Masjid di Jakarta Ini Ditemukan Oleh Pendeta Tahun 1648, Lokasinya Ada di Dalam Gang
Masjid ini ditemukan oleh pendeta tahun 1648 lokasinya terpencil di dalam gang, ini potretnya.
Banyak fakta menarik tentang masjid kuno ini.
Masjid di Jakarta Ini Ditemukan Oleh Pendeta Tahun 1648, Lokasinya Ada di Dalam Gang
Bangunan masjid ini bernama Al Anshor dan jadi salah satu rumah ibadah umat muslim tertua di Jakarta. Tak ada yang tahu pasti kapan tahun pembangunannya. Namun mulanya masjid tersebut ditemukan oleh seorang pendeta di tahun 1648.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Siapa yang menemukan masjid tertua ini? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Kenapa temuan masjid tertua ini penting? Pejabat Otoritas Kepurbakalaan (IAA) mengatakan temuan itu memberi petunjuk tentang bagaimana wilayah itu yang tadinya memeluk Kristen berpindah menjadi Islam.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
Tersembunyi di dalam gang
Mengutip buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta karya sejarawan Adolf J Heuken, Masjid Al Anshor ini terletak di Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat.
Saat ini letaknya sudah tidak lagi seluas zaman dulu, karena terhimpit rumah-rumah warga di dalam gang padat penduduk.
Walau sudah berabad-abad usianya, warga setempat masih memeliharanya dengan baik bahkan terus dilakukan renovasi agar bertahan lama dan makin nyaman dijadikan tempat untuk beribadah.
Lebih mirip rumah
Jika dilihat sepintas, rumah ibadah umat Muslim ini tidak seperti masjid kebanyakan karena tidak memiliki menara atau bahkan kubah.
Selain itu, walau tetap direnovasi, masjid ini jauh dari megah alias tetap dibangun secara sederhana oleh masyarakat. Ini yang membuat sepintas Masjid Al Anshor lebih mirip tempat tinggal daripada lokasi peribadatan.
Sayangnya sebagai bangunan yang mempunyai nilai sejarah, masjid ini hanya bisa diakses melalui jalan kaki. Ini karena jalan masuk menuju masjid hanya berupa gang yang sangat sempit, bahkan untuk sepeda motor.
Jendelanya masih tradisional
Hampir seluruh bangunan Masjid Al Anshor sudah dipugar perlahan oleh warga dan DKM masjid dalam beberapa tahun terakhir.
Namun nuansa sejarahnya bisa dilihat di beberapa titik, salah satunya pada bagian jendela utama masjid.
Terlihat ventilasi udara tersebut tidak memakai kaca, dan masih menggunakan kayu dengan motif kayu yang membentuk garis-garis.
Ini menjadi salah satu ciri dari bangunan yang dibangun sebelum era 2000 an.
Ditemukan oleh seorang pastor
Sebelumnya, masjid ini sudah berdiri di abad ke-17 namun masih dalam bentuk yang amat sederhana.
Berdasarkan sejarahnya, pada 1648, seorang pastor menemukan bangunan peribadatan Muslim dan melaporkannya kepada dewan gereja. Saat itu bangunan juga difungsikan sebagai tempat pembelajaran agama.
Diketahui, bangsa Moor lah yang membangun masjid ini. Dulunya mereka mendirikan ini untuk tempat beribadah, di sela-sela aktivitas berdagang mereka. Bangsa Moor merupakan orang-orang dari kawasan Arab, Afrika sampai Spanyol yang memeluk Agama Islam.
Berdiri di atas tanah wakaf orang India
Masih sedikit informasi tentang masjid tersebut, termasuk siapa yang pertama kali mendirikannya.
Namun kembali lagi dalam catatan sejarah kolonial, kawasan ini dulunya merupakan salah satu titik penyebaran Agama Islam di Jakarta.
Ini merujuk ke daerah Pekojan yang mulanya ditinggali orang-orang dari Hadramout, Yaman dan India Muslim.
Diperkirakan mereka menjadi pendiri awal masjid ini, karena menurut arsip pemerintah kepemilikan tanah tercatat berasal dari lahan wakaf yang dipunyai warga India muslim pada saat itu.