Mengenal Islam Aboge, Gabungkan Ajaran Islam dan Budaya Jawa untuk Tentukan Hari-hari Penting
Islam Aboge merupakan wajah islam lokal yang memiliki beragam keunikan
Sejak lama, para Indonesianis mengenal Islam di Pulau Jawa memiliki kecenderungan akulturasi yang kuat. Bahkan, berkembang menjadi model keislaman yang bersifat lokalistik Jawa.
Mengutip laman uinsatu.ac.id, masyarakat Islam di Jawa memiliki karakter unik dan menarik terkait ekspresi keberagamannya. Hal ini disebabkan proses penyebaran agama Islam di Jawa banyak dipengaruhi proses akulturasi dan asimilasi ajaran agama Islam dengan tradisi budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat.
-
Apa yang menjadi ciri khas ritual Idulfitri di komunitas Islam Aboge? Sama seperti komunitas Islam Aboge di Cikakak, komunitas Adat Banokeling di Desa Pakuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas juga melaksanakan Lebaran lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
-
Kenapa Sultan Agung gabungkan kalender Jawa dan Islam? Sultan pada saat itu ingin menyatukan 2 kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat perbedaan keyakinan. Ya, pada saat itu masyarakat Jawa terbagi 2 menjadi penganut kepercayaan kejawen dan penganut agama Islam.
-
Kapan masyarakat Islam Aboge merayakan Idulfitri? Berbeda dari umat muslim pada umumnya, biasanya ribuan penganut Islam Aboge yang tersebar di Kabupaten Banyumas dan Cilacap baru merayakan Lebaran sehari lebih lambat dari ketetapan pemerintah.
-
Kenapa kalender Jawa Islam diadaptasi? Khalifah Umar merasa perlu untuk memiliki sistem penanggalan yang seragam untuk memudahkan urusan kenegaraan dan kemasyarakatan dalam wilayah kekuasaan Islam.
-
Apa saja hari besar Islam? Daftar Hari Besar Islam yang Wajib Diketahui Umat Muslim Hari besar Islam adalah momen-momen penting yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Setiap umat beragama di dunia ini pasti akan memperingati hari besar keagamaannya masing-masing. Begitu juga dengan umat Islam yang memperingati hari besar umat Islam.
-
Siapa yang menentukan tanggal Idulfitri di komunitas Islam Aboge? Juru bicara Komunitas Adat Banokeling, Sumitro, mengatakan bahwa masyarakat adat menggunakan kalender Alif Rebo Wage atau Aboge untuk menentukan jatuhnya hari besar Islam.
Budaya lokal telah melekat erat pada kehidupan masyarakat Jawa, oleh karena itu budaya harus tetap ada dalam proses ritual keagamaan kendati masyarakatnya sudah menganut agama Islam. Proses ini dianggap sebagai salah satu langkah untuk membawa masyarakat pada ajaran Islam yang utuh.
Islam Aboge
Salah satu bentuk dari akulturasi kebudayaan Jawa dengan ajara Islam adalah lahirnya Islam Aboge yang tersebar di beberapa wilayah di pulau Jawa.
Asal-usul Islam Aboge tidak tercantum dalam sumber tertulis. Para pemeluknya mengenal ajaran ini secara turun-temurun dari nenek moyang mereka, tanpa sumber tertulis atau kitab yang dijadikan rujukan.
Kepercayaan komunitas Islam Aboge yang lebih banyak berpegangan pada ilmu titen tentang perhitungan.
Eksistensi uma Islam Aboge ini tidak dapat dilepaskan dari adanya kesamaan garis darah, kepercayaan, pekerjaan hingga tempat tinggal. Kesamaan kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib atau sakral ini menjadikan masyarakat saling menghargai satu sama lain dalam kehidupan pengamalan agama yang mereka yakini.
Semakin banyak kesamaan ajaran agama dan leluhur yang masyarakat yakini, semakin kuat tingkat kekerabatan ikatan dalam komunitas tersebut.
Tradisi
Selama Idulfitri, umat Islam Aboge percaya pada kehadiran sukmo (sukma) leluhur yang mewariskan tradisi yang masih ada di sekitar. Masyarakat Aboge meyakini bahwa sebagai keturunan mereka harus terus melaksanakan tradisi turun-temurun dan tidak boleh meninggalkannya.
Masyarakat Islam Aboge menggabungkan ajaran Islam dan budaya jawa dalam perhitungan tanggal (kalender) dan untuk menentukan hari-hari penting lainnya.
Islam Aboge di Malang
Salah satu basis umat Islam Aboge ada di Dusun Tumpangrejo Kabupaten Malang. Umat Islam Aboge di sini masih memegang teguh penggunaan sikep penglaris.
Mengutip jurnal Historiography Universitas Negeri Malang (Juli 2022) sikep dilestarikan oleh masyarakat Aboge dengan tujuan untuk melindungi segala sesuatu sesuai kepentingan penggunaannya.
Sikep memiliki beberapa jenis. Di antaranya: sikep keslametan (sikep keselamatan) untuk melindungi diri dari bahaya dan menghadirkan keselamatan, sikep omah (sikep rumah) yang digunakan untuk melindungi penghuni rumah, serta sikep penglaris (sikep pelaris) yang digunakan untuk meningkatkan keberuntungan dalam usaha perdagangan.
Potret Terkini
Hingga kini, masyarakat Islam Aboge tetap menggunakan penanggalan Jawa sebagai acuan dasar untuk menghitung dan menentukan hari-hari besar Islam.
Tidak jarang jika terdapat perbedaan waktu pada penentuan hari-hari besar Islam. Perbedaan penanggalan inilah yang menyebabkan adanya tradisi upacara dan ritual-ritual lain yang dilakukan masyarakat Islam Aboge dan tidak dilakukan oleh umat Islam secara umum.