Berusia Lebih dari 300 Tahun, Begini Kisah di Balik Kemegahan Masjid Tertua Sidoarjo
Masjid yang berada di samping mal ini merupakan pusat penyebaran Islam di Kota Lumpur
Masjid yang berada di samping mal ini merupakan pusat penyebaran Islam di Kota Lumpur
Berusia Lebih dari 300 Tahun, Begini Kisah di Balik Kemegahan Masjid Tertua Sidoarjo
Masjid Jami' Al Abror di Jalan Kauman Desa Pekauman merupakan salah satu saksi bisu sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo. Masjid ini juga merupakan pusat penyebaran Islam di Sidoarjo pada masa silam.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Siapa yang menemukan masjid tertua ini? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid tertua di Bekasi berada? Bukti lain dari Lemah Abang sebagai gerbang agama Islam bisa dilihat dari keberadaan Masjid Syiarul Islam yang berdiri di Jalan Raya Lemahabang.
Sejarah Masjid Jami' Al Abror
Masjid Jami' Al Abror didirikan oleh ulama bernama Kiai Muljadi atau Mbah Muljadi pada tahun 1678 masehi.
Kini, masjid ini sudah berusia nyaris 3,5 abad, tepatnya 346 tahun.
Mbah Muljadi
Mengutip NU Online, Mbah Muljadi merupakan ulama asal Mataram yang menyelamatkan diri dari pembantaian di Plered, Yogyakarta karena pemberontakan Trunojoyo sekitar tahun 1600-an.
Saat itu, lebih dari 5.000 ulama dikumpulkan oleh Raja Amangkurat I atau Sunan Amarat I, putra Sultan Agung. Raja Amangkurat I mengira para kiai turut membantu adiknya dalam upaya kudeta terhadap dirinya.
Dia pun marah berapi-api kepada para ulama tersebut dan bermaksud untuk membunuhnya.
Demi menghindari dari amukan Raja Amangkurat I, para ulama melawan serta melarikan diri ke tempat-tempat terpencil yang aman bagi keselamatan mereka.
Mbah Muljadi melarikan diri ke Desa Suko Kabupaten Sidoarjo. Tempat ini menjadi saksi Mbah Muljadi melanjutkan misi dakwahnya dari satu tempat ke tempat lain dengan cara berdagang.
Bekas Bangunan Kosong
Saat berdakwah di dekat pasar, Mbah Muljadi mengetahui ada bekas bangunan yang sudah kosong dan tak berpenghuni.
Tanpa merobohkan pondasi bangunan tersebut, Mbah Muljadi membangun tempat sederhana yang kemudian digunakan sebagai rumah ibadah sekaligus tempat berkumpul warga di sekitar pasar.
Selain salat, aktivitas yang sering dilakukan warga di masjid ialah membatik bersama.
Selama proses mendirikan masjid, Mbah Muljadi dibantu oleh Mbah Muso dan istrinya yang bernama Mbah Badrijah, pasutri asal Madura, serta Mbah Sayyid Salim dari Cirebon.
Potret Terkini Masjid Jami' Al Abror
Mengutip situs Sidita Disbudpar Provinsi Jawa Timu, Masjid Jami' Al Abror sudah direnovasi tiga kali. Kini hanya menyisakan tiga bagian bangunan asli peninggalan tahun 1678, yakni sumur, gerbang pintu masjid, dan makam para pendiri masjid.
Masjid yang nyaris berusia 3,5 abad ini masih menggunakan sumur peninggalan Mbah Muljadi. Adapun air sumur ini biasa digunakan untuk wudhu, minum, dan mandi.