Sejarah Masjid Jamik, Dirancang Bung Karno saat Diasingkan di Bengkulu
Keberadaan masjid yang berada di Provinsi Bengkulu ini tak lepas dari peran Bung Karno pada masa pengasingannya.
Keberadaan masjid yang berada di Provinsi Bengkulu ini tak lepas dari peran Bung Karno pada masa pengasingannya.
Sejarah Masjid Jamik, Dirancang Bung Karno saat Diasingkan di Bengkulu
Awal Berdirinya Masjid Jamik
Melansir dari situs indonesia.go.id, masjid yang terletak di Jalan Letjen Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu ini awalnya masih berupa surau atau musala yang bernama Surau Lamo yang berarti Surau Tua. (Foto: WIkipedia)
-
Bagaimana Masjid Agung Jatisobo dibangun? Menurut Mbah Ngisom, salah seorang pewaris Masjid Agung Jatisobo, mengatakan bahwa saat sudah berada di Jatisobo, Kyai Ketib punya sebatang pohon jati yang memiliki keanehan. Pohon jati itu sangat tinggi, sampai-sampai bayang-bayang dari pohon jati tersebut sampai ke dalam kraton. Bayang-bayang pohon jati yang sampai ke kraton itulah yang membuat desa tersebut dinamakan Jatisobo.
-
Kenapa Masjid Agung Jatisobo dibangun? Pada waktu itu, masjid itu dibangun untuk memfasilitasi salah seorang ulama yang ditugaskan menyebarkan Islam di kawasan Bekonang, Sukoharjo.
-
Kapan Masjid Agung Jatisobo dibangun? Masjid Agung Jatisubo merupakan salah satu masjid tertua di Sukoharjo, Jawa Tengah.
-
Bagaimana arsitektur Masjid Agung Palembang dirancang? Pembangunan Masjid Agung Palembang ini dulunya dirancang oleh seorang arsitek dari Eropa. Unsur-unsur arsitektur yang tersemat di bangunan ini dipadukan dari Nusantara, Eropa, dan Cina.
-
Kapan Masjid Jami dibangun? Dikutip dari Islamic-center.or.id, Masjid Jami sendiri awalnya hanya sebuah langgar sederhana. Menurut hikayat, masjid ini mulai dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Usman (1819-1855) yang merupakan sultan ketiga Kesultanan Pontianak.Peletakan batu pertama pondasi bangunan dilakukan pada tahun 1821.
-
Siapa yang membangun Masjid Jami? Dikutip dari Islamic-center.or.id, Masjid Jami sendiri awalnya hanya sebuah langgar sederhana. Menurut hikayat, masjid ini mulai dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Usman (1819-1855) yang merupakan sultan ketiga Kesultanan Pontianak.Peletakan batu pertama pondasi bangunan dilakukan pada tahun 1821. Penjelasan mengenai hal tersebut dapat dilihat dari inkripsi huruf Arab di atas mimbar masjid. Di sana tertulis bahwa Masjid Jami dibangun oleh Sultan Syarif Usman pada hari Selasa bulan Muharam tahun 1237 Hijriah.
Surau Lamo dibangun oleh seorang saudagar keturunan Bugis Sulawesi Selatan yang bernama Daeng Makulle pada abad ke-18. Pada awalnya, Surau ini terletak tak jauh dari makam pahlawan nasional yaitu Pangeran Diponegoro yang berada di Kelurahan Bajak. Bicara arsitektur, awal mula berdirinya Surau ini masih sangatlah sederhana, beratapkan rumbia, tiang serta lantainya masih menggunakan kayu. (Foto: Liputan6)
Perkembangan Masjid Jamik
Memasuki abad ke-19, Masjid Jamik pindah tempat ke lokasi saat ini. Setelah berpindah tempat, masjid ini terus berkembang. Hal ini disebabkan lokasinya yang strategis, dekat dengan pusat perdagangan dan berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai kalangan ketika saat menjalankan ibadah salat. Pada abad ke-20 para Kaum Tuo, sapaan kalangan kaum cendekiawan dan ulama di Sumatra bersama dengan masyarakat setempat bersepakat untuk merenovasi masjid karena kondisinya yang sudah tidak layak sehingga memerlukan beberapa perbaikan.
Peran Soekarno
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dari catatan sejarah yang ada, di balik keberadaan Masjid Jamik rupanya ada peran Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu pada 1938 sampai 1942. Sebelum ikut berperan dalam pembangunan masjid, Bung Karno kerap kali melaksanakan ibadah salat di Masjid Jamik, karena jarak rumah pengasingannya tak begitu jauh, hanya 1,5 km saja.
Bung Karno yang dahulu sempat mengenyam pendidikan di Insinyur Teknik Sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), berniat untuk merenovasi masjid tersebut karena sudah tak layak dan juga membahayakan jemaah. Bung Karno tidak melakukan banyak perubahan pada bangunan masjid, hanya menegaskan paduan nuansa Jawa dan Sumatra. Ia hanya mengubah bagian atap, tiang, dan menaikkan lantai masjid hingga 30 cm sekaligus dindingnya yang ditinggikan 2 meter.
Penuh Filosofi
Saat proses renovasi, Bung Karno juga menyematkan filosofi khusus pada arsitekturnya, seperti plafon dan atap yang menjulang tinggi melambangkan ketaatan kepada Tuhan. Kemudian ada ornamen tambahan seperti kemuncak atau menyerupai gada pada puncak atap. Konon, Bung Karno terinspirasi dari tokoh wayang favoritnya yaitu Bima.
Keunikan Arsitektur
Pada bagian dalam masjid ada arsitektur yang unik, seperti tiang-tiang penopang disisipkan pada bagian sisi bangunan masjid dengan jarak yang teratur. Hal ini memberikan kesan bahwa masjid lebih lapang dan luas. Total tiang yang ada di Masjid Jamik ini bejumlah 19 buah dengan ukiran kayu di atasnya. Kemudian, terdapat lubang angin yang ada motif ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ruang utama masjid sendiri bisa menampung sebanyak 400 jemaah. Selain itu, dengan atap yang tinggi sekitar 7 meter menciptakan suasana sejuk karena sirkulasi udara yang baik. Tak hanya itu, plafonnya juga terbuat dari kayu jati cokelat.