Bukan Terbuat dari Batu, Intip Uniknya Cobek Khas Kampung Cikanyere Garut
Walau terbuat dari kayu, ulekan tradisional khas Cikanyere ini kuat.

Walau bukan terbuat dari batu atau kayu, cobek ini kuat.

Bukan Terbuat dari Batu, Intip Uniknya Cobek Khas Kampung Cikanyere Garut

Banyak perkampungan di Indonesia yang memiliki daya tarik unik seperti di Cikanyere, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut.
Di sana, selain memiliki alam yang indah, siapapun yang datang akan bisa melihat langsung pembuatan cowet atau ulekan yang digunakan untuk membuat sambal.
Menariknya, pembuatan cowet atau cobek di Cikanyere bukan berbahan batu atau semen, melainkan terbuat dari kayu yang kokoh.
Proses pengerjaannya pun masih tradisional dan memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah di permukiman tersebut. Yuk intip pembuatannya berikut ini.
Kampung Cikanyere
Dikutip dari YouTube Cahya to Channel, Jumat (25/8), suasana Kampung Cikanyere di Pameungpeuk Garut ini begitu teduh.
Walaupun sudah banyak rumah yang saling berhimpitan, namun warga setempat masih menjaga kondisi alamnya, sehingga tidak membabat pepohonan di sana.
“Jadi siang hari ini, saya berada di kampung daerah Garut ya, di sini ada pohon jambu dipa, sangat indah untuk menghiasi rumah-rumah di sini. Pokonya adem di sini,” kata kreator video, dikutip Merdeka.

Melihat pembuatan cowet tradisional
Di salah satu sudut perkampungan itu terdapat industri rumahan pembuatan cowet atau cobek tradisional yang dikerjakan oleh seorang warga lanjut usia bernama Solih.
Sehari-hari, pria berusia 75 tahun itu membuat cobek dengan berbagai ukuran. Ada yang 18 cm hingga 25 cm.
“Sekali-kali saja membuat cowet ini, ada yang ukurannya 18 cm sama 25 cm,” kata Solih, seperti dikutip merdeka, Jumat (25/8).
Dibuat dari kayu kelapa
Menurut Solih, cobek buatannya ini dia buat dari kayu kelapa yang banyak ditemukan di sekitar tempat tinggalnya.
Solih sendiri hanya membuatnya secara terbatas yakni sekitar 12 buah ulekan untuk dijual.
“Ini kayunya dari pohon kelapa pribadi, jadi kalau ingin membuat ini nebang dulu,” katanya
Sedangkan ulekannya dibuat dari pohon rambutan dan nangka.

Sehari mampu membuat 3 ulekan
Menurut Solih, proses pembuatan cobek tradisional ini tidak terlalu rumit.
Dia kemudian mampu menghasilkan sebanyak 3 buah ulekan setiap harinya.
“Satu hari itu saya bisa buat sampai 3 ulekan,” katanya
Solih sendiri membuat cobek dan ulekan di kediamannya. Ia mengerjakannya seorang diri.
Proses pembuatannya pun dengan alat tradisional menyerupai pisau pendek yang tajam.
Mula-mula potongan kayu kelapa dipahat, dan dibuat setengah lingkaran.
Kemudian, Solih langsung melubangi tengahnya, sampai membentuk cekungan.
Ulekan setengah jadi itu lantas dihaluskan, hingga selesai sempurna.
Dia menjual ulekannya dengan harga yang terjangkau.