Kelenteng See Hien Kiong, Bukti Sejarah Budaya Tionghoa di Tanah Minang
Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Kelenteng See Hien Kiong, Bukti Sejarah Budaya Tionghoa di Tanah Minang
Keberadaan kelenteng di suatu daerah menjadi bukti jika orang-orang etnis Tionghoa bisa hidup rukun dengan masyarakat sekitar.
Di Padang, banyak dijumpai orang-orang etnis Tionghoa yang bermata pencaharian sebagai pedagang atau saudagar.
Hubungan perdagangan dengan masyarakat Minang sudah terjalin cukup lama, yakni saat etnis Tionghoa melakukan perdagangan internasional dengan raja Nusantara. (Foto: Wikipedia)
-
Apa keunikan Kelenteng Hok An Kiong? Salah satu keunikan yang dimiliki Kelenteng Hok An Kiong adalah keberadaan Hio-lo atau tempat menancapkan dupa yang terbesar se-Asia Tenggara.
-
Kenapa Klenteng Hong San Kiong terkenal? Klenteng Hong San Kiong terkenal sebagai tempat ibadah yang disediakan untuk tiga agama, yaitu Konghucu, Budha, dan Tios.
-
Apa yang unik dari Klenteng Sian Djin Ku Poh? Dari cerita yang beredar, kehadiran Klenteng Sian Djin Kupoh tidak bisa dilepaskan dari sosok tiga marga asal Tiongkok yang berlayar dan mendarat di wilayah utara Jawa Barat.
-
Dimana lokasi Kelenteng Hok An Kiong? Mengutip Beritamagelang.id, Kompleks Kelenteng Hok An Kiong berada di atas tanah seluas 3.120 meter persegi.
-
Siapa yang membangun Kelenteng Hok An Kiong? Mengutip Beritamagelang.id, Kelenteng Hok An Kiong berdiri pada tahun 1878.
-
Di mana Klenteng Sian Djin Ku Poh dibangun? Di Kampung Benteng, Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang terdapat bangunan klenteng kuno bernama Sian Djin Kupoh.
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada abad ke-13, ketika jalur perdagangan lada dibuka di bagian Pantai Barat Sumatra, jumlah imigran Tionghoa semakin meningkat drastis. Hal ini ditambah dengan keberhasilan VOC berhasil mengambil alih Padang dan Pariaman dari Aceh pada abad 17.
Dengan meningkatnya orang-orang Tionghoa yang menetap di Kota Padang, maka didirikanlah sebuah rumah ibadah untuk mendukung mereka dalam beribadah, salah satunya Kelenteng See Hien Kiong ini.
Sejarah Singkat
Melansir dari berbagai sumber, Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Kelenteng tersebut sempat terbakar akibat kelalaian dari pendeta. Akhirnya Kelenteng Kwan Im Teng ini kembali dibangun oleh Kapten Lie Goan Hoat, Letnan Lem Soen Mo, dan Lie Bian Ek.
Dana yang dikumpulkan berasal dari pinjaman, sedangkan beban biaya pembayarannya diambil dari pajak dan hasil pasar.
Pembangunan pun rampung pada tahun 1905 yang kemudian berganti nama menjadi See Hien Kiong. ”Se” berarti barat dan kependekan dari Se Tjong, ”Hin” berarti timbul atau terbit.
Arsitektur Bangunan
Sejak awal berdirinya kelenteng ini, hampir seluruh material bangunan terbuat dari kayu dengan atap dari rumbia atau seng. Ketika pembangunan kembali pasca kebakaran, sempat menemui kesulitan lantaran sulitnya mencari tukang kayu.
Dari segi bangunan, Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri di lahan seluas 27,5 x 20,5 meter atau 559,64 meter persegi. Untuk ukuran bangunannya sendiri kira-kira mencapai 240,25 meter persegi. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Kelenteng Satu-satunya di Sumatra Barat
Melansir dari kanal merdeka.com, kelenteng ini menjadi salah satu bangunan istimewa karena merupakan satu-satunya yang ada di Sumatra Barat.
Klenteng ini terdiri atas 2 bangunan utama. Bangunan depan terdiri dari serambi depan dan ada pintu masuk berukuran besar, serta ruang dalam yang difungsikan sebagai ruang tunggu.
Kemudian di bangunan kedua, ada tempat altar yang biasa digunakan untuk berdoa dan membakar hio. Di luar bangunan utama, di sebelah kiri dan kanan klenteng terdapat bangunan lain yang digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan keagamaan.
Hancur Akibat Gempa
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada tahun 2009 bangunan kelenteng ini kembali hancur akibat gempa bumi yang melanda Kota Padang. Padahal, bangunan ini sudah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya.
Secara fungsi, kelenteng ini menjadi tempat beribadah bagi etnis Tionghoa yang beragama Tao, Konghucu, dan Buddha (yang dikenal dengan Tridharma).
Mereka juga melaksanakan ritual ibadah kepada Dewi Kwam In dan kepada arwah leluhur yang biasanya dilakukan hampir setiap hari.
Kelenteng ini menjadi salah satu budaya etnis Tionghoa yang hidup di zaman kolonial Belanda.