Berusia Dua Abad, Begini Kisah Masjid An Nawier di Jakarta Barat yang Kerap Umumkan Wafatnya Keluarga Keraton Solo
Begini kisah unik Masjid An Nawier yang sudah ada sejak abad ke-18 di Tambora Jakarta Barat
Begini kisah unik Masjid An Nawier yang sudah ada sejak abad ke-18 di Tambora Jakarta Barat
Berusia Dua Abad, Begini Kisah Masjid An Nawier di Jakarta Barat yang Kerap Umumkan Wafatnya Keluarga Keraton Solo
Masjid An Nawier di wilayah Pekojan, Tambora, Kota Jakarta Barat, merupakan salah satu yang tertua di DKI Jakarta.
Keberadaannya sudah ada sejak abad ke-18, tepatnya pada 1760. Keunikan An Nawier di antaranya kerap menyampaikan pengumuman wafatnya keluarga Keraton Solo.
-
Dimana masjid tertua di Bekasi berada? Bukti lain dari Lemah Abang sebagai gerbang agama Islam bisa dilihat dari keberadaan Masjid Syiarul Islam yang berdiri di Jalan Raya Lemahabang.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Kapan Masjid Agung Banten didirikan? Dalam laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, disebutkan bahwa masjid besar ini mulai dibangun atas perintah Sultan Maulana Hasanuddin, Putra dari Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552 – 1570 M.
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Dimana letak Masjid Agung Natuna? Di Natuna, Kepulauan Riau terdapat sebuah masjid megah bernama Masjid Agung Natuna.
-
Dimana Masjid Nurul Islam Tua terletak? Lokasi masjid ini berada di Kampung Kayu Jao, Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.
Secara umum bangunan An Nawier masih menyisakan peninggalan masa Islam di Batavia tahun 1700-an. Kala itu, masjid ini konon jadi pusat penyebarannya di wilayah Jakarta Barat.
Saat ini, keindahan bangunan menjadi daya tarik dari Masjid An Nawier dan mampu membuat jemaah betah untuk melaksanakan ibadah di sini.
Masjid An Nawier jadi salah satu rujukan sejarah perkembangan Islam di tanah Batavia pada masa silam.
Berikut informasi tentang Masjid An Nawier yang bersejarah.
Gaya Bangunannya Khas Kolonial
Di masa itu gaya bangunan tidak terlepas dari arsitektur khas kolonial yakni art deco. Bentuk ini diklaim paling modern di zamannya, karena mengandung unsur budaya barat dan timur yang kental.
Mengutip Youtube resmi Masjid Jami An Nawier, desain khas barat terletak pada sisi pintu, jendela, plafon hingga kusen yang berbahan kayu. Sedangkan nuansa timur kental di bagian dalam masjid, termasuk di ruang imam untuk memimpin salat.
“Dahulu luasnya hanya 500 meter persegi, sekarang sudah 2.000 meter persegi dengan gaya bangunan lawas,” terang Ketua DKM Masjid An Nawier, Kampung Pekojan, Dikky Abu Bakar Basshandid
Masih Ada Kolam Berwudhu Zaman Dulu
Peninggalan lain masa lampau adalah adanya kolam berwudhu yang ada di samping bangunan masjid. Kolam ini dahulu jadi tempat umat Islam bersuci sebelum melaksanakan salat.
Saat ini kolamnya berlapis batu alam dan masih dipertahankan karena mengandung nilai sejarah yang kuat.
Airnya juga mengalir dari sumber yang dihubungkan ke kolam tersebut, sehingga terjaga kondisinya.
“Tempat wudhu ini jadi salah satu saksi berdirinya Masjid Jami An Nawier dan dahulu jemaah masjid berwudhu di kolam lama ini,” kata dia.
Terdapat Mimbar Hadiah dari Keraton Solo
Menurut Dikky, peninggalan lawas lain dari Masjid Jami An Nawier adalah mimbar berukuran besar yang ada di bangunan utama masjid.
Mimbar ini menggunakan kayu jati dengan cat gelap mengkilap dan tampak megah.
Dahulu mimbar merupakan hadiah dari Keraton Solo terhadap masjid ini, karena adanya hubungan keluarga dari salah satu pendirinya. Ini turut diperkuat dengan adanya ornament khas Jawa yang kental di kayu mimbar.
“Walau ada yang mengatakan juga ini berasal dari Kesultanan Kalimantan, namun yang paling kuat adalah berasal dari Keraton Solo, karena adanya ukiran khas Jawa zaman dulu,” ungkapnya
Kerap Siarkan Kabar Wafatnya Keluarga Keraton Solo
Masjid ini juga memiliki ciri khas yang unik, yakni kerap menyiarkan kabar meninggalnya anggota keluarga Keraton Solo.
Mengutip laman duniamasjid.islamic-center.or.id, hal ini karena adanya hubungan erat antaran masjid dengan kerajaan Solo. Ketika ada kabar meninggal dari sana, maka segenap pengurus masjid bersama warga sekitar akan melaksanakan salat gaib.
Setelahnya dilanjutkan dengan kegiatan berdoa bersama. Ini yang menjadi ciri kuat dari Masjid Jami An Nawier dan tidak dilakukan oleh masjid-masjid lain yang ada di Jakarta.