Mengenal Jamu Seruni Putih, Resep Turun Temurun yang Menolak Punah
Resep jamu Kiringan sudah bertahan selama 74 tahun. Kini jadi aset budaya Khas Bantul
Resep jamu Kiringan sudah bertahan selama 74 tahun. Kini jadi aset budaya Khas Bantul
Mengenal Jamu Seruni Putih, Resep Turun Temurun yang Menolak Punah
Gapura besar bertuliskan Desa Wisata Jamu Kiringan BRI, menjadi penanda masuk menuju sentra produksi minuman herbal yang kesohor dari Padukuhan Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.
Di perkampungan ini sebanyak 126 warganya aktif sebagai pembuat jamu tradisional. Produk yang dibuat sendiri benar-benar berbeda dari kebanyakan jamu, sehingga mampu bertahan sejak dirintis pada 1950.
-
Bagaimana cara membuat jamu kunyit jahe serai? Pertama, cuci bersih kunyit, jahe, dan serai. Iris tipis atau geprek semua bahan tersebut.Rebus air hingga mendidih, kemudian masukkan kunyit, jahe, dan serai ke dalamnya.Biarkan semua bahan mendidih selama 10 menit, lalu angkat dan saring larutannya.Tambahkan sedikit madu atau gula sesuai selera Anda. Nikmati jamu ini selagi hangat untuk mendapatkan manfaatnya secara optimal.
-
Bagaimana cara membuat jamu jahe kunyit serai? Cuci bersih, lalu kupas dan geprek jahe serta kunyit.Kemudian iris-iris keduanya.Masak air sampai mendidih dan masukkan semua bahan, kemudian rebus selama 5 menit.Angkat dan tuang ke dalam gelas sambil disaring.Tambahkan madu atau gula secukupnya jika diinginkan.Nikmati jamu selagi hangat.
-
Bagaimana membuat jamu jahe kencur serai? Bakar jahe dan kencur hingga harum, kemudian kupas dan tumbuk bersama dengan bahan-bahan lainnya. Masukkan semua bahan yang telah ditumbuk ke dalam panci berisi air. Rebus hingga air mendidih dan aroma harum tercium. Saring ramuan tersebut dan sajikan dalam keadaan hangat untuk mendapatkan manfaat maksimal. Nikmati sensasi kesegaran dari ramuan tradisional ini yang tidak hanya menyehatkan tetapi juga menyegarkan tubuh Anda.
-
Bagaimana cara membuat Jamu Meniran Kunyit? Pertama-tama, cuci semua bahan hingga bersih. Petik daun meniran dari batangnya dan buang bagian akarnya. Selanjutnya, geprek batang serai, iris kunyit dan daun pandan tipis-tipis, lalu masukkan semua bahan ke dalam panci berisi air. Rebus selama 10 menit sampai aroma jamu mulai tercium. Setelah itu, saring jamu ke dalam gelas dan tambahkan perasan jeruk nipis untuk memberikan rasa segar yang lebih nikmat.
-
Bagaimana cara membuat jamu kunyit jahe secang? Bersihkan semua bahan. Hancurkan jahe, kunyit, dan serai secara lembut. Didihkan air, lalu tambahkan jahe, kunyit, secang, dan serai ke dalamnya, lalu masaklah selama sepuluh menit. Angkat dan saringlah cairan tersebut sebelum menikmati jamu ini dalam keadaan hangat.
-
Bagaimana cara membuat jamu kunyit asam sirih? Cuci bersih semua bahan, parut kunyit dan jahe. Rebus air hingga mendidih. Masukkan kunyit, jahe, asam jawa, dan daun sirih. Masak hingga tercium aroma harum. Tambahkan gula jawa dan sedikit garam, aduk hingga gula larut. Setelah air mendidih, angkat dan saring ke wadah lain. Biarkan hingga agak dingin. Tambahkan perasan jeruk nipis sesuai selera, aduk hingga merata. Tuang ke dalam gelas atau simpan di dalam kulkas.
Ada banyak keunikan dari produk jamu di sini. Salah satu yang mencolok adalah bentuknya yang sudah dibuat serbuk. Ini tentu menjadi sebuah keunggulan, sehingga sampai sekarang masih terus diminati.
Dengan adanya inovasi yang berbeda, produk jamu khas Padukuhan Kiringan ini menolak untuk punah.
Dibuat oleh Kelompok Perempuan Seruni Putih
Ketua Penjual Jamu di Kiringan, Murjiyati (53) mengatakan bahwa seluruh pengusaha jamu di wilayahnya merupakan para perempuan.
Mereka tergabung ke dalam kelompok bernama seruni putih, sebagai wadah inovasi hasil kreativitas dari para penjualnya.
“Sebenarnya Seruni Putih ini bukanlah merek jamu di sini, melainkan nama kelompok ibu-ibu berbentuk organisasi. Seruni Putih ini sudah berbadan hukum,” kata Murjiyati
Kata Murjiyati, ibu-ibu di sini memiliki merek dagangnya masing-masing, salah satunya “Rizki Barokah” yang merupakan produk jualannya.
“Kalau saya mereknya Rizki Barokah, dan sudah memiliki pelanggan, bersama dari ibu-ibu yang lain juga,” terangnya.
Bawa Resep Nenek Moyang
Para perempuan di Kiringan sendiri berupaya menjaga resep turun temurun dari nenek moyang mereka terdahulu. Ini membuat produk jamu khas Kiringan terasa lebih rempah, dan tanpa aroma kimia.
Prosesnya juga dilakukan secara ketat, dengan memilih rempah yang bagus dan berkualitas. Ketika bahan baku memenuhi standar, maka produk yang dihasilkan akan memiliki rasa otentik khas zaman dulu.
