Sejarah Masjid Raya Badiuzzaman, Salah Satu Rumah Ibadah Tertua di Medan Peninggalan Raja Sunggal
Di Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Di Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Sejarah Masjid Raya Badiuzzaman, Salah Satu Rumah Ibadah Tertua di Medan Peninggalan Raja Sunggal
Provinsi Sumatra Utara menjadi salah satu wilayah yang menjadi saksi perkembangan Islam di Nusantara. Di daerah ini terdapat berbagai peninggalan Islam yang sampai sekarang masih dilestarikan.
Salah satu peninggalannya ada di Kota Medan yaitu Masjid Raya Badiuzzaman. Bangunan masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah tertua di Medan yang sampai detik ini masih berdiri kokoh.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Kapan Masjid Syekh Zainal Abidin dibangun? Awalnya bangunan masjid ini masih sangat sederhana, hanya berbentuk dua buah surau dari kayu yang terpisah untuk jemaah laki-laki dan perempuan. Surau ini tak hanya menjadi rumah ibadah, tetapi juga tempat belajar ilmu agama Islam.Seiring berjalannya waktu, jemaah dan pengikut di masjid ini semakin banyak. Syekh Zainal Abidin lantas membangun sebuah masjid.
-
Dimana masjid tertua di Bekasi berada? Bukti lain dari Lemah Abang sebagai gerbang agama Islam bisa dilihat dari keberadaan Masjid Syiarul Islam yang berdiri di Jalan Raya Lemahabang.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
Melansir dari beberapa sumber, Masjid Raya Badiuzzaman dibangun sekitar tahun 1885 atau sekitar 1306 Hijriah oleh seorang Raja Sunggal bernama Datuk Badiuzzaman Surbakti asal Suku Karo.
Masjid ini sampai sekarang masih berdiri kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Masjid ini konon dibangun menggunakan putih telur sebagai bahan perekat untuk pasir dan batu.
Masih Orisinil
Keistimewaan lain dari Masjid Raya Badiuzzaman ini adalah kondisi bangunan yang masih terjaga keorisinilannya.
Terdapat pilar berwarna hijau sebanyak empat buah sebagai penyangga bangunan sekaligus ornamen dari masjid ini.
Di bagian dalam masjid, terdapat sebuah mimbar permanen yang terbuat dari batu. Masjid Raya Badiuzzaman juga memiliki enam buah jendela yang dominan warna hijau dan kuning.
Pemilihan warna cat hijau dan kuning itu bukanlah tanpa alasan, melainkan sebagai simbol khas dari Suku Karo dan Melayu.
Sempat Dilarang Belanda
Pada masa kepemimpinan Datuk Badiuzzaman, masjid ini menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat setempat mulai dari tempat beribadah sampai tempat musyawarah.
Proses pembangunan masjid ini tidak mudah karena sempat ditentang oleh pemerintah Belanda waktu itu. Mereka melarang distribusi semen yang digunakan untuk membangun masjid ini.
Akan tetapi, masyarakat setempat tidak kehilangan akal. Mereka pun menggunakan putih telur sebagai perekat bangunan. Terbukti, sampai sekarang bangunan ini masih berdiri kokoh dan masih digunakan masyarakat untuk beribadah.
Di bagian kiri dan depan masjid terdapat sejumlah makam keluarga Datuk Badiuzzaman dan warga sekitar.
Datuk Badiuzzaman sendiri dimakamkan di Cianjur, Jawa Barat karena sempat dipanggil oleh Belanda untuk berunding.