Melihat Pengolahan Gula Jawa di Bantul, Masih Diolah Secara Tradisional Demi Hasilkan Rasa Alami
Pembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.

Pembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.

Melihat Pengolahan Gula Jawa di Bantul, Masih Diolah Secara Tradisional Demi Hasilkan Rasa Alami

Gula menjadi salah satu bahan dasar yang hampir selalu ada pada setiap olahan makanan ataupun minuman. Berbeda dengan gula pasir yang bahan dasarnya adalah tebu, gula Jawa terbuat dari nira.
Pada Selasa, 30 April 2024 lalu, Dinas Komunikasi dan Informatika beserta Forum Pewarta Bantul menyambangi sentra gula jawa yang ada di Kalurahan Triwidadi, Pajangan, Bantul.
Tak hanya di Bantul, Kalurahan Triwidadi merupakan salah satu sentra gula Jawa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dilansir dari kanal YouTube Bantul TV, gula jawa dari Kalurahan Triwidadi ini berbahan dasar nira atau air manis yang berasal dari bunga kelapa yang masih kuncup.

Keunikan dari gula jawa dari Kalurahan Triwidadi adalah prosesnya yang tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Proses pembuatan gula jawa ini diawali dengan menyedot nira dari menyedap nira dari pucuk kelapa. Selanjutnya hasil endapan tersebut dimasak dengan api besar hingga mengental.
Agar nira yang dimasak tidak menguap, adonan ditaburi dengan parutan kelapa. Kemudian adonan diaduk kembali beberapa menit. Setelah mengental dan bewarna kecoklatan, hasil adonan kemudian dicetak menggunakan batok kelapa.

Dilansir dari kanal YouTube Bantul TV, jumlah pengrajin di Kalurahan Triwidadi berjumlah 200 orang. Jumlah itu dibagi kembali ke dalam lima kelompok pengrajin yang jumlahnya sekitar 40-orang.
Bila ditotal dalam sehari, produksi gula jawa mereka bisa mencapai 2-3 ton. Menurutnya, permintaan akan kebutuhan gula jawa terus ada dan potensi nira yang diserap dari kelapa di kelurahan ini cukup besar.
“Sekarang penyadap nira kelapa makin turun, karena proses regenerasinya makin kurang. Nah itu yang perlu kita inovasikan dengan alat teknologi untuk meregenerasi pengrajinnya dan tentu akan lebih mudah,” kata Lurah Triwidadi, Slamet Riyanto.
Wakil Ketua Dekranasda Kabupaten Bantul, Dwi Joko Purnomo, mengatakan bahwa apabila para pengrajin itu diberdayakan, nantinya akan menjadi peluang yang bagus dan bisa menekan angka kemiskinan yang ada di Kapanewon Pajangan, serta membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar.