Keunikan Masid Jami' Lasem Rembang, Terdapat Mustaka Tua Bergaya Hindu
Mustaka tua itu merupakan bentuk dari akulturasi budaya Hindu-Islam pada masanya
Mustaka tua itu merupakan bentuk dari akulturasi budaya Hindu-Islam pada masanya
Keunikan Masid Jami' Lasem Rembang, Terdapat Mustaka Tua Bergaya Hindu
Masid Jami’ Lasem merupakan salah satu masjid megah yang berdiri di pesisir utara Pulau Jawa. Masjid yang berada di Desa Kauman, Kecamatan Lasem, Rembang, ini konon didirikan pada tahun 1588 dengan gaya arsitektur Jawa.
-
Apa ciri khas Masjid Walima Emas? Sesuai namanya, masjid ini memiliki ciri khas yang terletak pada kubahnya yang berwarna emas. Tentunya warna tersebut menimbulkan kesan megah, mewah, dan berbeda dari masjid pada umumnya. Kubahnya yang berukuran besar juga bisa menarik perhatian siapapun terutama dari kejauhan.
-
Apa keunikan Masjid Langgar Tinggi Pekojan? Bergaya Kuno, Begini Asal Usul Masjid Langgar Tinggi Pekojan yang Dulu Dibangun oleh Saudagar Yaman Masjid ini dulunya dibangun oleh saudagar asal Yaman. Begini kisahnya Balkon kayu kuno dan pilar beton lawas menghiasi sisi samping Masjid Langgar Tinggi di Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat. Gaya keseluruhan bangunan khas tradisional era kolonial, dengan perpaduan berbagai negara.
-
Apa ciri khas arsitektur Masjid Jamik? Bung Karno tidak melakukan banyak perubahan pada bangunan masjid, hanya menegaskan paduan nuansa Jawa dan Sumatra. Ia hanya mengubah bagian atap, tiang, dan menaikkan lantai masjid hingga 30 cm sekaligus dindingnya yang ditinggikan 2 meter.
-
Apa ciri khas Masjid Manonjaya? Mengutip Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, ciri khas Masjid Manonjaya adalah dari bentuknya. Desainnya masih bergaya Belanda ala abad ke-19, dengan dua menara kubah di sisi kanan dan kirinya.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Apa ciri khas Masjid Jamik Taluak? Bangunan ini terdiri dari tiga bangunan pokok, yaitu bangunan masjid itu sendiri, Mihrab, dan juga menara. Pada bagian atap, terdiri dari tiga bahan seng, sementara bagian Mihrabnya berbentuk kubah.
Namun dikutip dari Jatengprov.go.id, masa berdirinya Masjid Jami’ Lasem belum dapat diketahui secara pasti. Di dalam ruangan utama masjid terdapat lima prasasti berhuruf dan berbahasa Arab dan satu prasasti berhuruf dan berbahasa Jawa.
YouTube Soregiyanta Chan
Empat di antara lima prasasti memuat angka tahun 1829 M, 1318 H, 1281 H, dan 1286 H.
Belum diketahui secara pasti apakah angka-angka tersebut berkaitan dengan pendirian atau pemugaran masjid, karena prasasti tersebut hanya berisi kalimat toyyibah atau kalimat pujian.
Dikutip dari Nu.or.id, pendirian Masjid Jami’ Lasem diprakarsai oleh Adipati Lasem, Pangeran Tejakusuma I atau lebih dikenal dengan nama Mbah Srimpet, dan menantunya, Sayyid Abdurrahman Basyaiban atau lebih dikenal dengan nama Mbah Sambu.
Dikutip dari karangturi-rembang.desa.id, sejarah berdirinya Masjid Jami’ Lasem mempunyai keterikatan dengan masuknya agama Islam dan sejarah Kota Lasem.
YouTube Soregiyanta Chan
Di sekitar Masjid Jami’ Lasem terdapat beberapa makam Wali Allah yang pernah menyebarkan ajaran Islam di Lasem. Selain itu di Masjid Jami’ Lasem, terdapat sebuah mustaka yang disebut sebagai salah satu mustaka paling tua dalam sejarah peradaban Islam di Rembang.
Konon mustaka itu sudah ada sejak masjid tersebut berdiri. Uniknya mustaka itu dirancang dengan bentuk barongan yang merupakan kesenian khas masyarakat Hindu Lasem.
Pengurus Masjid Jami’ Lasem, Abdullah Hamid mengatakan bahwa mustaka setinggi 1,5 meter itu mempunyai bentuk khas, terbuat dari bahan tembikar, dengan ornamen yang bisa langsung mengingatkan tempo dulu yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran.
Dilansir dari Nu.or.id, mustaka itu diturunkan saat proses perbaikan masjid Lasem pada tahun 2005. Hal ini karena adanya kekhawatiran bahwa kondisinya semakin rusak.
Mustaka masjid kemudian diganti berbahan tembaga dengan bentuk yang hampir menyerupai mustaka lama untuk menjaga nilai kesejarahannya. Sementara mustaka lama disimpan dalam kerangkeng besi.
Menurut Abdullah, mustaka itu merupakan salah satu bagian penting dari sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa. Posisinya berada paling atas di sebuah bangunan masjid dan menjadi simbol keagungan.