Mengenal Tradisi Mendirikan Telur di Tangerang, Dipercaya Bisa Datangkan Berkah
Para peserta yang terlibat di acara tersebut akan berlomba untuk menyusun telur secara vertikal di atas sebuah bidang.
Para peserta yang terlibat di acara tersebut akan berlomba untuk menyusun telur secara vertikal di atas sebuah bidang.
Mengenal Tradisi Mendirikan Telur di Tangerang, Dipercaya Bisa Datangkan Berkah
Masyarakat etnis Tionghoa di wilayah Kota Tangerang, Banten, memiliki tradisi unik yakni mendirikan telur.
Para peserta yang terlibat di acara tersebut akan berlomba untuk menyusun telur secara vertikal di atas sebuah bidang.
-
Di mana tradisi telur hias dirayakan? Di Kendari, Sulawesi Tenggara, masyarakat menghias telur dengan warna-warni cerah untuk merayakan Maulid Nabi.
-
Dimana gerakan sedekah telur dilakukan? Adapun gerakan sedekah telur ini dijalankan dengan cara mengumpulkan satu butir per warga di tiap RW.
-
Kapan tradisi Telok Abang dilakukan? Tradisi Telok Abang khas Palembang ini hanya terlaksana setiap hari kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus.
-
Apa itu tradisi kepungan tumpeng tawon? Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon atau Kepungan Tumpeng Mogana merupakan sastra lisan tradisi tumpengan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah pesisir laut Selatan, tepatnya di Desa Mangunweni, Kecamatam Ayah, Kabupaten Kebumen.
-
Apa yang dibuat warga Tangerang untuk raup untung? Seorang warga Kota Tangerang berhasil meraup cuan hingga belasan juta rupiah dari usaha pembuatan tas plastik rajut.
-
Apa itu telur pindang? Telur pindang merupakan telur yang direbus dengan menggunakan rempah-rempah seperti bawang, daun salam, kecap, dan teh.
Berdasarkan asal usulnya, tradisi ini diadakan dalam rangka memeriahkan tradisi Peh Cun yang dipercaya dapat membawa keberkahan.
Mendirikan telur ini menjadi salah satu acara yang paling ditunggu, karena cukup sulit dilakukan dan membutuhkan konsentrasi tinggi.
Untuk Memeriahkan Festival Peh Cun
Diketahui jika mendirikan telur merupakan bagian dari serangkaian acara dalam Festival Perahu Naga Peh Cun 2024.
Foto: Pemkot Tangerang
Dalam acara ini, diadakan sejumlah lomba mulai dari mendayung perahu di Sungai Cisadane, menangkap bebek hingga mendirikan telur.
Selain itu, acara juga dibarengi dengan upacara tabur bunga, dan lempar bakcang. Setiap tahunnya, acara selalu mendapat respons positif dari masyarakat setempat.
“Perayaan ini sendiri sudah menjadi warisan budaya takbenda,” terang Ketua Pelaksana Festival Perahu Naga Peh Cun Herlinawati, mengutip Pemkot Tangerang, Selasa (11/6).
Tradisi Diadakan pada Siang Hari
Dalam tradisi kepercayaan masyarakat Tionghoa, prosesi mendirikan telur biasanya dilangsungkan pada tanggal 5 bulan kelima kalender China.
Di hari ini, dipercaya muncul gaya gravitasi dari bumi dan kekuatan dari matahari yang saling tarik menarik. Hal ini memungkinkan telur bisa berdiri tegak tanpa jatuh.
“Mendirikan telur pada pukul 11.00 hingga 13.00 WIB pada tanggal 5 bulan kelima kalender Cina dimaknai dengan berkah dari langit. Sebanyak satu peti telur diberikan kepada masyarakat yang datang, lalu siapapun yang dapat mendirikan telur maka akan mendapatkan berkah,” terangnya
Masyarakat Umum Boleh Mencoba Mendirikan Telur
Selain dari kalangan masyarakat Tionghoa, tradisi mendirikan telur juga boleh diikuti oleh masyarakat umum. Tak sedikit yang penasaran untuk mendirikan telur, karena dianggap mustahil.
Namun rupanya, banyak juga yang berhasil mendirikan telur sehingga acara tersebut menjadi semakin meriah.
“Bersyukur pada Festival Perahu Naga Peh Cun ini mendapatkan respons positif dari masyarakat Kota Tangerang. Terlihat dari tahun ke tahun animo masyarakat terus bertambah,” katanya.
Diadakan Setiap Tahun
Tradisi Peh Cun telah berlangsung sejak puluhan tahun di Tangerang, sebagai cara untuk menghormati leluhur mereka yang dulu difitnah oleh pemerintahan Tiongkok.
Pada pagi hari, diawali dengan kegiatan sembahyang lalu dilanjutkan dengan mendirikan telur.
Tanggal lima dalam bulan kelima setiap tahunnya dianggap sebagai hari baik bagi kehidupan. Pada zaman kerajaan dahulu kala, hari ini selalu dirayakan dengan memetik daun obat oleh para tabib.
Tanaman yang dipetik pada hari ini dipercaya memiliki khasiat yang melebihi dibanding hari biasa.
“Perayaan ini kan selain ritual, juga sebagai warisan budaya tak benda yang harus terus dilestarikan,” tambah Herlinawati.