Mirip Tangkuban Perahu, Pulau di Sumatra Utara Ini Dikisahkan Terbentuk dari Sosok Anak Durhaka
Konon pulau ini tidak ditemukan, namun akibat sebuah peristiwa yang luar biasa, Pulau Si Kantan ini muncul.

Konon pulau ini tidak ditemukan, namun akibat sebuah peristiwa yang luar biasa, Pulau Si Kantan ini muncul.

Mirip Tangkuban Perahu, Pulau di Sumatra Utara Ini Dikisahkan Terbentuk dari Sosok Anak Durhaka
Mungkin salah satu cerita legenda yang cukup terkenal di Indonesia adalah kisah Tangkuban Perahu. Namun, kisah-kisah legenda serupa juga ditemukan di tempat lain.
Kisah legenda yang serupa terdapat juga di Provinsi Sumatera Utara yang bernama Pulau Si Kantan. Konon pada zaman dahulu, pulau ini tidak ditemukan, namun akibat sebuah peristiwa yang luar biasa, Pulau Si Kantan ini muncul.
Lokasi Pulau Si Kantan berada di wilayah Labuhan Batu, atau berjarak sejauh 20 menit dari Labuhan Bilik. Pulau ini berada di bagian tengah antara Tanjung Serang Elang dengan Labuhanbatu.
Di balik terbentuknya pulau tersebut, terdapat kisah legenda seorang anak yang durhaka terhadap orang tuanya. Seperti apa kisah dari Si Kantan? Simak ulasan informasinya yang dirangkum dari berbagai sumber berikut.
Hidup Penuh Kesederhanaan
Mengutip dari beberapa sumber, kehidupan seorang anak bernama Si Kantan yang masih remaja itu hidup bersama orang tuanya dengan begitu sederhana. Hutan, menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Meski hidup susah payah, Si Kantan justru tidak berperilaku baik. Ia malah menghabiskan waktu sehari-hari untuk bersantai dan tidak membantu orang tuanya.
Sementara itu, orang tuanya sudah berjuang untuk mencari nafkah dari hutan dengan mengumpukan kayu bakar yang nantinya akan dijual kembali ke pasar. Si Kantan pun tidak peduli dan hidupnya seolah-olah baik-baik saja.
Pergi Merantau
Suatu ketika, orang tuanya bermimpi telah didatangi sebuah sosok berpakaian putih yang menyuruhnya datang ke sebuah pulau. Ketika tiba di tempat tujuan, ternyata banyak bambu bercahaya bak intan dengan harga tinggi.
Bambu-bambu yang dimaksud itu berhasil ditemukan. Kemudian, Si Kantan diutus untuk pergi menjualnya. Ia pun menunggangi kapal yang nakhodanya baik hati, sehingga diperbolehkan ikut berlayar sampai ke Pulau Pinang.
Benar adanya, bambu-bambu tersebut dijual dengan harga selangit, membuat diri Si Kantan jadi kaya raya. Ia pun sudah pasti lupa dengan kedua orang tuanya di kampung.
Hidup Mewah
Berkat menjual bambu-bambu tersebut, Si Kantan pun hidup mewah dan bergaul dengan orang-orang konglomerat lainnya. Dengan lingkungan yang seperti itu, ia pun mengajak kenalan seorang wanita dari Kedah.
Ia memutuskan menikah dengan anak perempuan saudagar kaya itu. Kemudian Si Kantan membeli kapal mewah untuk berlayar ke Panai bersama istrinya.
Saat tiba di Panai, terdapat tradisi menyambut kapal yang datang. Kapal milik Si Kantan yang begitu nyentrik dan menarik perhatian masyarakat. Mengetahui kapal itu milik Si Kantan, masyarakat setempat pun membawa kabar itu kepada orang tua Si Kantan.
Mencaci Orang Tuanya
Namun sayang, saat itu Si Kantan tak lagi mengenal ibunya. Malahan, ia mencaci dan mengatakan ibunya dengan kata buruk dan kotor. Lebih paranya Si Kantan meminta para penjaga untuk mengusir ibunya dari kapal mewah itu.
Ibunya yang sudah terlanjur sakit hati dengan perbuatan anaknya lalu berdoa agar Tuhan membalas segala perlakuan anaknya yang sudah terlanjur durhaka itu.
Tanpa waktu lama, kondisi air sungai Panai berubah menjadi tempat bencana. Gulungan ombak besar menghantam kapal milik Si Kantan. Kemudian, kapalnya terbalik dan tenggelam.
Kapal yang terbalik itu kembali mengambang ke permukaan dan membentuk seperti sebuah pulau dengan beruk putih di atasnya yang dianggap seperti orang atau istri dari Si Kantan.