Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau
Bangunan masjid yang berada di perbatasan kota Bukittinggi ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid.
Bangunan masjid yang berada di perbatasan kota Bukittinggi ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid.
Melihat Keindahan Masjid Jamik Taluak Bukittinggi, Perpaduan Corak Budaya Islam dan Minangkabau
Sumatra Barat kental dengan kebudayaan Islam tentu tidak lepas dari bangunan peninggalan yang kini masih dapat dijumpai dengan corak akulturasi budaya lokal dan agama Islam.
Salah satu bangunan dengan corak budaya Islam yang kini masih cukup eksis adalah Masjid Jami Taluak Bukittinggi. Bangunan ini terletak di Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Masjid ini cukup kental dengan percampuran budaya Minang dan Islam.
(Foto: Wikipedia)
-
Apa keunikan Masjid Jami Al Makmur Cikini? Terlihat jika bangunan memiliki arsitektur kuno peninggalan kolonial Belanda. Masjid ini didapati sudah eksis sejak tahun 1890 dan menjadi salah satu pusat dakwah Islam di Batavia.
-
Apa keunikan Masjid Baitul Makmur? Terdapat tiga buah kubah besar yang diapit oleh dua kubah menara air yang berukuran lebih kecil.
-
Apa ciri khas arsitektur Masjid Jamik? Bung Karno tidak melakukan banyak perubahan pada bangunan masjid, hanya menegaskan paduan nuansa Jawa dan Sumatra. Ia hanya mengubah bagian atap, tiang, dan menaikkan lantai masjid hingga 30 cm sekaligus dindingnya yang ditinggikan 2 meter.
-
Apa yang khas dari Masjid Agung Baitul Makmur? Bangunan masjid ini memiliki kubah besar di bagian tengahnya yang menjadi ciri khasnya, serta menara yang tinggi yang menjadi landmark di sekitarnya.
-
Apa ciri khas arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat? Masjid kebanggaan warga Sumatra Barat ini memiliki ciri khas dari segi arsitekturnya yang cenderung mirip bahkan sama dengan rumah tradisional Minang, yaitu Rumah Gadang.
-
Apa keunikan Masjid Agung Baitul Mukminin? Masjid kebanggan Kota Santri ini memiliki keunikan tersendiri. Pertama, kental akan budaya Jawa yang tercermin dari joglo, ukiran, serta ornamen batik Jawanya. Kedua, kental akan nuansa keislaman lewat menara masjid yang menjulang tinggi.
Dulunya masjid ini begitu ikonik, sampai-sampai bangunan ini paling banyak diabadikan ketika selama masa Pemerintahan Hindia Belanda yang dikoleksi oleh Tropenmuseum di Amsterdam.
Saat ini, Masjid Jamik Taluak Bukittinggi berada dalam pengelolaan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau.
Berdiri Sejak Abad 19
Mengutip situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, bangunan masjid ini dulunya dibantu oleh masyarakat setempat sekitar tahun 1870 yang dipimpin oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid. Tokoh yang satu ini kini makamnya berada tepat di bekalang masjid.
Bangunan ini terdiri dari tiga bangunan pokok, yaitu bangunan masjid itu sendiri, Mihrab, dan juga menara. Pada bagian atap, terdiri dari tiga bahan seng, sementara bagian Mihrabnya berbentuk kubah.
Pada ruangan utama terdapat 5 tiang utama, 4 diantara berbentuk denah bujur sangkar dan satu tiang berada di tengahnya. Sementara itu, bentuk tiang kubus pada bagian bawah dan persegi delapan ada pada bagian tengah, dan puncaknya berbentuk pelipit.
Arsitektur Kental Budaya Minang
Dari segi arsitektur, bangunan masjid ini secara umum dipengaruhi oleh corak budaya Minang. Kemudian, pengaruh budaya Arab mulai datang ketika dibangunnya Minaret atau menara masjid kemudian disusul dengan pembuatan Fasad.
Pada bagian seluruh atap, termasuk atap ruang salat kecuali atap Minaret, berbentuk piramida berundak-undak, yang umum dimiliki masjid-masjid tua di Nusantara.
Bedanya dengan atap masjid lainnya dibuat lebih miring dan permukaan yang cekung, sehingga cocok untuk bangunan di daerah beriklim tropis karena mampu mengalirkan air hujan dengan cepat.
Untuk bagian Minaret, ada tiga bagian yang di dalamnya terdapat tangga berbentuk spiral. Lalu dindingnya dipenuhi hiasan bercorak Arab dan Persia. Konon, munculnya Minaret ini dikenalkan oleh reformis Islam yang dikenal dengan nama Kaum Paderi.
Terdapat Kolam Unik
Di dalam masjid ini terdapat tiga kolam atau disebut Luhak dalam bahasa setempat yang berfungsi untuk mengambil wudu, dan biasanya di dalamnya juga dipelihara berbagai jenis ikan air tawar.
Letak dari Luhak ini berada di sisi depan, samping kanan, dan belakang. Selain itu, terdapat bangunan beratapkan runcing dan berbahan ijuk yang berfungsi sebagai lumbung.
Dari bangunan tersebut membuktikan pada zaman dahulu bangunan ini tidak jauh dari aktivitas masyarakat muslim maupun kehidupan sosial-ekonomi daerah setempat.