Potret Masjid Agung Bangkalan, Masjid Pertama yang Didirikan Sultan Keraton untuk Masyarakat
Pada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Pada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Potret Masjid Agung Bangkalan, Masjid Pertama yang Didirikan Sultan Keraton untuk Masyarakat
Masjid Agung Bangkalan dibangun pada tahun 1819. Masjid ini merupakan masjid ‘rakyat’ pertama yang
didirikan seorang sultan keraton, yakni R. Abdul Kadirun atau Raden Tumenggung
Mangkudiningrat yang dikenal sebagai Sultan Bangkalan II.
-
Kapan Masjid Agung Banten didirikan? Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
-
Dimana Masjid Agung Banten berada? Masjid megah ini belakangan dikenal lewat menara putih ikoniknya yang berdiri persis di samping bangunan.
-
Dimana letak Masjid Agung? Berada di kawasan Kota Kediri, Masjid Agung Kediri adalah salah satu destinasi yang banyak disinggahi oleh para wisatawan.
-
Dimana letak Masjid Agung Palembang? Secara geografis, masjid ini berdiri tepat di belakang Benteng Kuto Besak yang dekat dengan aliran Sungai Musi.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
Sempat Eksklusif
Pada masa pemerintahan Sultan Bangkalan I, masjid masih bersifat eksklusif yakni hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan.
Sultan Bangkalan ke II kemudian memugar sekaligus ‘membuka’
masjid ini untuk warga biasa.
Pemugaran
Mengutip situs repositori.kemdikbud.go.id, Masjid Agung Bangkalan telah dipugar beberapa kali. Alasan pemugarannya beragam, mulai kerusakan, penambahan jemaah, hingga bencana gempa
bumi.
Adapun ciri arsitektural masjid yang masih dipertahankan yakni atap tumpang dua. Atap ini sudah diganti pada tahun 1899 karena alasan kerusakan.
Arsitektur
Tiang-tiang megah berbahan kayu menghiasai ruangan dalam masjid. Rupanya tiang-tiang ini sudah digunakan sejak masjid berdiri. Hanya saja diperindah dengan ukiran kayu dengan model baru. Masjid ini mengadopsi bangunan Jawa dan memiliki 16 tiang kayu megah di dalamnya.
Masjid Agung Sumenep sangat sibuk. Selain digunakan untuk salat lima waktu, masjid ini juga menjadi tempat belajar agama bagi anak-anak usia sekolah.
Orang-orang tua pun tak kalah dalam berkegiatan. Mereka menyelenggarakan
pengajian dan tabligh akbar di masjid ini.