Mengenal Tari Rapa'i Geurimpheng, Kesenian Tradisional Pesisir Timur Aceh yang Penuh Nilai Islam
Kesenian khas pesisir bagian timur Aceh ini mengandung nilai-nilai filosofis tentang agama Islam, dakwah, hingga nilai Sufistik.
Kesenian khas pesisir bagian timur Aceh ini mengandung nilai-nilai filosofis tentang agama Islam, dakwah, hingga nilai Sufistik.
Mengenal Tari Rapa'i Geurimpheng, Kesenian Tradisional Pesisir Timur Aceh yang Penuh Nilai Islam
Provinsi Aceh bukan hanya terkenal dengan nuansa Islam yang begitu kental dalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga dengan tradisi dan budaya yang juga banyak mengandung makna dan filosofi agama Islam.
Salah satu kesenian dari Aceh yang memiliki unsur agama Islam yang cukup kuat yaitu Rapa'i Geurimpheng. Kesenian ini cukup populer di wilayah pesisir bagian Timur dari Provinsi Aceh.
(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
-
Mengapa Tari Petake Gerinjing penting bagi budaya Indonesia? Kemudian, tarian ini bukanlah hanya sekedar seni tradisional saja, tetapi juga menjadi sarana menyampaikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan pesan moral.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Mengapa tradisi Peutron Aneuk penting bagi masyarakat Aceh? Wujud pelaksanaan Peutron Aneuk ini tak hanya sekedar tradisi turun-temurun saja. Tetapi, tradisi ini memiliki makna dan arti yang begitu mendalam khususnya bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
-
Kenapa tari tradisional penting? Tari tradisional juga memiliki fungsi yang berbeda-beda, mulai dari sarana upacara, hiburan, hingga pertunjukan.
-
Apa ciri khas Rumoh Aceh? Ada satu hal yang unik dari tempat tinggal orang Aceh ini, yaitu pintu masuk utama Rumoh Aceh terbilang pendek, tingginya hanya sekitar 120-150 Cm saja. Maka dari itu, setiap tamu yang datang harus menunduk.
Dilansir dari berbagai sumber, kesenian ini antara permainan alat musik bernama Rapa'i dan juga kemampuan bersyair. Nah, Rapa'i sendiri adalah alat musik tradisional Aceh yang menyerupai rebana, hanya saja ukuran Rapa'i jauh lebih besar dan bobot yang cukup berat.
Lantas, seperti apa asal-usul hingga pelaksanaan dari Rapa'i Geurimpheng dari pesisir Timur Aceh? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Lahirnya Tari Rapa'i
Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, tari Rapa'i Geurimpheng ini berawal dari alat musik Rapa'i yang dibawa oleh seseorang berkebangsaan Baghdad yaitu Syeh Rifa'i.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan alat musik tersebut semakin pesat terutama di tanah Serambi Mekkah. Fungsi dari alat musik ini berubah menjadi media dakwah Islam dan juga sarana hiburan.
Karena masyarakat Aceh yang gemar dengan alat musik tersebut dan sebagai penghargaan terhadap tokoh pencetus, maka lahirlah sebuah kesenian bernama Ripa'i yang diambil dari nama Syeh Rifa'i.
Kemudian, arti dari Geurimpheng ini bermakna "banyak macam" yang kemudian diadaptasi pada tarian tersebut karena memiliki komposisi gerakan yang beraneka ragam, mulai dari kepala, tubuh hingga syair.
Terdiri dari Belasan Pemain
Pada pelaksanaannya, tari Rapa'i Geurimpheng ini biasa dimainkan oleh 8 sampai 12 pemain yang disebut dengan awak rapa'i, kemudian tiga orang syeh atau pemimpin pukulan rapa'i yang terdiri dari pit wie, apiet teungoh dan apiet unenun, satu orang syahi (penyanyi) dan aneuk syahi (pendamping penyanyi).
Kemudian, dalam satu kali penampilan ini terdiri dari delapan babak yang diiringi dengan nyanyian syair. (Foto: budaya-indonesia.org)
Babak pertama dan kedua diisi salam penghormatan, babak ketiga berisi shalawat (seulaweut), babak keempat diisi tingkah (tidak diikuti syair), babak kelima ada kisah yang banyak berbicara soal kisah nabi.
Babak keenam diisi syahi panyang, babak ketujuh ada gerakan lot lee lot lahellahe, cempala kuneng, tajak u blang dan dayong dan babak terakhir diisi dengan lani dengan gerakan tob pade dan jak keuno rakan dibarengi dengan salam penutup.
Kental Nilai Keagamaan
Dalam kesenian Rapa'i Geurimpheng ini mengandung makna filosofis terutama berkaitan dengan agama Islam. Tarian tersebut banyak mengandung nilai keislaman, nilai dakwah, dan juga nilai sufistik yang berkembang di masyarakat Aceh.
Tarian ini merupakan salah satu kesenian yang keberlangsungannya hampir punah sehingga sempat dilakukan revitalisasi. Dengan melestarikan kebudayaan dan kesenian lokal ini, diharapkan mampu terus bertahan dan diperkanalkan secara turun-temurun lintas generasi.
Sebagai upaya untuk melestarikan kesenian khas Pesisir Timur Aceh ini, pada tahun 2017 pemerintah telah menetapkan Ripa'i Geurimpheng sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB).