Mengenal Cara Unik Orang Aceh Menikmati Kopi, Ada yang Diseduh Cuma Setengah Gelas
Bagi orang Aceh minum kopi bukan sekadar aktivitas melepas dahaga, melainkan memiliki nilai kehidupan yang amat filosofis dengan cara penyajian yang juga unik.

Budaya minum kopi di Aceh merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Hal ini membuat warung kopi menjamur di setiap sudut daerah berjuluk Serambi Mekah itu.
Bagi warga setempat, minum kopi bukan sekadar aktivitas melepas dahaga. Mereka meyakini kegiatan ini sebagai sarana berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat tali silaturahmi bersama.
Sudah sejak pagi, kalangan tua hingga muda selalu memadati kedai-kedai kopi di sana. Fenomena unik ini terjadi bukan hanya soal cita rasa, melainkan juga cara penyajiannya yang berbeda dari kebanyakan daerah.
Menariknya, terdapat cara penyajian kopi yang hanya setengah gelas di Aceh. Lantas seperti apa keunikan tradisi minum kopi di Aceh yang konon otentik itu? Berikut informasinya.
Disajikan dengan Cara Disaring

Salah satu aspek unik dari budaya kopi di Aceh adalah penyajian kopi menggunakan metode saring tradisional. Hal ini berbeda dari cara menyajikan warung kopi di banyak tempat di Indonesia seperti diaduk di gelas ataupun diroasting di mesin kopi.
Dalam Indonesia.go.id, kopi saring Aceh, atau sering disebut kopi tarik merupakan Teknik penyajian yang dikembangkan oleh warga setempat. Hasil kopi yang dibuat dengan cara ini akan menghasilkan cita rasa khas dari proses penyaringan berulang menggunakan kain.
Teknik ini juga memungkinkan semua aroma dan rasa kopi keluar dengan maksimal, menciptakan secangkir kopi yang kaya dan nikmat khas budaya Aceh.
Sediakan Tiga Jenis Varian Rasa
Di Aceh, jenis kopi yang banyak ditanam adalah Gayo. Kopi ini berasal dari dataran tinggi Gayo di wilayah Aceh Tengah dan masih satu keluarga dengan jenis Arabica yang memiliki cita rasa asam lembut.
Dari jenis kopi terbaik di dunia ini, turut dihasilkan tiga varian sajian kopi yang biasa dipesan oleh warga setempat. Kopi-kopi tersebut yakni kopi hitam, kopi susu dan kopi sanger.
Kopi hitam tidak menambahkan campuran apapun dan hanya gula sesuai selera, kemudian kopi susu adalah kopi hitam yang diseduh dengan air dan diberi susu kental manis sedangkan sanger mirip dengan kopi susu namun dengan takaran kopi hitam yang lebih dominan sehingga cita rasa kopinya lebih kuat dan muncul buih.
Kupi Khop Cara Minum Kopi dengan Gelas Terbaik

Tradisi menikmati kopi juga bisa dilihat dari cara penyajian dengan gelas terbalik. Mengutip acehtourism.travel, cara ini terbilang unik karena gelas berisi penuh kopi justru dibuat terbalik di atas piring kecil.
Meminumnya pun menggunakan sedotan sedikit demi sedikit, sehingga sensasi nikmatnya bisa terus dirasakan. Kemudian, menikmati kopi ini juga bisa secara langsung di atas piring. Caranya gelas yang terbalik diangkat perlahan di satu sudut sampai kopi mengisi piring kecil itu untuk diseruput.
Diketahui tradisi ini berkembang di wilayah Meulaboh, Pesisir Pantai Barat Aceh. Asal usulnya berangkat dari kebiasaan nelayan yang masih ingin mengopi saat mencari ikan, agar gelasnya tidak tumpah maka diposisikan terbalik di atas piring kecil.
Disajikan hanya Setengah Gelas
Terakhir, ada juga cara unik menikmati kopi di Aceh bernama Bang Kupi Pancong Saboh. Yang menarik, kopi ini disajikan hanya setengah gelas kecil dan jadi salah satu cara favorit oleh warga setempat.
Merujuk RRI, kopi pancong berasal dari kata pancong atau terpotong sehingga menjadi setengah. Meski tidak penuh, bubuk kopi yang ditakar harus sesuai dengan ukuran penuh gelas sehingga cita rasa khasnya sangat kuat.
Tidak diketahui secara pasti mengapa mereka menyajikan hanya setengah gelas, namun budaya ini konon lahir karena warna juga menemaninya dengan sepotong kue pancong. Agar tidak kekenyangan, kopi pun diseduh setengah gelas.
Sudah Berkembang Sejak Abad ke-19

Diungkapkan Antropolog Aceh dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Reza Idria dalam ANTARA, tradisi minum kopi dari masyarakat Aceh sudah dimulai sejak akhir abad ke-19 silam.
Kala itu komoditas kopi mulai berhasil dan sukses dikembangkan oleh para ahli botani Belanda. Kopi pun menjadi komoditas yang menguntungkan dan disebar dari Sabang sampai Merauke.
Menurutnya, suasana santai yang tercipta saat meminum kopi membuat kedekatan dengan orang-orang sekitar sehingga warga Aceh bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbincang di sebuah kedai kopi.