Menengok Sejarah Masjid Agung Palembang, Warisan Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam Abad 18
Kota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Kota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Menengok Sejarah Masjid Agung Palembang, Warisan Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam Abad 18
Pulau Sumatra memiliki beragam peninggalan bangunan kuno yang kental dengan corak agama Islam. Salah satunya berada di Kota Palembang yang bernama Masjid Agung atau yang dulunya disebut dengan Masjid Sultan.
Masjid Agung ini merupakan bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa dikenal dengan Jayo Wikramo.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana Masjid Cheng Ho di Palembang? Di Kota Palembang, masjid ini bisa ditemukan di Kompleks Jakabaring yang bernama Masjid Raya Cheng Ho Palembang.
-
Kenapa temuan masjid tertua ini penting? Pejabat Otoritas Kepurbakalaan (IAA) mengatakan temuan itu memberi petunjuk tentang bagaimana wilayah itu yang tadinya memeluk Kristen berpindah menjadi Islam.
Meski usianya sudah hampir 100-an tahun, tetapi bangunan ini tetap berdiri kokoh dan sudah menjadi salah satu ikon dari Kota Palembang. Tak hanya itu, arsitektur yang terbalut pada bangunan ini juga kental dengan percampuran antara Melayu, Cina, dan Eropa.
(Foto: Wikipedia)
Sejarah Masjid
Mengutip sumsel.kemenag.go.id, bangunan masjid yang terletak di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat I ini mulai dibangun pada tahun 1738 dan diresmikan pada 26 Mei 1748.
Masjid tertua di Palembang ini pada mulanya memiliki luas 1.080 meter persegi yang bisa diisi sebanyak 1.200 jemaah. Secara geografis, masjid ini berdiri tepat di belakang Benteng Kuto Besak yang dekat dengan aliran Sungai Musi.
Pada tahun 1819, masjid ini sempat dirombak oleh Pemerintah Kolonial Belanda setelah terjadinya perang besar. Kemudian, beberapa perombakan juga sempat dilakukan pada tahun 1893, 1916, 1950, dan 1970.
Dirancang Arsitek Eropa
Pembangunan Masjid Agung Palembang ini dulunya dirancang oleh seorang arsitek dari Eropa. Unsur-unsur arsitektur yang tersemat di bangunan ini dipadukan dari Nusantara, Eropa, dan Cina.
Ciri khas dari gaya arsitektur pada masjid ini adalah struktur bangunan berundak tiga dengan pucuknya yang berbentuk limas. Di bagian undakan tersebut terdapat ukiran-ukiran bunga merekah.
Kemudian, pada bagian undakan bangunan ini diambil dari unsur Hindu-Jawa yang konon juga diterapkan pada bangunan Masjid Agung Demak. Bagiana atap masjid berbentuk limas dengan tiga tingkatan, sangat mencirikan bentuk arsitektur lawas.
Perluasan Bangunan
Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin, Masjid Agung ini telah dimulai proses pembangunan menara yang terpisah dari bangunan utama dan berada di sisi Barat masjid. Pola menara masjid berbentuk segi enak dengan tinggi 20 meter.
Perluasan kompleks masjid pertama kali dilakukan pada tahun 1897 karena adanya tanah wakaf dari Sayyid Umar bin Muhammad Mustofa Assegaf Althoha dan Sayyid Achmad Bin Syech Shahab. Bermula dari inilah, nama Masjid Sultan diubah menjadi Masjid Agung.
Apabila dilihat dengan detail, bangunan menara ini begitu mirip dengan Kelenteng milik orang Tionghoa. Sementara itu bentuk atapnya melengkung di bagian ujungnya dan beratap genteng.
(Foto: duniamasjid.islamic-center.or.id)
Cagar Budaya Daerah
Perubahan bangunan masjid tentu tidak terelakkan. Seiring berjalannya waktu, masjid ini berubah wajah sehingga menimbulkan kesan segar dan mewah. Pada tahun 2000, masjid ini kembali direnovasi dan selesai pada tahun 2003.
Masjid Agung ini lalu diresmikan oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri dan bisa menampung hingga 9.000 jemaah. Saat ini, Masjid Agung sudah menjadi bagian dari cagar budaya daerah agar menjaga nilai-nilai filosofis yang pastinya tak ternilai harganya.