“Ini saya saja sudah generasi keempat yang dari awalnya jualan tahun 1985, sebelum simbah, simbah, simbok, saya, terus anak saya ini,” katanya
“Kalau dulu yang pertama jualan itu namanya Mbah Joparto. Beliau warga Kiringan dulunya. Lalu tetangga-tetangganya pada ikut jualan, termasuk simbah saya dulu,” terang Murjiyati, sembari mengingat.
Dahulu, jamu Kiringan terkenal dengan jamu perasnya yang dibuat oleh penjual gendong. Mereka berkeliling dari satu kampung ke kampung lain. Lambat laun banyak yang ikut berjualan, sehingga Padukuhan Kiringan menjadi sentra jamu setelah tahun 1970-an.
Dibuat Serbuk
Di era sekarang, ibu-ibu penjual jamu di Kiringan telah banyak melakukan inovasi. Murjiyati bersama produsen lain mengubah bentuk dari yang semua berbentuk cair, menjadi varian serbuk yang lebih awet.
Inovasi ini dilakukan agar jamu dari Seruni Putih memiliki daya tarik dan berbeda dari yang lain. Selain itu, jamu serbuk yang dikemas ke dalam botol bisa lebih awet dan cocok menjadi oleh-oleh.
“Setelah dibuat seperti ini (serbuk dan dikemas botol) yang muda-muda itu pada suka. Kalau remaja perempuan biasanya nyari kunyit asam, kunir kalau yang cowok itu jahe, kelor dan lain-lain,” katanya.
Selain itu, terdapat juga varian lainnya seperti jahe emprit, temulawak, beras kencur, wedang uwuh sampai uyub-uyub. Kemudian, terdapat warga setempat dari Seruni Putih yang berinovasi membuat selai, serta varian unik lainnya.
Sebenarnya, dahulu kelompok Seruni Putih memiliki anggota total sebanyak 132 orang. Kemudian, para pembuat perlahan rontok karena meninggal atau mengganti usahanya hingga tersisa 126 anggota.
Jadi Desa Wisata Jamu
Namun, 126 anggota juga tidak sepenuhnya aktif. Terkadang sebagian dari merka ada yang menjadikan jamu sebagai pekerjaan sampingan, sehingga total produsen yang aktif dari kelompok Seruni Putih adalah sebanyak 86 anggota.
Masih tersisa ratusan perajin, membuat Padukuhan Kiringan diresmikan sebagai desa wisata jamu tradisional khas Bantul.
Status desa wisata jamu, membuat kunjungan datang dari berbagai kalangan. Mereka biasanya ingin mencari tahu cara membuat jamu tradisional.
“Biasanya ada kunjungan dari mana-mana. Mereka dikumpulkan di rumah ibu dukuh untuk belajar membuat jamu. Tak jarang pengunjung juga minta diantar ke tempat saya atau warga lainnya yang aktif membuat jamu,” tambahnya.
Selain melihat pembuatan jamu, pengunjung bisa membeli produk jamu botolan yang sudah jadi dari para pembuat.
“Kalau botolan itu yang paling mahal di rasa kunir putih sama jahe merah, Rp20 ribu. Di luar itu harganya Rp50 ribu dapat tiga,” katanya
Bisa Minum Langsung Lewat Batok
Di desa wisata jamu ini, warga juga menyediakan varian jamu godok yang bisa diminum secara langsung.
Foto: Murjiyati, pelaku UMKM Jamu Kiringan
Uniknya, gelas untuk jamu berbahan batok kelapa khas Kiringan.
Untuk harganya sendiri sangat murah, yakni Rp5.000 per gelas batok. Cita rasa tradisional khas nenek moyang Kiringan bisa dirasakan secara langsung.
“Di sini juga ada yang bisa diminum langsung pakai batok kelapa. Harga jamu godok pakai batok ini per gelas Rp5 ribuan,” katanya
BRI Bikin Jamu Kiringan Tetap Eksis
Di balik kesohornya nama Padukuhan Kiringan sebagai sentra wisata jamu tradisional. Terdapat peran besar dari BRI untuk membantu para perajinnya berinovasi.
Di tempat Murjiyati misalnya. BRI membantu pembayaran jadi makin mudah melalui media QRIS BRI.
Di era sekarang, berwisata secara cashless seakan sudah menjadi gaya hidup. Inilah yang dibaca oleh BRI.
Selain itu, BRI juga membantu dari segi permodalan usaha jamu Murjiyati, termasuk membuat gapura selamat datang di Desa Wisata Kiringan.
Jamu-jamu Murjiyati dan warga juga sudah pernah mengikuti pameran sehingga bisa dikenal luas terutama di branding Seruni Putihnya.
“Kalau dari BRI ini banyak sekali membantu, salah satunya pembayaran pake QRIS itu, terus gapura juga yang bangun BRI,” katanya, bangga.
Bersinergi dengan BRI
Pimpinan Cabang BRI Kabupaten Bantul, Tumbur Simanjuntak memastikan jika pihaknya siap membantu UMKM yang ingin berkembang.
Sentra industri jamu kiringan menjadi klaster yang potensial untuk memajukan kearifan lokal setempat yang sudah ada sejak puluhan tahun.
Menurutnya, program-program BRI akan mempermudah jalan usaha mereka melalui program-program macam Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) dan pembayaran non tunai atau cashless.
“Kami dari BRI sangat commit untuk membantu program-program pemerintah dalam pemajuan UMKM-UMKM dan desa-desa yang ada di Indonesia, khususnya di Bantul agar mereka bisa naik kelas,” katanya.