Menikmati Sensasi Unik Kopi Golondong, "Nenek Moyangnya" Kopi Gula Aren Kekinian
Di balik ketenaran kopi gula aren kekinian, rupanya cara meminum kopi serupa sudah dipraktikkan oleh leluhur di Ciamis.
Di balik ketenaran kopi gula aren kekinian, rupanya cara meminum kopi serupa sudah dipraktikkan oleh leluhur di Ciamis.
Menikmati Sensasi Unik Kopi Golondong, "Nenek Moyangnya" Kopi Gula Aren Kekinian
Saat ini, menyesap kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Brand-brand besar kemudian hadir memenuhi permintaan pasar dengan menghadirkan sejumlah varian, salah satunya kopi gula aren yang jadi tren kekinian.
Kopi tersebut punya rasa yang seimbang, antara kopi serta susu atau santan dan tambahan gula merah. Rasanya sudah tentu lezat, perpaduan antara manis, gurih, pahit dan sedikit legit. Itulah mengapa kopi dengan varian tersebut laris manis di pasaran.
-
Apa yang dihasilkan di Kampung Kopi Gombengsari? Kampung Kopi Gombengsari merupakan salah satu penghasil kopi andalan Banyuwangi.
-
Apa keunikan rasa Kopi Gunung Puntang? Dilihat dari rasanya, kopi ini punya keunggulan dari segi rasa. Melalui percobaan sejak zaman kolonial Belanda di abad ke-17, beberapa yang berbeda adalah terdapatnya aroma dari buah jambu, pisang hingga nangka yang merupakan buah tropis asli Indonesia. Jika digiling secara manual, rasanya akan bertambah sedikit manis. Aroma buah, rasa masam dan manis yang bersatu ini menjadikan keunggulan dari kopi asli Gunung Puntang Bandung.
-
Kenapa Kampung Kopi Gombengsari dikenal sebagai penghasil kopi? Mengutip banyuwangikab.go.id, Kampung Kopi Gombengsari menghasilkan kopi robusta berkualitas sebanyak 700 ton setiap tahunnya.
-
Apa itu kopi yang enak? 'Definisi kopi enak itu berbeda-beda tiap orang. Tapi bisa saya katakan, minum kopi paling enak itu sangat tergantung keadaan. Mau minum kopi semahal apa pun, kalau minumnya pas sakit hati pasti rasanya enggak enak. Tapi beda kalau kita capek, minum kopi tubruk di warung sambil ngobrol, wah pasti nikmat,' ujar Adi di Jakarta, Senin.
-
Apa yang unik dari cobek di Kampung Cikanyere? Walau bukan terbuat dari batu atau kayu, cobek ini kuat. Banyak perkampungan di Indonesia yang memiliki daya tarik unik seperti di Cikanyere, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut. Di sana, selain memiliki alam yang indah, siapapun yang datang akan bisa melihat langsung pembuatan cowet atau ulekan yang digunakan untuk membuat sambal.
-
Dimana Kopi Arabika Aceh Gayo dipanen? Kopi ini adalah salah satu jenis kopi arabika yang dipanen di Gayo, Aceh Tengah.
Namun di balik ketenarannya, rupanya cara meminum kopi serupa sudah dipraktikkan oleh orang-orang dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, di masa silam dengan menikmati Kopi Golondong.
Dahulu, daerah yang termasuk wilayah Priangan ini menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di Jawa Barat. Karena tingginya produksi, maka banyak kopi yang dihasilkan, termasuk melahirkan budaya meminum kopi yang berbeda dan dipadukan dengan hasil bumi lainnya yakni pemanis dari pohon nira.
Dari sana, Kopi Golondong menjadi terkenal dan merupakan tradisi menyesap kopi yang unik dari Ciamis. Penasaran dengan kisahnya? Berikut informasinya.
Kopi Golondong, Kopi yang Dicampur Gula Aren
Merujuk kebudayaan.kemdikbud.go.id, Selasa (6/8), Kopi Golondong merupakan cara unik menikmati kopi ala masyarakat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Kopi Golondong dinikmati dengan cara dicampur dengan air yang telah dicampur dengan rempah, seperti santan, gula aren, daun pandan, garam dan jahe.
Kemudian, biji kopi yang telah diroasting dengan suhu panas tertentu dimasukkan utuh-utuh ke dalam minuman rempah tersebut. Alhasil, kopi golondong akan terasa nikmat, dengan sensasi aren serta pandan yang kuat.
Hanya Ada Setahun Sekali
Yang menjadikannya unik adalah, kopi tersebut dikletus atau dikunyah, untuk menghasilkan rasa pahit otentik. Saat bercampur dengan minuman rempah, rasanya tak kalah dengan kopi susu gula aren yang viral dan kekinian.
Kabarnya, kopi jenis ini hanya ada satu-satunya di Kecamatan Kawali dan menjadi salah satu kearifan lokal yang dirawat sejak ratusan tahun silam.
Kehadirannya pun hanya setahun sekali, saat ada acara panen raya maupun acara kebudayaan lainnya yang diadakan oleh masyarakat di Banjarwaru, Kawali. Ada mitos yang menyebut bahwa tidak sembarangan orang boleh membuat minuman Kopi Golondong.
Golondong Berarti Dinikmati Utuh
Mengutip jurnal.unsil.ac.id dalam jurnal berjudul “Kopi Godog Sebagai Kearifan Lokal dalam Tradisi Mupunjung Situs Lengkong, Desa Sukadana Kabupaten Ciamis” oleh Ahmad Rizky Fauzi, Yudi Fauzian, menyebut jika golondong berarti utuh dalam bahasa Sunda.
Biji kopi memang sengaja tidak dihancurkan ataupun digiling halus, karena warga setempat akan merasakan cita rasa yang murni. Sebab, kopi yang telah ditumbuk atau dihaluskan rasa aslinya akan hilang.
Kopi tersebut diketahui memiliki nilai kebudayaan yang kuat, karena selalu hadir saat acara berbasis kearifan lokal setempat seperti ziarah kubur dan mengirimkan doa ke makam pendiri kampung.
Minuman Kesukaan Leluhur
Konon, kopi golondong adalah minuman kesukaan leluhur, salah seorang penyebar agama Islam di Kawali, yang makamnya terdapat di Dusun Banjarwaru.
Ada seorang kuncen yang merawat dan menjaga makam itu sampai sekarang. Biasanya, kuncen akan menyiapkan tempat, fasilitas termasuk jamuan untuk para peziarah yang datang hingga dari luar kota.
Kopi Golondong menjadi sajian utama dari kegiatan ziarah tersebut, dan disukai oleh pengunjung yang hadir.
Ditemani Camilan Kuno Khas Ciamis
Kemudian, kuncen juga menyiapkan makanan pelengkap dari Kopi Golondong bernama kokomoh.
Makanan ini biasanya bertekstur unik, yakni kenyal dengan dua rasa asin dan manis yang disajikan ke dalam piring.
Selain kehadirannya yang hanya setahun sekali, sajian Kopi Golondong dan kokomoh ini dipercaya memiliki berkah dan akan menciptakan keberuntungan bagi siapapun yang menyicipnya.