Kisah Pembangunan Masjid Quwwatul Islam, Bentuk Eksistensi Budaya Banjar di Jogja
Masjid itu sudah eksis bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Masjid itu sudah eksis bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Kisah Pembangunan Masjid Quwwatul Islam, Bentuk Eksistensi Budaya Banjar di Jogja
Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Dimana letak masjid di Banyuwangi? Bangunan Masjid Sidratul Muntaha berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi dan terletak 5 meter di bawah tanah.
-
Kapan pembangunan masjid di Banyuwangi dimulai? Pada tahun 2018, pembangunan masjid dimulai dan baru selesai saat Ramadan 2021 silam.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Bagaimana Masjid Agung Banten bertahan sampai sekarang? Mereka kompak mendesain dan mengerjakan Masjid Agung Banten sehingga mampu bertahan hingga sekarang.
-
Apa yang khas dari Masjid Agung Baitul Makmur? Bangunan masjid ini memiliki kubah besar di bagian tengahnya yang menjadi ciri khasnya, serta menara yang tinggi yang menjadi landmark di sekitarnya.
-
Dimana Masjid Agung Bangkalan berada? Potret Masjid Agung Bangkalan, Masjid Pertama yang Didirikan Sultan Keraton untuk Masyarakat
Mengutip Liputan6.com, bangunan Masjid Quwwatul Islam memiliki simbol persatuan dan perpaduan kebudayaan antara Banjar dan Yogyakarta, sehingga mempererat tali silaturahmi umat Islam di Yogyakarta dan sekitarnya.
“Tanah ini dulu kan diberikan oleh suwargi almarhum HB IX supaya bisa digunakan untuk masjid. Dari awal masyarakat Banjar di Jogja yang mengajukan permohonan waktu itu. Dari sebuah langgar bernama Langgar Kalimantani hingga jadi masjid seperti yang kita kenal hari ini. Perjalanan ini mengandung makna kebersamaan yang patut kita apresiasi,” kata Sri Sultan HB X dalam pidato peresmian masjid tersebut.
Sejarah Masjid Quwwatul Islam
Masjid Quwwatul Islam diketahui sudah berdiri sebelum kemerdekaan RI. Pada masa itu warga Banjar di Yogyakarta mendirikan laskar Kalimantan yang ikut berjuang secara fisik bersama pejuang-pejuang setempat dalam rangka memperebutkan kemerdekaan.
Karena banyaknya komunitas warga Banjar yang berdomisili dan menetap di kampung-kampung sekitar kawasan Menduran dan keinginan mereka untuk mendirikan tempat ibadah, maka mereka memohon sebidang tanah pada Sri Sultan HB IX.
Pada 1943, permohonan mereka dikabulkan. Mereka mendapat sebidang tanah seluar 958 meter persegi di Kampung Suryatmajan, Menduran. Sebidang tanah itu oleh mereka kemudian didirikan surau atau langgar bernama Langgar Kalimantani.
Karena jemaah yang terus bertambah, maka langgar tersebut dibangun menjadi masjid bernama Quwwatul Islam.
Ketua Pembangunan Masjid Quwwatul Islam, Djunaidi AB, mengatakan, pembangunan masjid tersebut tak bisa dilepaskan dari peran Sultan HB IX yang saat itu begitu dekat dengan orang-orang Banjar yang merantau di Yogyakarta.
Pada 2015, pembangunan kembali masjid dilakukan dan menghabiskan dana sekitar Rp15 miliar.
Masjid tersebut memiliki lima lantai dengan beberapa fasilitas dan ruang seperti basement untuk parkir, ruang salat utama, ruang salat wanita maupun anak-anak TPA, mimbar, gerai penjualan buku agama, serta berbagai fasilitas lainnya.
“Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pemerintah dan masyarakat Yogyakarta khususnya Keraton Yogyakarta atas restu dan dukungannya terhadap pembangunan masjid ini,” kata Djunaidi, mengutip Liputan6.com.
Harapan Sultan HB X
Sri Sultan HB X mengatakan bahwa pembangunan Masjid Quwwatul Islam menjadi bukti kecintaan masyarakat Banjar, terutama yang ada di Yogyakarta, terhadap masjid. Ia berharap keberadaan masjid itu dapat memberikan nilai-nilai lebih bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitarnya.
“Untuk itu saya berpesan kepada pengurus agar masjid ini dapat dikelola dengan manajemen yang baik sehingga nantinya menjadi indah terawat dan mengundang orang-orang ramai untuk berkunjung dan melakukan kegiatan di masjid tercinta ini,”
ungkap Sri Sultan HB X terkait harapannya terhadap Masjid Quwwatul Islam.