Mengenal Tari Batu Cino, Kesenian Tradisional Sumatra Selatan yang Kisahkan Cinta Sepasang Kekasih
Bak pasangan Romeo dan Juliet, Jaka dan Hasnah saling mencintai dan sudah berkomitmen untuk membangun rumah tangga.
Bak pasangan Romeo dan Juliet, Jaka dan Hasnah saling mencintai dan sudah berkomitmen untuk membangun rumah tangga.
Mengenal Tari Batu Cino, Kesenian Tradisional Sumatra Selatan yang Kisahkan Cinta Sepasang Kekasih
Indonesia begitu kaya dengan kesenian tradisional yang unik dan sarat makna. Di Sumatra Selatan, terdapat sebuah kesenian drama tari yang mengisahkan kisah cinta sepasang kekasih yaitu Tari Batu Cino.
Jaka dan Hasnah, sepasang kekasih yang tergambar dari tarian tersebut kisahnya dikemas dalam cerita legenda, Legenda Batu Cino. Sampai sekarang, legenda tersebut masih cukup populer dan sudah mengakar dalam budaya masyarakat Kabupaten Empat Lawang. (Foto: pixabay)
-
Tari Tanduak menceritakan apa? Melansir dari beberapa sumber, Tari Tanduak ini menceritakan adu kerbau antar masyarakat Pulau Paco di Minangkabau dan utusan dari Kerajaan Majapahit.
-
Apa itu Tari Sintung? Kesenian ini diperkirakan setua pesantren di kampung Parongpong, Kecamatan Rubaru. Pesantren yang didirikan sekitar abad XVIII. Para santri di pesantren Parongpong, Kecamatan Rubaru ini diajarkan kesenian Sintung.
-
Bagaimana Tari Serampang XII menunjukkan asmara? Gerak Tari Gila: pemuda dan pemudi mulai merasakan jatuh cinta dan sudah dimabuk asmara. 5. Gerak Tari Sipat: pada bagian ini sang gadis sudah memberi isyarat yang mengindikasikan ingin menjalin kasih dengan pemuda tersebut. 6. Gerak Tari Goncat-Goncet: pemuda telah menerima isyarat dari sang gadis untuk segera mencurahkan isi hatinya.
-
Bagaimana Tari Sintung diekspresikan? Sintung merupakan refleksi jiwa, ungkapan kegembiraan yang diekspresikan dengan cara mengangkat kaki, maupun bergembira ria sambil melompat-lompat disertai pembacaan selawat dan barzanji.
-
Bagaimana Tari Kain digunakan sebagai hiburan? Seiring berjalannya waktu, Tari Kain pun lambat laun berubah menjadi bagian dari tarian hiburan masyarakat.
-
Siapa pencipta Tari Sulintang? Melalui tangan dingin Raden Tjetje Soemantri, tari Sulintang ini lahir.
Bak pasangan Romeo dan Juliet, Jaka dan Hasnah saling mencintai dan sudah berkomitmen untuk membangun rumah tangga. Tetapi, Jaka masih ada utang janji yang belum bisa ia penuhi kepada Hasnah.
Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Setelah Kepergian Jaka
Selang beberapa waktu, seorang pedagang kaya dari Palembang tiba di wilayah Empat Lawang.
Lalu ia berlayar menyusuri Sungai Musi menggunakan perahu besarnya itu. Tiba-tiba ia bertemu dengan Hasnah dan langsung terpesona dengan paras wajahnya yang cantik.
Tanpa berpikir panjang, pedagang tadi langsung mengajak Hasnah untuk menikah.
Hasnah pun menolak mentah-mentah ajakan dari pedagang kaya tadi. Tanpa diduga, penolakan Hasnah justru membuat pedagang itu murka dan tidak segan-segan untuk membunuh siapapun yang menghalanginya.
Dalam kondisi yang memanas, Hasnah terus mendapatkan ancaman dari pedagang tersebut. Bahkan, pedagang itu memaksa Hasnah untuk segera menikah dengan dirinya.
Saat Jaka kembali ke kampung untuk memenuhi janjinya kepada Hasnah, ia justru melihat pasangannya itu sedang dalam ancaman oleh seorang pedagang tersebut.
Melawan Tanpa Rasa Takut
Melihat pasangannya diancam, Jaka pun melawan pedagang tersebut untuk menyelamatkan nyawa Hasnah. Akhirnya pertempuran keduanya pun tidak dapat terhindarkan. Jaka pun berhasil mengalahkan pedagang dan membebaskan Hasnah dari ancaman.
Kemenangan Jaka langsung disambut gembira oleh warga sekiar. Jaka dan Hasnah akhirnya menikah dan membangun kehidupan bersama yang penuh cinta dan kebahagiaan.
Adapatasi Tari Batu Cino
Kisah cinta keduanya kemudian dituangkan dalam sebuah kesenian drama tari yaitu Tari Batu Cino. Secara umum tarian ini membutuhkan banyak penari untuk memerankan berbagai macam karakter.
Beberapa karakter yang diperankan oleh para penari di antaranya berperan sebagai warga kampung mengenakan pakaian tradisional Sumatra Selatan, yaitu baju kurung dan kain songket. Sementara para penari pria mengenakan baju berwarna emas dengan kain songket yang senada.
Tari Batu Cino ternyata juga menjadi salah satu seni yang menggabungkan unsur drama, musik, dan tari. Maka dari itu, setiap pelaksanaannya butuh penari, musikus, sutradara, koreografer, dan juga aktor.