Mengenal Kesenian Sintung Sumenep, Tarian dan Nyanyian yang hanya Ditujukan kepada Tuhan
Kesenian tradisional ini pertama kali dibawa oleh pedagang Gujarat (India)
Kesenian tradisional ini pertama kali dibawa oleh pedagang Gujarat (India)
Mengenal Kesenian Sintung Sumenep, Tarian dan Nyanyian yang hanya Ditujukan kepada Tuhan
Berbeda dengan kesenian tradisional lain, Tari Sintung merupakan salah satu ekspresi keimanan umat muslim di Kabupaten Sumenep kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesenian tradisi bernapaskan Islam ini terdiri dari seni tari, seni musik, dan olah vokal.
-
Apa itu Tari Sintren? Masyarakat Tegal di pesisir pantai utara meminta hujan dengan tradisi tari yang unik.
-
Apa yang terkenal dari Sumenep? Kini Kabupaten Sumenep dikenal sebagai daerah dengan pelabuhan terbanyak di Jawa Timur.
-
Siapa pencipta Tari Sulintang? Melalui tangan dingin Raden Tjetje Soemantri, tari Sulintang ini lahir.
-
Apa makna utama dari Tari Sulintang? Mengutip laman Budaya Indonesia, tari Sulintang sendiri merupakan ekspresi dari Tjetje Soemantri untuk menampilkan keindonesiaan di dalam seni yang ia ciptakan.
-
Di mana Tari Sintren dilakukan? Masyarakat Tegal di pesisir pantai utara meminta hujan dengan tradisi tari yang unik.
-
Apa itu Tari Piriang Suluah? Tari Piriang Suluah ini bukanlah tarian biasa. Kesenian ini menggambarkan kehidupan para petani dan juga gerakannya terinsipirasi dari aktivitas ketika bercocok tanam.
Sejarah
Mengutip situs resmi Pemkab Sumenep, Tari Sintung ini berasal dari Asia Tengah, yaitu semenanjung Arabia.
Kesenian ini dibawa oleh para pedagang Gujarat (India), bersamaan dengan misi mereka menyebarkan agama Islam.
Dari arah Sumatra, tepatnya Aceh, perjalanan kesenian ini terus menuju ke arah timur pulau Jawa. Akhirnya sampai ke dataran Pulau Madura.
Lilik Rosida Irmawati, penulis buku berjudul Berkenalan dengan Kesenian Tradisi Madura, menuturkan bahwa kesenian ini diperkirakan sudah ada di Kabupaten Sumenep sejak ratusan tahun silam.
Kesenian ini diperkirakan setua pesantren di kampung Parongpong, Kecamatan Rubaru. Pesantren yang didirikan sekitar abad XVIII.
Para santri di pesantren Parongpong, Kecamatan Rubaru ini diajarkan kesenian Sintung.
Tari Sintung
Kata Sintung merupakan akronim dari rangkaian kata “wang-awang sintung”, “wang-awang” mempunyai arti “mengangkat kaki”, dan kata “sin” berasal dari bahasa Arab, berarti bergembira ria. Sedangkan tung, merupakan kepanjangan dari kata settung (satu).
Sintung merupakan refleksi jiwa, ungkapan kegembiraan yang diekspresikan dengan cara mengangkat kaki, maupun bergembira ria sambil melompat-lompat disertai pembacaan selawat dan barzanji.
Gerak tarian dan nyanyian (shalawat dan barzanji) tersebut, hanya ditujukan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Mengutip situs resmi Kemdiknud, gerakan Tari Sintung merupakan hasil modifikasi hadrah dan gambus dengan gerak rancak, dinamis dan hidup.
Pendidikan Karakter
Kesenian Sintung mengandung nilai pendidikan karakter, mencakup nilai religius, kerja keras, dan cinta tanah air.
Nilai religius tampak dari syair sintung wang-awang sintung yang memiliki makna menuju yang “satu” yaitu Allah. Menuju ke kesempurnaan hidup hanya bisa melalui jalan-Nya. Prinsip kesempurnaan hidup tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga batiniah.
Nilai kerja keras dalam Kesenian Sintung terwujud dalam gerakan tangan ke atas dan ke bawah yang mengibaratkan kehidupan bagaikan roda berputar. Pada saat di posisi atas tidak boleh sombong, sedangkan saat di bawah tidak boleh berkecil hati dan mudah menyerah.
Rasa cinta tanah air bisa dilihat dari properti tong-tong yang dicat dengan warna merah putih sebagai simbol identitas negara. Hal ini menunjukkan bahwa Kesenian Sintung yang identik dengan kesenian religi tetap tidak memegah teguh rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.