Mengenal Tari Cokek Si Pat Mo, Wujud Harmonis Budaya Betawi & Tionghoa yang Dilestarikan di Tangerang
Tarian ini menggambarkan sosok perempuan yang agung dan mampu menjaga diri
Tarian ini menggambarkan sosok perempuan yang agung dan mampu menjaga diri
Mengenal Tari Cokek Si Pat Mo, Wujud Harmonis Budaya Betawi & Tionghoa yang Dilestarikan di Tangerang
Harmonisasi yang apik antara etnis Betawi dan Tionghoa salah satunya bisa terlihat di Tari Cokek Si Pat Mo. Ini merupakan kesenian lokal khas Kota Tangerang turun temurun yang masih dilestarikan hingga sekarang.
-
Apa motif khas Batik Tangerang? Kembang mayang merupakan motif batik yang bisa Anda temukan saat bertandang ke kota tersebut. Desainnya beragam, dengan menyesuaikan tren warna yang kekinian membuatnya kian modis dipandang.
-
Batik Terogong punya motif apa? Motif yang dihadirkan dalam batik tersebut kebanyakan melekat dengan masyarakat Betawi, seperti tanaman, buah-buahan, kesenian tanjidor sampai ondel-ondel.
-
Di mana Tari Batu Cino berasal? Di Sumatra Selatan, terdapat sebuah kesenian drama tari yang mengisahkan kisah cinta sepasang kekasih yaitu Tari Batu Cino.
-
Apa tradisi Peh Cun di Tangerang? Masyarakat etnis Tionghoa di wilayah Kota Tangerang, Banten, memiliki tradisi unik yakni mendirikan telur.
-
Mengapa Tari Petake Gerinjing penting bagi budaya Indonesia? Kemudian, tarian ini bukanlah hanya sekedar seni tradisional saja, tetapi juga menjadi sarana menyampaikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan pesan moral.
-
Tari Batin, apa itu? Salah satu kesenian berasal dari Lampung Barat ini menjadi simbol suatu kehormatan dan kebesaran yang dipertunjukkan pada upacara ritual yang sakral.
Tarian ini pada dasarnya merupakan medium pergaulan yang biasa ditampilkan oleh remaja perempuan usia belasan.
Mereka akan berdandan dan merias diri sebelum menampilkan kesenian tersebut.
Saat musik tradisional ditabuh, sekelompok remaja penampil akan serempak memulai gerakan Tari Cokek Si Pat Mo. Yuk kenalan lebih lanjut berikut ini.
Dibawa oleh Komunitas Cina Benteng
Tari Cokek Si Pat Mo mulanya dikenalkan oleh komunitas Tionghoa yang ada di Kota Tangerang yakni Cina Benteng.
Lambat laun kesenian ini bisa diterima oleh masyarakat lokal, bahkan jadi salah satu yang identik di Kota Tangerang.
"Tarian Cokek Si Pat Mo adalah tarian khas dari Tangerang,” kata Ketua Sanggar Tari Lentera, Henny Lim, dikutip dari laman Pemkot Tangerang, Jumat (27/10)
Hasil akulturasi Tionghoa dan Betawi
Tari Cokek Si Pat Mo jadi bukti harmonisnya akulturasi antara dua etnis yang tinggal di wilayah Kota Tangerang, yakni Betawi dan Tionghoa.
Ini terlihat dari adanya musik pengiring gambang kromong yang merupakan kesenian tradisional warga Betawi secara turun-temurun.
Biasanya para penari menggunakan kostum atasan kuning dan bercelana ungu dengan selendang berwarna merah yang diikatkan di perut.
“Tarian Cokek Si Pat Mo adalah hasil dari akukturasi budaya Tionghoa dan Betawi. Saya melihat tari cokek si pat mo adalah sebuah warisan budaya yang harus tetap dijaga dan juga dilestarikan," katanya lagi.
Gambarkan kesucian seorang gadis
Terdapat fungsi hiburan di kesenian ini, di mana warga Betawi Cina Benteng biasanya memiliki ritus khusus sebelum melaksanakan hajatan seperti pernikahan, peribadatan dan pesta panen raya yang dihibur dengan Tari Cokek Si Pat Mo.
Namun terdapat makna adiluhung di balik harmonisnya tarian ini, yakni menggambarkan kesucian seorang gadis.
Ini bisa terlihat dari pakaian yang dikenakan yakni baju kuning, selendang merah yang diikat di perut dan ikat rambut berwarna senada untuk menggambarkan kemandirian dan keagungan setiap penarinya.
Menjaga kesucian gadis
Di setiap gerakan terdapat pesan yang membuat kesenian Cokek Si Pat Mo ini secara lemah lembut diperagakan sebagai gambaran kesantunan.
"Tarian Cokek Si Pat Mo gerakannya lembut, tetapi kalau kita membawakan dengan hati, gerakan kita akan berbeda. Tarian ini sangat indah, terhormat serta membanggakan masyarakat Cina Benteng," tambah Henny.
Setiap gerakan tarian melambangkan penjagaan hati, menjaga pikiran, menjaga telinga, menjaga pandangan, menjaga hidung, menjaga mulut, menjaga kemaluan, menjaga dubur dan menjaga segala perbuatan keji.
Jelas Ketua Sanggar Tari Lentera, Henny Lim.