Seni Ronggeng Bugis Dipakai Sunan Gunung Jati untuk Memata-matai Kerajaan Pajajaran, Begini Kisahnya
Kesenian ini unik, dan pernah jadi media mata-mata Sunan Gunung Jati ke Kerajaan Pajajaran.
Kesenian ini unik, dan pernah jadi media mata-mata Sunan Gunung Jati ke Kerajaan Pajajaran.
Seni Ronggeng Bugis Dipakai Sunan Gunung Jati untuk Memata-matai Kerajaan Pajajaran, Begini Kisahnya
Mungkin Seni Ronggeng Bugis masih terdengar asing di telinga masyarakat Jawa Barat, khususnya Cirebon.
Seni ini merupakan hasil budaya khas wilayah Cirebon, Jawa Barat yang diwariskan oleh pemerintahan Sunan Gunung Jati.
-
Bagaimana Sunan Gunung Jati mendirikan Kerajaan Banten? Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
-
Bagaimana cara Sunan Kalijaga menggunakan Gamelan Kodok Ngorek? Biasanya, Sunan Kalijaga membunyikan ini saat masuk musim kemarau yang berkepanjangan. Karena sudah ada sejak tahun 1500 masehi, maka kondisinya sudah tidak utuh. Beberapa bagiannya terlepas dengan kayu yang keropos.
-
Kapan Sunan Gunung Jati diangkat jadi raja Cirebon? Ketika itu dirinya masih berusia 22 tahun pada 1470 Masehi. Penobatan ini dilakukan di sebuah bukit Amparan Jati, Kabupaten Cirebon.
-
Mengapa Sunan Gunung Jati mendirikan kerajaan di Banten? Salah satu alasan mengapa wilayah Banten di-Islamkan perlahan adalah untuk mencegah masuknya pengaruh buruk Portugis.
-
Siapa Sunan Gunung Jati? Sunan Gunung Jati lahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 Masehi di Makkah Al-Mukarramah. Ibunya, Nyai Rara Santang, adalah putri dari Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Padjajaran yang kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
-
Kapan Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon? Ia mampir di Gujarat dan Kerajaan Samudra Pasai sebelum akhirnya tiba di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
Kesenian ini dilakukan oleh kaum laki-laki yang berdandan layaknya perempuan.
Uniknya, pemerintahan Sunan Gunung Jati pernah menggunakan Ronggeng Bugis untuk memata-matai kerajaan Pajajaran yang ada di Pakuan, Bogor.
Sampai sekarang seni Ronggeng Bugis jadi hiburan rakyat yang menarik bagi masyarakat Cirebon, dan perlu dilestarikan. Berikut selengkapnya.
Para penari laki-laki yang berdandan perempuan
Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, kesenian Ronggeng Bugis termasuk yang unik.
Ini karena para pemainnya yang merupakan kaum laki-laki berdandan menyerupai perempuan. Menurut sejarahnya, ini sebagai bentuk penyamaran dari prajurit yang gagah berani dan bermental tinggi.
Kesenian Ronggeng Bugis kerap disisipi pesan kebaikan, sekaligus cerita humor khas masyarakat pesisir utara Jawa Barat.
Menari dengan gerakan yang lucu.
Dalam penampilannya, kesenian ini dilakukan oleh sekitar 7 penari pria yang wajahnya diberi bedak tebal, lipstick hingga sanggul.
Mereka juga mengenakan pakaian wanita tradisional, lengkap dengan rok panjang bermotif batik.
Lalu mereka mulai menari dengan iringan musik karawitan Cirebon yang terdiri dari kendang, kecrek dan kenong (serupa gong kecil).
Kemudian para penari membentuk formasi tertentu, dan menari dengan gerakan yang lucu namun selaras.
Jadi media mata-mata Sunan Gunung Jati
Berdasarkan tradisi lisan, kesenian ini dulunya digunakan Sunan Gunung Jati untuk memata-matai kerajaan Pajajaran yang berkonflik dengan pemerintahan Cirebon.
Saat itu, Sunan Gunung Jati mengutus sejumlah telik sandi atau intel khusus ke negeri Pajajaran, setelah Cirebon memproklamasikan kemerdekaannya dari kerajaan Sunda terbesar itu.
Ini dilakukan untuk melihat reaksi raja Pajajaran setelah Cirebon menyatakan kedaulatannya.
Agar tidak dicurigai, pasukan telik sandi ini menjalankan taktik dengan cara ngamen dari kota ke kota, sepanjang perjalanan menuju Pakuan Pajajaran di Bogor.
Setelah sampai, mereka mengadakan pertunjukkan sembari mengamati reaksi pihak kerajaan sebelum informasi disampaikan kembali ke Sunan Gunung Jati.
Perpaduan dua budaya.
Berdasarkan informasi, para penari Ronggeng Bugis ini awalnya bukan asli pasukan Cirebon, melainkan pasukan dari Makassar.
Nama Bugis ini yang menguatkan percampuran budaya tersebut, di mana istilah ini merujuk ke sebuah suku di Sulawesi.
Disebutkan juga jika mereka merupakan pihak yang bekerja sama dengan pemerintaha Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Salah satu sanggar yang masih menampilkan kreasi Ronggeng Bugis adalah Sanggar Seni Pringgading di wilayah Kabupaten Cirebon.