4 Cerita Rakyat Pendek dan Terkenal di Indonesia, Ada Danau Toba hingga Malin Kundang
Cerita rakyat pendek bisa Anda berikan kepada si kecil sebagai dongeng pengantar tidur.
Cerita rakyat pendek bisa Anda berikan kepada si kecil sebagai dongeng pengantar tidur.
3 Cerita Rakyat Pendek dan Terkenal di Indonesia, Ada Danau Toba hingga Malin Kundang
Cerita rakyat pendek bisa Anda berikan kepada si kecil sebagai dongeng pengantar tidur.
Selain menghibur, ada banyak manfaat dari membacakan cerita rakyat pendek kepada anak-anak.
Beberapa di antaranya, si kecil dapat mengenal adat dan budaya khas nusantara, mendapat banyak pelajaran hidup, hingga meningkatkan imajinasi dan kreativitas.
-
Jenis ikan apa yang jadi bagian dari cerita rakyat Danau Toba? Ikan yang satu ini bukanlah ikan biasa karena sudah erat dengan Danau Toba yaitu Ikan Mas. Ikan dengan nama Cyprinus carpio itu sudah menjadi dari bagian Danau Toba sejak ratusan tahun lalu.Selain itu, Ikan Mas ini juga dikaitkan dengan cerita rakyat di sana. Bahkan, ikan ini sangat suci sehingga tidak boleh ditangkap.
-
Siapa tokoh utama dalam legenda Danau Toba? Legenda Danau Toba menceritakan kisah seorang pemuda yatim piatu bernama Toba.
-
Apa cerita rakyat mitos di Sumatera Utara? Legenda Danau Toba adalah salah satu cerita rakyat yang paling terkenal dari Sumatera Utara. Kisah ini bercerita tentang seorang pemuda yatim piatu bernama Toba yang suatu hari menangkap ikan mas raksasa di sungai.
-
Dimana Danau Toba berada? Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang terletak di di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Utara.
Maka dari itu, memberi anak cerita rakyat pendek rasanya perlu untuk dilakukan.
Sementara itu, cerita rakyat pendek diketahui berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Artinya, setiap daerah memiliki cerita rakyat pendek sendiri yang belum diketahui kebenarannya.
Terlepas dari itu, cerita rakyat pendek dapat menambah pengetahuan dan kosa kata pada anak-anak. Lantas, apa saja contoh cerita rakyat pendek tersebut? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (9/5), berikut merdeka.com ulas mengenai contoh 3 cerita rakyat pendek dan terkenal yang bisa dibacakan kepada si kecil.
Cerita Rakyat Pendek: Danau Toba
Alkisah, ada seorang petani yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja. Ia hidup sebatang kara tanpa keluarga yang menemaninya. Pekerjaannya sehari–hari adalah menggarap ladang dan mencari ikan untuk membantu memenuhi kebutuhan.
Suatu hari, petani tersebut memancing ikan di sungai. Berbekal peralatan pancing, umpan, dan tempat ikan, ia mulai melangkah menuju ke sungai. Sesampainya di sana, ia langsung melempar kail yang telah dipasangi umpan. Lalu ia berdoa kepada Tuhan agar ia bisa mendapatkan banyak ikan.
Ia sangat senang saat ikan yang didapatkannya besar. Namun, petani tersebut kaget karena ikan itu dapat berbicara dan meminta petani itu agar ikannya tidak dimakan. Seketika itu juga petani melepaskan ikan tersebut. Betapa kagetnya petani itu saat ikan tadi berubah menjadi seorang wanita yang cantik.
Ikan tersebut ternyata adalah seorang putri yang dikutuk menjadi ikan. Dia mengucapkan terima kasih karena telah membebaskannya dari kutukan. Sebagai imbalannya ia mau dijadikan istri petani tersebut.
Satu di antara syarat yang harus dipenuhi adalah tidak boleh menceritakan dan menyebutkan asal-usul putri dari seekor ikan.
Apabila dilanggar maka akan terjadi malapetaka yang sangat dahsyat. Petani pun menyetujuinya.
Setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka hidup bahagia bersama anaknya yang tampan. Namun, anaknya itu memiliki sifat yang membuat orang lain heran, yaitu ia tak pernah merasa kenyang sehingga ia sering menghabiskan makanan.
Suatu hari sang anak diminta ibunya untuk mengantarkan makanan untuk bapaknya yang sedang bekerja di sawah. Namun, sayangnya sang anak melahap sendiri makanan tersebut dan tidur di gubuk.
Bapaknya menunggu makanan datang, sudah tidak kuat menahan haus dan lapar maka petani itu pulang. Di tengah jalan ia menjumpai anaknya yang telah tidur.
Saat itu juga petani marah kepada anaknya karena makanan yang menjadi jatahnya dimakan, dan tanpa disengaja petani itu melanggar janjinya.
Ia mengucapkan 'dasar anak ikan', saat itu juga anak dan istrinya menghilang. Setelah itu muncul air dari bekas jejak kaki sehingga membentuk sebuah telaga yang kini dikenal dengan Danau Toba.
Cerita Rakyat Pendek: Keong Mas
Dahulu kala di Kerajaan Daha, ada dua putri bernama Galuh Ajeng dan Candra Kirana. Galuh Ajeng iri pada Candra Kirana yang bertunangan dengan Pangeran Inu Kertapati.
