Upacara Nundang Padi, Ritual Masa Tanam Padi Petani Bengkulu Selatan
Ritual yang biasa dilakukan petani di Bengkulu Selatan ini merupakan agenda wajib sebelum proses melakuan penanaman padi.
Padi merupakan salah satu komoditas paling penting di Indonesia dan mata pencaharian utama bagi para petani. Proses penanaman sampai panen tiap daerah memiliki budaya yang wajib dilakukan agar hasilnya melimpah dan diberi keberkahan.
Bagi petani di Desa Selali, Kecamatan Pino Raya, Bengkulu Selatan memiliki budaya sendiri yang sudah menjadi agenda wajib sebelum dilakukannya proses penanaman padi yaitu Nundang Padi.
-
Bagaimana tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug? 'Biasanya nutu itu sebulan sekali, kalau ada tetangga yang ingin memakai beras,' kata salah seorang warga, Sri Wulandari, mengutip YouTube Balai Kebudayaan Wilayah IX Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis (4/1).
-
Kapan tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug dilakukan? 'Biasanya nutu itu sebulan sekali, kalau ada tetangga yang ingin memakai beras,' kata salah seorang warga, Sri Wulandari, mengutip YouTube Balai Kebudayaan Wilayah IX Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis (4/1).
-
Tradisi unik apa yang ada di Palembang? Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam menyambut datangnya Idulfitri. Seperti halnya di Bumi Andalas atau Palembang yang memiliki tradisi bernama rumpak-rumpakan.
-
Kenapa tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug penting? 'Walaupun sudah ada mesin, tapi memang adatnya harus begini (nutu). Ini mau mutihin padi juga bisa,' kata Sri.
-
Kenapa tradisi Ngobeng di Palembang dilakukan? Tradisi ini sangat tinggi maknanya karena bagian dari adab dalam melayani tamu ketika ada acara sedekahan atau kendurian dan pernikahan yang dilakukan secara lesehan kemudian membagi makanan.
-
Apa ritual adat Seblang Bakungan? Seblang Bakungan dikenal sebagai ritual tarian yang dibawakan oleh wanita berumur dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran.
Kegiatan Nundang Padi ini merupakan warisan budaya dari Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat. Kemudian dibawa oleh Raja Mangkuto Alam saat melakukan perjalanan ke Bengkulu Selatan sekitar abad ke-15 silam.
Dalam proses Nundang Padi, akan menampilkan berbagai macam kesenian tradisional beserta kegiatan-kegiatan lain yang berlangsung satu hari. Seperti apa prosesi upacara Nundang Padi? Simak rangkumannya yang dihimpun dari berbagai sumber berikut ini.
Asal-usul Nundang Padi
Dikutip dari Instagram @budaya.sayo, munculnya upacara Nundang Padi tak lepas dari keberadaan Adam dan Hawa di dunia. Ketika mereka tiba di dunia, Adam meminta kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka khususnya bagi keturunannya nanti.
Kemudian Allah bersabda ada sebuah biji yang harus diundang dalam laut Senggiringan oleh Peruli atau dewa Sembilan. Singkat cerita, timbul lima biji padi yang dihasilkan oleh Peruli Sembilan yang terdiri dari padi Saleah, padi Serasai, padi Cina, padi Pulut, dan padi Saleah Kecil.
Kelima biji padi ini oleh Peruli Sembilan dirasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Adam dan Hawa. Oleh karena itu, Puyang yang datang dari Minangkabau merasa jika padi merupakan benda penting dan tinggi nilainya bagi kehidupan manusia.
Kegiatan Tahunan
Dilansir dari kanal Antara, pelaksanaan Nundang Padi ini berlangsung setiap lima tahun sekali dengan menyuguhkan berbagai atraksi kesenian tradisional, makanan tradisional, maupun beberapa kegiatan lainnya.
Umumnya ritual adat ini akan digelar selama tiga hari yang dimulai dengan penampilan tiga tarian tradisional, mulai dari Tari Pedang, Tari Bubu, dan Tari Kain Panjang. Sedangkan malam harinya diadakan seni Dendang dan Tari Gegerit
Di hari kedua, siang harinya akan disuguhkan pembacaan kitab Sarapal Anam, Tari Andun, dan juga Tari Menampi Beras. Malam harinya, akan ada penampilan seni Dendang sebagai simbol persatuan dan kesatuan.
Hari terakhir merupakan acara puncak dan inti. Dimulai dengan mencuci benih padi menggunakan darah kerbau yang disembelih pada acara tersebut. Lalu dibagikan kepada seluruh masyarakat.
Simbol dari mencuci benih dengan darah ini sebagai simbol penyatuan antara kerja keras dan kekuatan alam yang menjadi sumber kehidupan masyarakat. Benih juga ditanam di seluruh area persawahan di Desa Selali.