Filosofi Tari Bedana, Berisi Ajaran Islam dan Cermin Tata Kehidupan Masyarakat Lampung
Kesenian tradisional yang satu ini masih tergolong dalam tarian Zapin Melayu yang pada umumnya dibawakan oleh pemuda-pemudi Lampung.

Setiap penjuru daerah di Indonesia memiliki ragam kesenian tradisional leluhur yang diwariskan secara turun-temurun. Tak sedikit kesenian tersebut juga lahir dari budaya atau ajaran-ajaran dari luar.
Di Provinsi Lampung terdapat banyak jenis kesenian tradisional baik itu tarian hingga kerajinan yang menarik dan unik. Salah satunya adalah Tari Bedana yang masih dalam tarin tradisional Zapin Melayu. Lebih dari sekedar tarian biasa, kesenian yang satu ini memiliki filosofi kehidupan yang mendalam.
Selain filosofi tata kehidupan masyarakat Lampung, dalam tarian ini konon lahir dan berkembang berkat masuknya ajaran-ajaran Islam. Tak perlu heran jika setiap penampilan Tari Bedana ini memang sangat kental unsur-unsur ke-Islamannya.
Berikut filosofi Tari Bedana dari Lampung yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber.
Asal-usul Tari Bedana

Dikutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Tari Bedana ini muncul ketika ajaran Islam mulai memasuki wilayah Lampung. Konon, tarian tersebut dibawa oleh orang Arab pada sekitar tahun 1930-an yang kemudian diajarkan langsung kepada penduduk sekitar.
Mulanya Tari Bedana ini dimainkan saat salah satu anggota keluarga ada yang baru khatam Al-Qur'an saja. Namun, seiring perkembangannya, tarian ini dibawakan oleh laki-laki maupun perempuan secara bersama-sama tanpa bersentuhan.
Kemudian Tari Bedana semakin eksis dan berkembang hingga ke seluruh daerah di Provinsi Lampung. Selain kental dengan ajaran Islam, unsur-unsur dalam Tari Bedana ini juga masih perpaduan antara budaya Melayu dan juga Lampung itu sendiri.
Busana Tari Bedana

Dilansir dari beberapa sumber, setiap penari laki-laki maupun perempuan memiliki busananya masing-masing ketika membawakan Tari Bedana ini. Perempuan biasanya menggunakan sanggul malang atau belattung tebak, penekan rambut, Gaharu Kembang Goyang, Kembang Melati atau Kembar Melur, Subang Giwi, Buah Jukum, Bebiting dan beberapa aksesoris lainnya.
Sedangkan untuk penari pria, menggunakan peci, Kakalah Bangkak, Kain Bidak Gantung, Gelang Kano, Celana Panjang, kalung, dan beberapa aksesoris lainnya.
Tata Kehidupan Masyarakat Lampung
Tari Bedana bukanlah hanya sekedar tarian biasa, namun memiliki filosofi dan menggambarkan tata kehidupan asli masyarakat Lampung. Melalui tarian ini pula sebagai bentuk perwujudan simbolis adat istiadat, agama, dan juga etika yang menyatu.
Biasanya tarian ini dibawakan oleh pemuda-pemudi Lampung dalam berbagai acara tertentu sebagai bentuk cerminan jika masyarakat di sana mudah bergaul dalam kegiatan sehari-hari tetapi tetap berpedoman pada agama.
Selain itu, tarian tersebut juga mengandung ajaran-ajaran Islam yang kuat. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian busana dan alat musik yang digunakan.
Tari Bedana menggunakan busana yang tertutup sesuai dengan budaya masyarakat Melayu beragama Islam yang tidak boleh memperlihatkan aurat, tetapi tetap menggunakan riasan kepala dengan budaya masyarakat Lampung asli.