Mengenal Tari Cerana, Simbol Penerimaan Masyarakat Kupang kapada Para Tamu
Tarian ini dilakukan dengan hati yang tulus dan telah memenuhi syarat sebagai warisan budaya tak benda.

Tarian ini dilakukan dengan hati yang tulus dan telah memenuhi syarat sebagai warisan budaya tak benda.

Mengenal Tari Cerana, Simbol Penerimaan Masyarakat Kupang kapada Para Tamu
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam tradisi dan budaya. Setiap tradisi biasanya memiliki makna simbolis.
Di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kesenian tradisional bernama Tari Cerana. Dikutip dari Wikipedia, Tari Cerana merupakan simbol dari penerimaan masyarakat Kupang kepada para tamu dengan hati yang tulus, bersih, dan penuh kasih.

Tarian ini biasanya diiringi musik Sasando dan sebuah nyanyian yang berbunyi “bolele bo tanah Timor lelebo” yang artinya baik tidak baik, tanah Timor adalah lebih baik.
Dikutip dari Wikipedia, awalnya Tari Cerana digubah oleh Nyonya A. Nisnoni Amalo Jawa. Ia merupakan istri bekas raja Kupang tahun 1955. Sekarang tarian ini menjadi tarian penyambung yang paling digemari oleh masyarakat Timor.

Di wilayah Timor, sirih dan pinang adalah tamu dan sebuah penerimaan resmi bagi tamu yang lebih tua. Sedangkan untuk tamu yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya, sirih dan pinang tersebut disampaikan oleh pihak tamu.

Pakaian yang digunakan oleh para penari adalah pakaian adat. Para penari wanita menggunakan kain sarung panjang yang membalut tubuh mereka dari dada sampai mata kaki.
Lalu di rambutnya diikat konde khas Kupang dan dihiasi oleh ikat kepala berbentuk bulan sabit. Selain itu penari juga dilengkapi berbagai aksesoris seperti gelang, kalung, serta sabuk yang berbentuk khas.
Sementara itu, para penari pria menggunakan pakaian adat seperti baju lengan panjang, sarung, dan kain selempang yang khas dengan penutup kepalanya.
Selain di Kupang, tarian ini populer di beberapa daerah lain di NTT seperti Rote Ndao, Timor Tengah Utara, dan Timor Tengah Selatan.
Dilansir dari Rotendaokab.go.id, Tari Cerana sering dimainkan pada berbagai kesempatan. Tak hanya wisatawan lokal, wisatawan lain dari mancanegara juga menikmati tarian itu. Tarian inipun telah memenuhi syarat sebagai warisan budaya tak benda.
