Menilik Sidoarjo sebagai Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur, Pendiri NU Pernah Nyantri di Sini
Saat ini adalah lebih dari 1.000 masjid dan lebih dari 4.000 musala berdiri di Sidoarjo
Saat ini adalah lebih dari 1.000 masjid dan lebih dari 4.000 musala berdiri di Sidoarjo
Menilik Sidoarjo sebagai Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur, Pendiri NU Pernah Nyantri di Sini
Keberadaan lebih dari 5.000 masjid dan musala di Kabupaten Sidoarjo menandakan bahwa daerah ini merupakan kawasan penting bagi perkembangan islam di Jawa Timur. Bahkan, Kiai Hasyim Asy'ari pernah nyantri di salah satu pondok pesantren di Kota Delta ini.
-
Siapa Syekh Nurjati? Syekh Maulana Idhofi Mahdi Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati menjadi tokoh penyebar Agama Islam yang berpengaruh di sekitar abad ke-14. Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
-
Siapa pendiri NU Bojonegoro? Nahdlatul Ulama (NU) Bojonegoro lahir di Padangan pada tahun 1938 Masehi. Pemrakarsanya Kiai Hasyim Padangan.
-
Di mana Syekh Nurjati lahir? Dikutip dari laman info.syekhnurjati.ac.id, Syekh Nurjati sendiri lahir di wilayah Malaka di akhir Abad ke-14.
-
Siapa ulama keturunan Sunan Giri di Sidoarjo? Ulama itu adalah Pangeran Lebo bin Sunan Prapen bin Sunan Dalem bin Sunan Giri alias Sayyid Muhammad Ali Muzayyid.
Masuknya Islam
Sejarah masuknya Islam ke Sidoarjo tidak bisa dipisahkan dari perkembangan masuknya Islam ke Surabaya, yakni Ampel Denta.
Mengutip situs resmi Pemkab Sidoarjo, masuknya Islam ke Sidoarjo diperkirakan setelah kedatangan Sunan Ampel ke Ampel Denta Surabaya.
Lebih lanjut, melihat prasasti masjid Masjid Jami` Al Abror yang berdiri tahun 1678 masehi, maka Islam masuk ke Sidoarjo langsung ke pusat kota yakni Kauman. Pasalnya, sampai saat ini belum dijumpai masjid lain yang lebih tua dari Masjid Jami` Al Abror.
Pondok Pesantren
Pada abad 18-19 Sidoarjo mencapai puncak keemasannya dalam bidang pendidikan Islam. Sidoarjo menjadi salah satu pusat pendidikan Islam dan dikenal sebagai kota santri, khususnya di Jawa Timur.
Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sono, Kabupaten Sidoarjo.Selain Mbah Hasyim, sejumlah kiai besar lain juga pernah belajar mendalami Islam di Pesantren Sono. Di antaranya Kiai Abdul Karim (Mbah Manab), pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri; Kiai Djazuli Utsman, pendiri Pesantren Al Falah Ploso Kediri; dan sejumlah ulama lainnya.
Sementara itu, aktivis NU, Muhammad Mahbub melalui Instagramnya @em_mahbub menyebut Kiai Hasyim Asy'ari dulunya merupakan santri Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalan Panji Sidoarjo.
Kondisi Terkini
Mengutip Instagram @pemkabsidoarjo, hingga tahun 2018 terdapat 1.143 masjid di kabupaten ini. Sementara jumlah musalanya mencapai 4.492.
Adapun berdasarkan data BPS, jumlah pondok pesantren di Sidoarjo mencapai 98 pesantren yang tersebar di 18 kecamatan.
Hingga tahun 2020, tercatat ada 14.992 santri yang belajar di Kabupaten Sidoarjo. Para santri tidak hanya berasal dari Sidoarjo, banyak juga yang berasal dari luar kota, seperti Gresik, Pasuruan, Madura, Kediri, dan kota-kota lain.
Berdirinya ribuan masjid dan musala menandakan bahwa mayoritas warga Kabupaten Sidoarjo beragama Islam.
Sementara itu, berdasarkan data BPS tahun 2018, jumlah rumah ibadah agama lain di Sidoarjo sebagai berikut. Gereja sebanyak 32 bangunan, Pura sejumlah empat bangunan, dan Klenteng sebanyak dua bangunan.