Mengenal Kesenian Brai, Bentuk Akulturasi Budaya Cirebon dan Arab Simbol Cinta Manusia pada Tuhan
Brai jadi kesenian bernapaskan Islam asal Cirebon yang masuk Warisan Budaya Tak Benda 2023
Brai jadi kesenian bernapaskan Islam asal Cirebon yang masuk Warisan Budaya Tak Benda 2023
Melihat Akulturasi Budaya Cirebon dan Arab di Kesenian Brai, Simbolkan Rasa Cinta Manusia terhadap Allah
Brai termasuk kesenian tertua yang ada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Di masa silam, Kesenian ini menjadi salah satu media dakwah untuk mengenalkan ajaran Islam sehingga mudah diterima oleh masyarakat setempat.
-
Apa makna lambang macan Ali bagi masyarakat Cirebon? Bagi masyarakat Cirebon, bendera Macan Ali memiliki arti kuatnya agama Islam sebagai senjata untuk melawan para penjajah.
-
Apa yang menjadikan Wayang Kulit Purwa Cirebon unik? Keunikan lain dari wayang kulit Cirebon adalah terdapatnya 9 tokoh Punakawan. Ini berbeda dari kebanyakan wayang yang umumnya hanya memiliki empat yakni Bagong, Petruk, Semar serta Gareng.
-
Apa saja yang diarak di pawai takbiran Cirebon? Dalam kanal Youtueb Maulana 96, karakter yang umum digunakan warga Losari dalam acara arak-arakan malam takbiran adalah karakter hewan besar seperti macam putih, gajah hingga burungLalu ada juga berbentuk kendaraan seperti sepeda, mobil termasuk bangunan ka’bah sebagai kiblatnya umat Islam.
-
Mengapa pawai takbiran Cirebon menarik? Tradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir.
-
Apa yang menjadi titik awal peradaban di Cirebon? Dari sini diketahui jika titik awal peradaban di Cirebon adalah di wilayah Lemahwungkuk, yang merupakan lokasi awal mula perkampungan itu didirikan.
-
Bagaimana pawai takbiran Cirebon dijalankan? Saat malam takbiran, karakter ini diarak keliling kecamatan, dengan iringan musik salawat dan tantunan takbir. Warga yang hadir juga akan mengikuti lantunan gema takbir dengan bahagia.
Kesenian Brai termasuk kreasi musik, dengan syair puji-pujian terhadap sang pencipta.
Ada pesan kecintaan dari manusia terhadap Tuhannya ketika memainkan kesenian Brai.
Sampai sekarang, Brai masih dipentaskan di acara-acara kebudayaan dan keislaman di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Asal usul kesenian Brai
Mengutip laman Budaya Indonesia, asal usul kesenian ini konon berasal dari wilayah Muara Jati Cirebon, pada 1420 Masehi.
Ketika itu terdapat rombongan penyebar Agama Islam dari Baghdad yang mendarat dan bekerja sama dengan ulama terkemuka setempat, Syekh Datul Kafi atau Syekh Idafi atau Datuk Kafi.
Mereka lantas mencari cara untuk mengenalkan ajaran Islam, salah satunya melalui pendekatan seni.
Penamaan Brai
Terdapat berbagai versi penamaan Brai. Versi pertama, Brai berasal dari rombongan Syekh Datuk Kahfi bersama rombongannya yang salah satunya bernama Brai. Saat itu Ia tengah menabuh alat musik terbang sembari melantunkan puji-pujian.
Kemudian versi kedua, Brai berasal dari rasa cinta yang mendalam akan Tuhan (Allah), dengan wewujudkannya melalui kesenian Brai.
Kesenian ini kental dengan syair Islam yang dinyanyikan.
Ini yang kemudian mendorong munculnya istilah Brai Maring Pangeran atau rasa cinta terhadap gusti Allah.
Cara memainkan Brai
Merujuk laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pertunjukkan kesenian Brai biasanya dilakukan dengan cara duduk bersila dan membentuk formasi setengah lingkaran maupun memanjang.
Di sini terdapat dua saf, di mana sisi pertama diisi oleh beberapa vokalis perempuan dan saf berikutnya adalah penabuh alat musik.
Alat musik yang dimainkan saat pertunjukan Kesenian Brai adalah alat musk terbang yang terdiri dari rebana, kendang sedang serta dogdog (kendang besar berfungsi sebagai suara bass).
Pola nada akan mengikuti nada shalawat dan puji-pujian terhadap Allah SWT.
Akulturasi budaya Cirebon dan Arab
Di samping sebagai sebuah kesenian dan media penyebaran agama Islam, Brai rupanya lahir dari akulturasi budaya Cirebon dan Arab (Timur Tengah).
Ini terlihat dari adanya penggunaan syair bahasa Arab dan Cirebon yang saling berkaitan satu sama lain.
Uniknya, bahasa Cirebon di sini bukan berasal dari terjemahan Arab, melainkan sengaja dibuat dengan tema-tema ajakan menuju keislaman.
Mirip kesenian rebana
Dalam laman Disparbud Jabar, Kesenian Brai digambarkan mirip dengan kesenian rebana atau hadroh, melalui komposisi pemain alat musik tepuknya.
Yang membedakan adalah adanya alat musik gamelan sebagai unsur melodi yang mengalun harmonis.
Kini Brai masuk kategori Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang ditetapkan pemerintah pada 2023.