Kisah di Balik Megahnya Masjid Agung Banten yang Berusia Hampir 5 Abad, Dikerjakan Arsitek dari Tiga Negara
Di balik keindahan bangunan berusia hampir lima abad itu, siapa sangka jika perancangnya berasal dari tiga negara.
Di balik keindahan bangunan berusia hampir lima abad itu, siapa sangka jika perancangnya berasal dari tiga negara.
Kisah di Balik Megahnya Masjid Agung Banten yang Berusia Hampir 5 Abad, Dikerjakan Arsitek dari Tiga Negara
Berkuasanya Kesultanan Banten membuat agama Islam kian dikenal luas oleh masyarakat di paling barat pulau Jawa. Di waktu yang bersamaan, pemerintahan sultan turut membangun fasilitas keagamaan yang terpusat yakni Masjid Agung Banten.
Masjid megah ini belakangan dikenal lewat menara putih ikoniknya yang berdiri persis di samping bangunan.
Secara bentuk, rumah ibadah umat Muslim tersebut juga menampilkan struktur khas kerajaan kuno dengan memadukan seni khas Asia hingga Eropa di dalam desain arsitekturnya.
-
Bagaimana Kesultanan Banten dibangun? Dari hasil pajak cukai barang-barang yang diperjual belikan mampu membuat kota itu berdaulat dan mendorong lahirnya Kesultanan Banten lewat kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
-
Apa yang unik dari arsitektur Masjid Agung Bangkalan? Adapun ciri arsitektural masjid yang masih dipertahankan yakni atap tumpang dua.
-
Siapa yang membangun Masjid Agung Bangkalan? Masjid ini merupakan masjid ‘rakyat’ pertama yangdidirikan seorang sultan keraton, yakni R. Abdul Kadirun atau Raden TumenggungMangkudiningrat yang dikenal sebagai Sultan Bangkalan II.
-
Kapan Masjid Agung Bangkalan dibangun? Masjid Agung Bangkalan dibangun pada tahun 1819.
-
Bagaimana arsitektur Masjid Agung Palembang dirancang? Pembangunan Masjid Agung Palembang ini dulunya dirancang oleh seorang arsitek dari Eropa. Unsur-unsur arsitektur yang tersemat di bangunan ini dipadukan dari Nusantara, Eropa, dan Cina.
-
Kapan Masjid Kuno Kaujon dibangun? Mengutip Youtube Mang Dhepi yang biasa memuat soal budaya dan sejarah Banten, di sana tertulis tahun pendiriannya pada 1936.
Di balik keindahan bangunan berusia hampir lima abad itu, siapa sangka jika perancangnya berasal dari tiga negara. Mereka kompak mendesain dan mengerjakan Masjid Agung Banten sehingga mampu bertahan hingga sekarang.
Keindahan masjid telah banyak dinikmati oleh para wisatawan, dengan menjadikan lokasi tersebut sebagai tujuan utama wisata religi di Banten.
Berikut kisah Masjid Agung Banten yang melegenda.
Foto: Youtube Pemprov Banten.
Berusia Hampir Lima Abad
Sangat jarang ada sebuah bangunan yang mampu bertahan hingga berabad-abad lamanya.
Namun hal berbeda justru ditemui pada Masjid Agung Banten yang telah bertahan sejak tahun 1500-an silam.
Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
Ketika itu dirinya menjadi sultan pertama yang berkuasa, setelah Banten direbut dari Kerajaan Pajajaran oleh Cirebon dan Demak.
Agar misi penyebaran agama Islam bisa berjalan maksimal, maka Sultan Hasanuddin mendirikan sebuah masjid yang ternyata bukan sekedar sebagai tempat salat dan berdakwah, namun juga simbol kerukunan dan keberagaman di Banten.
Jika dihitung sejak berdiri sampai tahun 2024, usia pasti Masjid Agung Banten adalah 454 tahun.
Dirancang oleh Arsitek dari Tiga Negara
Masjid Agung Banten dahulu dirancang oleh tiga orang arsitek dari tiga negara yang berbeda.
Bagian atap yang bertumpuk lima menyerupai Pagoda dirancang oleh ahli bangunan asal Tiongkok bernama Tjek Ban Tjut.
Kemudian, bagian utama bangunan yang terdiri dari ruang utama dan dua serambi serta sebuah paviliun (Tiyamah) dibuat oleh ahli hitung bangunan dari Belanda, Henrik Lucasz Cardeel.
Masuknya pengaruh Henrik, membuat masjid seolah sebuah kastil dengan banyak pilar dan tembok yang menjulang dan bercat putih.
Terakhir, sosok arsitek yang cukup kentara menambahkan ikon budaya Jawa di Masjid Agung Banten adalah Raden Sepat. Ia merupakan ahli bangunan yang dipanggil dari Majapahit yang membuat saka guru dan mimbar berbahan kayu bergaya kuno.
Awal Didirikan Kental Nuansa Hindu-Buddha
Saat awal didirikan, Masjid Agung Banten disebut masih sangat kental dengan nuansa Hindu-Buddha. Ini sebagai upaya akulturasi kepada masyarakat Banten yang masih di bawah pengaruh kerajaan Pajajaran.
Ornamen Hindu-Buddha sangat terlihat dari adanya padma pada puncak menara.
Padma merupakan simbolisasi bunga teratai yang identik sebagai lambang dari agama Buddha. Kemudian, pintu masuk menara juga dianalogikan sebagai pintu masuk menuju candi Hindu-Buddha.
Setelah masuknya Belanda, ornamen tersebut kemudian diubah menjadi lebih art-deco, sebagai bentuk dominasi Belanda saat pertama masuk ke tanah Banten.
Terdapat Makam Sultan-sultan Banten
Merujuk duniamasjid.islamic-center.or.id, di masjid tersebut juga terdapat makam dari para sultan Banten yang pernah berkuasa.
Makam-makam tersebut di antaranya milik Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar.
Kemudian di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin serta yang lainnya.
Masjid ini juga terus dirawat dan direnovasi di masa-masa kepemimpinan sultan selanjutnya sampai era keruntuhan Kesultanan Banten di tahun 1813.
Jadi Destinasi Religi Terkenal
Di masa sekarang, Masjid Agung Banten menjadi destinasi religi utama yang ada di provinsi tersebut.
Tercatat ratusan orang berdatangan saat hari libur untuk menyaksikan keindahan dan kemegahan arsitekturnya.
Selain itu, mereka juga ingin membuktikan kejayaan Kesultanan Banten yang berjasa mengusir Belanda di tanah jawara itu.
Mengutip kanal Youtube Pemprov Banten, destinasi ini semakin disukai karena memiliki fasilitas yang lengkap, termasuk adanya sisa reruntuhan Keraton Surosowan yang menjadi pusat pemerintahan raja-raja Banten lawas.
Saat itu, Masjid Agung Banten jadi salah satu titik wisata, setelah Surosowan, Danau Tasikardi, Situs Pangindelan dan Keraton Kaibon.
Gambar: Masjid Agung Banten yang berada di samping reruntuhan Keraton Surosowan.