuk ingin mengenal sejarah dari klenteng ini, atau hanya sekedar berfoto saja. Kami sangat terbuka,” tutur Ruby.