Ia menyuruh nenek sihir jahat untuk mengutuk saudaranya menjadi keong mas. Suatu hari, seorang nenek tua mencari ikan di sungai.
Bukannya ikan yang ditangkap, justru seekor keong mas yang didapat. Keong mas itu lantas dibawa pulang dan dipelihara dengan aman. Esok harinya si nenek mencari ikan lagi. Nasib baik belum datang, si nenek pulang ke rumah dalam keadaan lapar.
Namun, alangkah terkejutnya ia, ketika melihat banyak makanan telah terjadi di meja makan. Berkali-kali keajaiban ini terjadi.
Hingga suatu si nenek berpura-pura pergi, lalu ia kembali dan mengintip. Ternyata, keong mas yang didapatkan itu berubah wujud menjadi seorang putri yang cantik.
Di sisi lain, Pangeran Inu Kertapati bingung karena tunangannya telah hilang. Ia lantas menyamar menjadi seorang rakyat jelat untuk mencari Putri Candra Kirana.
Kakek Sakti kemudian memberitahu sang pangeran bahwa sang putri berada di Desa Dadapan. Pangeran Inu Kertapati akhirnya berhasil menemukan sang pujaan hati.
Begitu mereka bertemu, kekuatan sihir pun hilang. Pangeran lantas memboyong Putri Candra Kirani ke istana dan mereka hidup bahagia selamanya.
Cerita Rakyat Pendek: Malin Kundang
Alkisah di wilayah pesisir pantai wilayah Sumatra, hiduplah Ibu Rubayah dan anaknya bernama Malin Kundang. Suami Ibu Rubayah sudah lama meninggalkan mereka dan tak pernah kembali sejak itu.
Malin Kundang dan ibunya hidup sederhana berbekal berjualan kue di pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kelak jika sudah besar aku ingin merantau. Aku harus mengubah nasib!” kata Malin Kundang suatu hari.
Ketika menginjak remaja, sebuah kapal besar merapat di pantai. Malin terkagum-kagum memandangnya. Hari itu juga ia pamit pada ibunya untuk ikut dalam kapal itu.
Ibu Rubayah semula melarangnya. "Ini kesempatan baik bagi saya, Ibu!" ujar Malin Kundang. "Belum tentu setahun sekali ada kapal besar singgah di sini," lanjutnya.
Akhirnya dengan berat hati, Ibu Rubayah mengizinkannya. Air matanya berlinang saat mengantarkan Malin Kundang menaiki kapal itu. Tak lupa ia membekali tiga bungkus nasi untuk bekal di perjalanan.
Ketika kapal berangkat, Ibu Rubayah hanya bisa melambaikan tangannya sambil menangis hingga kapal itu menghilang di kejauhan.
Bertahun-tahun berlalu dengan cepatnya. Setiap hari Ibu Rubayah memandang ke laut berharap anaknya pulang. Namun, tak ada kapal besar merapat ke pantai.
Kabar Malin Kundang pun tak jelas, Ibu Rubayah pun makin tua. Namun, dengan setia, ia tetap datang ke pantai setiap hari menantikan anaknya pulang.
Hingga suatu hari tersiar kabar dari seorang nakhoda kapal bahwa Malin Kundang telah kaya raya dan menikah dengan gadis cantik putri seorang bangsawan. Betapa bahagianya hati Ibu Rubayah mendengar hal tersebut.
Kemudian tak lama setelah itu, sebuah kapal besar dan mewah merapat di pantai. Orang-orang ramai menyambut, itulah kapal Malin Kundang.
Di anjungan kapal, Malin Kundang menggandeng tangan wanita cantik berpakaian gemerlapan. Ibu Rubayah menguak keramaian dan berusaha menemui anaknya. "Malin, anakku!" serunya.
Namun, Malin Kundang tak menggubrisnya, istrinya bahkan meludah melihat Ibu Rubayah. "Cuih! Perempuan buruk inikah ibumu? Mengapa kau bohong padaku? Bukankah kau dulu berkata bahwa ibumu bangsawan sederajat dengan kami?"
Betapa malunya Malin Kundang mendengar perkataan istrinya itu. Apalagi setelah melihat pakaian Ibu Rubayah yang dekil dan compang-camping.
Untuk menutupi rasa malunya, ia berkata, "Bukan, dia bukan ibukku!" lalu diusirnya Ibu Rubayah dengan kasar.
"Hei, perempuan dekil! Enyah kau dariku! Ibuku tidak melarat sepertimu!" Bahkan Malin Kundang sampai menendang ibunya.
Setelah itu, Malin Kundang memerintahkan anak buahnya agar kembali berlayar. Betapa sedih hati Ibu Rubayah. Ia menangis sambil meratap, "Ya Tuhan, kalau dia memang anakku, aku mohon keadilan."
Tak lama kemudian, tiba-tiba turunlah hujan badai amat dahsyatnya. Kapal Malin Kundang disambar petir dan pecah dihantam gelombang besar.
Pecahan kapalnya menyebar ke tepi. Setelah terang, tampak sebongkah batu menyerupai manusia terdampar di pinggir pantai. Itulah tubuh Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu.