Sekilas Bentuknya Mirip Kelenteng, Ini Fakta Menarik Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga
Masjid Cheng Ho Purbalingga baru diresmikan pada tahun 2011 setelah pembangunan yang dimulai tahun 2005.

Masjid Cheng Ho Purbalingga baru diresmikan pada tahun 2011 setelah pembangunan yang dimulai tahun 2005.

Sekilas Bentuknya Mirip Kelenteng, Ini Fakta Menarik Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga
Sekilas kalau dilihat dari jauh, bentuknya memang mirip kelenteng. Tak heran bila bukan warga setempat atau pengendara yang baru melewati tempat itu, segan untuk mampir karena mereka mengira bangunan itu bukanlah masjid. Padahal lokasinya cukup strategis di pinggir jalan Purbalingga-Bobotsari.
“Orang yang jarang ke sini tahunya bukan masjid. Tapi setelah melihat di atas itu ada tulisah Allah, baru orang berpikir berarti ini masjid,” kata Ketua Takmir Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Ho, Mochamad Nur Faizin, dikutip dari Jatengprov.go.id.
Masjid Muhammad Cheng Ho kental dengan nuansa Tionghoa. Warna bangunannya didominasi warna merah, warna dominan yang kerap ditemui di bangunan kelenteng. Faizin menjelaskan bahwa filosofi dari warna merah pada masjid itu adalah keberanian.

Ia menambahkan, setelah masyarakat mulai tahu, banyak yang datang ke masjid terutama untuk salat. Mereka yang semula penasaran kini menjadikan tempat itu sebagai Lokasi berhenti. Masjid ini terbuka untuk umum dari berbagai kalangan umat Islam.

Mengutip Jatengprov.go.id, Masjid Cheng Ho Purbalingga baru diresmikan pada tahun 2011 setelah pembangunan yang dimulai tahun 2005.
Inisiator pembangun masjid itu adalah seorang mualaf asal Bobotsari, Hery Susetyo, yang merupakan anggota PITI. PITI singkatan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.
Pembangunan masjid yang sempat mandek, berhasil dilanjutkan setelah ada peran serta dari pihak swasta yaitu Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa). Kini masjid itu telah berdiri kokoh dan megah.
“Herry ingin mendirikan masjid yang berbeda dari yang lainnya. Uniklah. Mungkin yang lain bentuknya biasa. Kalau di sini satu-satunya masjid di Purbalingga yang bisa dibilang paling unik,” kata Faizin.
Masjid itu pada awalnya bernama Masjid PITI An Naba, dibangun di atas tanah wakaf seluas 560 meter persegi dan tanah dari PITI seluas 190 meter persegi. Masjid itupun berubah nama untuk mengenang seorang pelaut muslim Tionghoa bernama Laksamana Cheng Ho.

Ali Rodiul Maknun, salah seorang warga yang tengah beribadah di masjid itu, mengaku terkesan dengan bangunan masjid. Saat itu ia tengah menempuh perjalanan dari Cilacap menuju Batang. Ketika sampai di Purbalingga, ia menyempatkan diri untuk singgah di masjid tersebut.
“Kebetulan tempatnya strategis. Bisa untuk salat, bisa untuk mampir makan, sekaligus istirahat. Tempatnya enak dan unik. Keunikannya dari segi bangunan yang beda dari yang lain yang biasanya bergaya Timur Tengah, ini bergaya Tionghoa,” tutup Ali, mengutip dari Jatengprov.go.id.