Sejarah Tradisi Bakar Tongkang, Ritual Tahunan Wujud Syukur Masyarakat Bagansiapiapi
Tradisi tahunan ini tak lepas dari peringatan kedatangan bangsa Tionghoa ke daerah tersebut serta sebagai bentuk rasa syukur.
Tradisi tahunan ini tak lepas dari peringatan kedatangan bangsa Tionghoa ke daerah tersebut serta sebagai bentuk rasa syukur.
Sejarah Tradisi Bakar Tongkang, Ritual Tahunan Wujud Syukur Masyarakat Bagansiapiapi
Bagansiapiapi yang merupakan ibu kota dari Rokan Hilir, Provinsi Riau ini sejak dulu sudah cukup terkenal dengan masyarakat etnis Tionghoanya. Sampai sekarang, cerita tersebut masih terus bergulir secara turun-temurun di setiap masyarakat.
Berbicara soal ritual atau tradisi, Bagansiapiapi mempunyai satu kegiatan yang sudah dilaksanakan rutin setiap tahunnya, yaitu Bakar Tongkang. Ritual ini seiring berjalannya waktu berubah menjadi sebuah festival yang dihadiri oleh masyarakat lokal maupun para wisatawan dari dalam dan luar negeri.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
-
Apa itu Tradisi Ngabungbang? Ngabungbang adalah ritual nyari sapeupeuting yang secara makna dalam bahasa Indonesia yaitu bergabung semalaman.
-
Apa ritual adat Seblang Bakungan? Seblang Bakungan dikenal sebagai ritual tarian yang dibawakan oleh wanita berumur dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran.
-
Bagaimana tradisi Bekarang Iwak dilakukan? Pelaksanaan upacara Bekarang Iwak ini dilakukan oleh warga secara bersama-sama. Dengan menggunakan alat tradisional dan Lubuk Larangan, tentu ekosistem sungai akan terjaga dengan baik sekaligus menjaga populasi jumlah ikan.
-
Apa itu tradisi Babangkongan? Babangkongan sendiri menurut bahasa Sunda memiliki arti menyerupai katak. Ini berasal dari kata bangkong yang berarti katak sawah.
-
Kenapa Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi Cikibung mulanya dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak-anaknya yang tengah belajar mengembala kambing. Agar berani menyeberangi sungai besar, sang ayah akan mendampingi anak-anaknya untuk pelan-pelan melintasi sungai. Di sana sang ayah mulai menepuk-nepuk air di depan anak-anaknya, sekaligus untuk melindungi mereka.
Momen festival Bakar Tongkang sangatlah ditunggu-tunggu, pasalnya seluruh masyarakat akan tumpah ruah di satu tempat sambil membawa kapal tongkang dalam berbagai ukuran, lalu dibakar.
Selain menjadi wujud rasa syukur dan penghormatan kepada dewa-dewa, ritual Bakar Tongkang turut mempromosikan sektor pariwisata dan budaya daerah kepada seluruh wisatawan yang sedang berkunjung ke Rokan Hilir.
Asal-usul Bakar Tongkang
Melansir dari kanal Liputan6.com, istilah Bakar Tongkang ini dalam bahasa Hokkien disebut sebagai Go Gek Cap Lak. Ritual tersebut termasuk bagian dari ritual tahunan dan sudah terdaftar dalam kalender visit Indonesia.
Asal-usul tradisi Bakar Tongkang ini masih berkaitan dengan kedatangan etnis Tionghoa ke wilayah Bagansiapiapi. Mereka datang dari Fujian, Cina Selatan dengan menggunakan tiga kapal yang bertujuan untuk merantau. Dari ketiga kapal tersebut, hanya satu kapal yang berhasil selamat.
Para penumpang yang dipenuhi rasa bimbang itu kemudian berdoa kepada Dewa Kie Ong Ya atau dewa laut agar diarahkan menuju daratan. Benar saja, tak lama mereka melihat cahaya samar-samar yang diduga adalah daratan.
Mereka pun berhasil tiba di daratan itu dengan selamat. Dari sinilah kemudian dinamakan Baganapi. Penamaan ini berdasarkan cahaya yang dipercaya berasal dari kunang-kunang di atas bagan atau tanah.
Wujud Rasa Terima Kasih
Dalam pelaksanaan Bakar Tongkang ini rupanya juga masih berkaitan dengan orang-orang Tionghoa yang menetap di Bagansiapiapi lalu mendapatkan keberkahan dari hasil laut yang melimpah.
Maka dari itu, masyarakat Tionghoa memutuskan untuk membakar kapal tongkang sebagai wujud rasa terima kasihnya kepada dewa laut, Kie Ong Ya. Imigran China ini kemudian memberi kabar ke sanak saudara di Negeri Tirai Bambu tentang daerah pesisir yang berlimpah ikan ini. Satu persatu sanak saudara datang sehingga berkembang seperti saat ini.
Mengutip dari merdeka.com, ritual bakar tongkang dirayakan setiap tahun pada hari ke 16 bulan ke 15 berdasarkan kalender China.
Pelaksanaan Bakar Tongkang
Pelaksanaan ritual ini dimulai dengan membuat replika kapal tongkang dengan panjang sekitar 8,5 meter dan lebar 1,7 meter yang terbuat dari kayu dengan dinding kapal yang dilapisi kertas warna-warni.
Sebelum tongkangnya diarak, harus diinapkan satu malam di Kuil Eng Hok King, diberkati, lalu baru dibawa ke tempat prosesi. Barulah tongkang tersebut dibawa dengan cara dipanggul sepanjang jalan menuju tempat pendaratan tongkang pertama kali.
Ketika sudah sampai di lokasi, kapal tongkang tersebut diisi dengan kertas warna kuning lalu dibakar. Asap yang membumbung tinggi itu terbang ke udara untuk leluhur mereka.
Kemudian, masyarakat akan melihat titik jatuh tiang saat tongkang terbakar. Jika tiang jatuh ke arah laut, maka diyakini masyarakat akan mendapat rezeki dari laut.