Menyusuri Masjid Cheng Ho, Jejak Peninggalan Muslim Tionghoa di Tanah Palembang
Salah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.
Salah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.
Menyusuri Masjid Cheng Ho, Jejak Peninggalan Muslim Tionghoa di Tanah Palembang
Peradaban Islam di Nusantara memang berawal dari wilayah Timur Tengah yang melakukan ekspedisi ke benua Asia Tenggara. Tak hanya itu, akulturasi budaya ini juga terpapar oleh pendatang dari Tinghoa sampai Eropa. Contohnya seperti kedatangan Laksamana Cheng Ho yang berasal dari Yunnan, Tiongkok.
Di sebagian besar wilayah Nusantara tentu nama Cheng Ho ini begitu terkenal melalui peninggalannya yang sampai sekarang masih bisa dijumpai, yaitu masjid. Di Kota Palembang, masjid ini bisa ditemukan di Kompleks Jakabaring yang bernama Masjid Raya Cheng Ho Palembang. (Foto: Wikipedia)
-
Dimana letak Masjid Laksamana Cheng Ho? Sesuai dengan namanya, Masjid Laksamana Ceng Ho memiliki arsitektur Tionghoa yang terkenal dengan relief naga dan patung singa namun terdapat lafaz Allah dengan huruf Arab.
-
Dimana letak Masjid Muhammad Cheng Ho? Masjid ini terbuka untuk umum dari berbagai kalangan umat Islam. Mengutip Jatengprov.go.id, Masjid Cheng Ho Purbalingga baru diresmikan pada tahun 2011 setelah pembangunan yang dimulai tahun 2005.
-
Siapa yang membangun Masjid Cheng Ho? Inisiator pembangun masjid itu adalah seorang mualaf asal Bobotsari, Hery Susetyo, yang merupakan anggota PITI.
-
Apa keunikan Masjid Muhammad Cheng Ho? 'Herry ingin mendirikan masjid yang berbeda dari yang lainnya. Uniklah. Mungkin yang lain bentuknya biasa. Kalau di sini satu-satunya masjid di Purbalingga yang bisa dibilang paling unik,' kata Faizin.
-
Dimana Masjid Pecinan Tinggi berada? Masjid Pecinan Tinggi di wilayah Dermayon, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten menjadi salah satu peninggalan kejayaan Islam di zaman Kesultanan Banten.
-
Kenapa Masjid Cheng Ho mirip Kelenteng? Sekilas kalau dilihat dari jauh, bentuknya memang mirip kelenteng. Tak heran bila bukan warga setempat atau pengendara yang baru melewati tempat itu, segan untuk mampir karena mereka mengira bangunan itu bukanlah masjid.
Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Sriwijaya ini didirikan atas prakarsa pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia beserta tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa yang berada di sekitar Palembang.
Selain di Palembang, masjid dengan nama Cheng Ho juga rupanya tersebar di beberapa kota. Penasaran seperti apa masjid dengan corak Tionghoa ini? Simak informasi lengkapnya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Peran Besar Orang Tionghoa
Berdirinya masjid-masjid bercorak Tionghoa di beberapa daerah ini tak lepas dari peran besar dari orang-orang Tionghoa yang turut menyebarkan agama Islam. Mungkin selama ini kita mengetahui jika Islam disebarkan oleh orang-orang Arab saja.
Peran para pedagang Tionghoa juga turut menyebarkan ajaran Islam terutama di tanah Palembang. Laksamana Cheng Ho juga ikut turun tangan dalam menyebarkan ajaran Islam. (Foto: kontraktorkubahmasjid.com)
Mengutip dari berbagai sumber, Laksamana Cheng Ho sendiri sempat tiga kali mendarat di Palembang. Lebih dari itu, ketika Palembang masih dibawah Kerajaan Sriwijaya pernah meminta tolong armada Tiongkok untuk menumpas para perampok Tiongkok Hokkian.
Selain itu, Laksamana Cheng Ho dikenal sebagai seorang muslim yang taat. Bahkan, ia juga membentuk masyarakat muslim Tionghoa di Palembang. Dari beberapa peran besarnya ini kemudian diabadikan dalam bentuk sebuah masjid dengan corak Tionghoa yang cukup kental.
Arsitektur Masjid
Dihimpun dari situs indonesiakaya.com, Masjid Raya Cheng Ho Palembang ini memiliki dua menara mirip pagoda yang bernama "Habluminallah" dan "Hambluminannas". Keduanya memiliki lima lantai yang menyimbolkan salat wajib dalam sehari.
Pada lantai dasar menara masjid ini terdapat tempat wudhu yang bagian luarnya terdapat goresan ornamen khas Palembang yaitu tanduk kambing. Sementara itu, di dalam masjid akan tampak jelas warna merah khas masyarakat Tionghoa.
Bukan hanya tembok interior saja, tetapi beberapa daun pintu, pancang, dan pagar pembatas turut dilengkapi dengan ornamen Tionghoa yang begitu ciamik.
(Foto: indonesiakaya.com)
Diresmikan Tahun 2006
Melansir dari berbagai sumber, masjid ini juga tidak lepas dari budaya Palembang, sehingga dalam satu bangunan terdapat perpaduan akulturasi Palembang dan Tionghoa.
Modal pembangunan ini awalnya sekitar Rp150 juta dari hasil dana organisasi. Masjid ini berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Daerah dan baru diresmikan pada tahun 2006 silam. Masjid ini didirikan atas prakarsa pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia dan tokoh masyarakat.
Secara operasional, masjid ini mulai beroperasi pada tahun 2008. Uniknya, untuk jemaah laki-laki berada di lantai satu, sedangkan jemaah perempuan berada di lantai dua.
Tersebar di Beberapa Daerah
Laksamana Cheng Ho rupanya telah melakukan ekspedisi ke beberapa daerah di Nusantara. Dari situlah, banyak berdiri masjid bercorak Tionghoa di beberapa kota, seperti Surabaya, Kutai Kartanegara, Purbalingga, Pasuruan, Batam, Samarinda, Banyuwangi, Makassar, Jambi, Balikpapan.
Secara umum seluruh bangunan masjid ini masih kental dengan nuansa arsitektur Tionghoa. Hanya saja, setiap masjid tersebut disesuaikan juga dengan budaya setempat sehingga terlihat adanya percampuran budaya.
Adanya Masjid Cheng Ho yang tersebar di berbagai daerah ini menjadi bukti dalam menonjolkan identitas Tionghoa. Selain itu, masyarakat juga belajar menerima budaya-budaya luar yang tentu bercampur dengan budaya lokal. (Foto: merdeka.com