Gambus Selodang, Indahnya Lantunan Musik Melayu Riau Penuh Makna Filosofis
Alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik mirip gitar ini sudah menjadi identitas kebudayaan Melayu yang berkembang di daerah Riau.

Alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik mirip gitar ini sudah menjadi identitas kebudayaan Melayu yang berkembang di daerah Riau.

Gambus Selodang, Indahnya Lantunan Musik Melayu Riau Penuh Makna Filosofis
Setiap kebudayaan di Indonesia tidak lepas dari kesenian tradisional yang amat kaya dan beragam. Tak sedikit kesenian tersebut merupakan hasil akulturasi budaya dengan negara lain.
Berbicara kesenian tradisional Melayu, di Provinsi Riau terdapat alat musik bernama Gambus Selodang yang dimainkan dengan cara dipetik termasuk dalam jenis Chrdophone berdawai tujuh. (Foto: warisanbudaya.kemdikbud.go.id)
Alat musik yang satu ini memang selalu terikat dengan kebudayaan Melayu. Selain Gambus Selodang, terdapat alat musik lainnya bernama Gambus 'Ud yang biasa terdapat dalam alunan musik khas Timur Tengah.
Gambus Selodang rupanya bukanlah hasil budaya lokal, melainkan berasal dari Arab dan Persia yang melakukan perjalanan ke Nusantara untuk berdagang. Tak heran jika nuansa suara yang dihasilkan dari alat musik ini memiliki ciri khas Timur Tengah.
Asal-usul Gambus Selodang
Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, Gambus Selodang merupakan buah dari percampuran atau interaksi budaya Timur Tengah dibarengi dengan masuknya Islam ke Nusantara.
Kata 'Selodang' ini diambil karena bentuk bagian punggungnya berfungsi sebagai resonator menyerupai Selodang atau Seludang, pembungkus mayang kelapa atau pinang.
Di Provinsi Riau, Gambus Selodang sering dimainkan untuk mengiringi tari Zapin di Istana Siak dan rumah-rumah orang terkemuka. Namun, seiring berjalannya waktu, alat musik ini berubah menjadi sarana hiburan serta acara-acara sosial.
Penuh Makna Filosofi
Gambus Selodang bukan hanya sekedar alat musik yang dipetik saja, namun dibaliknya terdapat makna filosofis yang mungkin jarang diketahui orang. Melansir dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, konon alat musik ini berasal dari kisah percintaan seseorang di Melayu Riau.
Dalam cerita masyarakat, gambus sendiri digambarkan sebagai betis wanita. Cerita tersebut bahwa di atas makam wanita kekasihnya yang telah meninggal dunia itu ditanam sebuah pohon.
Setelah pohon tumbuh besar, oleh sang kekasih kemudian dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk pembuatan instrumen Gambus tersebut. Pada zaman dahulu, orang tua dan pemuda kerap berkumpul bersama lalu memetik gambus di malam hari.
Ciri-ciri Gambus Selodang
Meski Gambus Selodang diadopsi dari Gambus 'Ud ini, namun terdapat ciri-ciri yang membedakan antara keduanya, seperti bagian body utamanya dibentuk dengan proses pahatan yang terdiri dari kepala gambus, telinga untuk stelan tali gambus, leher gambus, perut gambus dan bagian ekor gambus.
Untuk bagian perut Gambus ini biasanya ditutup menggunakan lembaran papan tipis yang umumnya menggunakan kayu jenis Keladang. Ada beberapa bagian gambus yang disertai dengan beberapa ayat-ayat Al-Qur'an di bagian kulitnya.

Mirip Bermain Gitar
Untuk memainkan Gambus Selodang ini dilakukan dengan cara dipetik dawai dengan tangan kanan sedangkan jari-jari tangan kiri bergerak menyesuaikan nada-nada yang diinginkan pada bagian lehernya.
Selain memetik Gambus, para pemainnya juga bernyanyi lalu diiringi dengan beberapa orang penabuh gendang kecil yang disebut dengan Marwas. Setiap membawakan lagu yang menggunakan Gambus Selodang ini sudah pasti penuh dengan nuansa Islam.