Sejarah Masjid Tertua di Kabupaten Blora, Usianya Mencapai 2,5 Abad
Masjid tertua itu merupakan tonggak awal perkembangan Islam di daerah tersebut
Masjid tertua itu merupakan tonggak awal perkembangan Islam di daerah tersebut
Sejarah Masjid Tertua di Kabupaten Blora, Usianya Mencapai 2,5 Abad
Peradaban Islam telah menyebar ke seluruh penjuru Pulau Jawa sejak ratusan tahun silam. Tiap daerah punya bangunan masjid tertua sebagai tonggak awal perkembangan Islam di daerah masing-masing.
Begitu pula di Blora, ada dua masjid yang menurut sejarahnya menjadi masjid tertua di wilayah itu. Masjid tertua adalah Masjid Baitunnur. Masjid ini terletak di jantung kota, tepatnya di barat Alun-Alun Kota Blora. Masjid ini dulunya dibangun oleh Bupati Raden Tumenggung Djajeng Tirtonoto.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid tertua di Bekasi berada? Bukti lain dari Lemah Abang sebagai gerbang agama Islam bisa dilihat dari keberadaan Masjid Syiarul Islam yang berdiri di Jalan Raya Lemahabang.
-
Kapan Masjid Agung Banten didirikan? Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
Dilansir dari Liputan6.com, Masjid Baitunnur didirikan pertama kali oleh R.T Djajeng Tirtonoto pada tahun 1774 yang saat itu memerintah Kabupaten Blora di bawah Kasunanan Surakarta dari tahun 1762 hingga tahun 1782.
Karena wilayah kekuasaannya semakin luas, R.T Djadjeng Tirtonoto kemudian membangun rumah kabupaten beserta alun-alunnya. Setelah selesai membangun rumah kabupaten, ia kemudian membangun masjid.
Di masa pemerintahan R.T Djajeng Tirtonoto, masjid tersebut telah memiliki bedug yang terbuat dari pohon jati utuh yang berlubang di tengahnya.
Masjid kedua adalah Masjid Baiturrahman. Masjid ini terletak di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora Kota. Masjid ini merupakan masjid tertua kedua di Blora setelah masjid agung Baitunnur.
Menurut catatan sejarahnya, Masjid Baiturrahman berdiri hampir bersamaan dengan Masjid Agung Baitunnur. Pada tahun 1774, kedua masjid itu sama-sama didirikan oleh R.T Djadjeng Tirtonoto. Bedanya pada saat pertama dibangun, Masjid Baiturrahman masih berupa sebuah sanggar.
Dilansir dari Liputan6.com, R.T Djajeng Tirtonoto pada awalnya membuat surau di Ngadipurwo setelah memiliki sebidang tanah di desa itu.
Tirtonoto sengaja memilih tempat yang jauh dari alun-alun, yaitu sejauh 7 kilometer, untuk dijadikan tempat tinggalnya saat kelak ia sudah tak menjabat lagi sebagai Bupati Blora.
Setelah 32 tahun berdiri, bangunan itu mengalami kerusakan. Hingga pada tahun 1814, surau itu direhab kembali dengan ‘Sengkalan Sucining Panembah Salira Tunggal’.
Pada tanggal 19 Agustus 1894, surau itu diubah menjadi Masjid Baiturrahman oleh Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Tjokronegoro III.
Meskipun telah diubah menjadi masjid, keaslian kayunya masih terjaga. Selain itu ada juga mimbar khotib dan mustaka (kepala) masjid jawa yang bentuknya mirip mahkota raja jawa.