Mengenal Upacara Muang Jong, Tradisi Selamat Laut oleh Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung
Upacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Upacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Mengenal Upacara Muang Jong, Tradisi Selamat Laut oleh Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung
Indonesia terkenal dengan ragam jenis suku sekaligus adat dan istiadatnya yang patut untuk dipelajari lebih dalam. Sebagian suku yang mendiami daerah pesisir pasti tak lepas dari ritual yang berkaitan dengan lautan.
Seperti halnya masyarakat Suku Ameng Sewang atau dikenal dengan Orang Laut yang mendiami daerah Bangka Belitung. Mengutip situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, suku ini pernah disebut 'Orang Luar' oleh kolonial Belanda. Hal ini disebabkan mereka sulit berinteraksi dengan kelompok suku lain.
-
Apa ritual adat Seblang Bakungan? Seblang Bakungan dikenal sebagai ritual tarian yang dibawakan oleh wanita berumur dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran.
-
Bagaimana tradisi Meugang dirayakan? Tradisi Meugang merupakan tradisi Iduladha yang sangat populer di Aceh. Tradisi yang sudah ada di Aceh sejak ratusan tahun lalu identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama beraneka makanan olahan lainnya.
-
Apa itu Upacara Bekarang Iwak? Melansir dari jurnal 'Tinjauan Historis Bekarang: Warisan Budaya untuk Alam di Kecamatan Kikim Timur, Kabupaten Lahat', upacara Bekarang Iwak merupakan tradisi menangkap ikan menggunakan peralatan tradisional pada waktu tertentu.
-
Bagaimana tradisi Mangebang dilaksanakan? Secara umum, Mangebang Solu Bolon memperkenalkan kapal atau Solu Bolon yang baru kepada masyarakat luas. Salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi ini ada di Baktiraja. Mereka biasa melaksanakan tradisi ini setiap Rabu karena terkait adanya pelaksanaan pasar di Baktiraja. Hal ini bertujuan untuk memberi tahu kepada masyarakat sekitar jika ada pelaksanaan Mangebang.
-
Dimana Upacara Bekarang Iwak dilakukan? Salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi ini secara rutin yaitu berada di Kecamatan Kikim Timur, tepatnya Desa Gelumbang dan Desa Gunung Kembang.
-
Apa makna tradisi Marpege-pege bagi masyarakat Batak Angkola? Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
Kebiasaan Suku Ameng Sewang ini lantas juga merugikan mereka sendiri. Mereka juga dicap sebagai suku yang primitif, kolot, menyendiri, tidak mau bergaul. Seiring berjalannya waktu, mereka mengadakan upacara Muang Jong untuk menarik masyarakat lain agar datang menyaksikannya.
Mari mengenal lebih dalam tentang Upacara Muang Jong yang dirangkum oleh merdeka.com berikut ini.
Dilaksanakan 3 Hari 3 Malam
Upacara Muang Jong ini dilaksanakan selama 3 hari 3 malam berturut-turut yang dipimpin oleh seluruh dukun dari suku Ameng Sewang. Kegiatan pertama, para dukun akan melakukan 'pencarian' hutan yang pas untuk diambil kayunya.
Keesokan harinya, para dukun akan memasuki hutan yang sudah ditentukan sebelumnya. Mereka akan melakukan serangkaian komunikasi dengan mahluk gaib atau semacam minta izin menebang pohon dan mengambil kayunya.
Apabila sudah mendapat izin, barulah orang-orang mulai menebang pohon yang diperlukan. Mereka akan memilih Kayu Kepang atau sejenis kayu timbul yang bisa mengapung di laut.
Membuat Jong (Kapal)
Seluruh Kayu Kepang itu akan digunakan untuk membuat kerangka Jong atau kapal yang harus dirampungkan selama 3 hari. Sembari membuat kerangka, di atasnya juga ditempatkan semacam rumah-rumahan yang nantinya akan ikut dihanyutkan ke lautan.
Setelah pembuatan Jong selesai, selama 3 malam tersebut juga diadakan acara naik Tiang Jitun yang disimbolkan sebagai tiang perahu. Seluruh pelaku yang membawa ancak (rumah-rumahan), memanjat Tiang Jitun dilakukan dengan bernyanyi yang diiringi alat musik
Berunsur Gaib
Para penari di atas tiang Jitun biasanya akan menari-nari dengan irama dengan mata terpejam. Kemudian, penari mulai menaiki tiang sesuai dengan irama musik gendang.
Setelah mencapai puncak yang tingginya 5 meter itu, para penari akan melambai-lambai seperti memanggil sesuatu. Setelah berjalan 15 sampai 30 menit, penari pun turun dari puncak dengan posisi kepala lebih dulu. Ketika menginjakkan tanah, penari itu jatuh pingsan.
Kemudian sang dukun akan menyanyikan lagu Mari Ngeder Balik Adik Guru. Bagian ibu jari kaki penari yang pingsan itu ditarik dan secara otomatis akan tersadar kembali.
Rumah Roh Halus
Ancak atau rumah-rumahan yang diletakkan di atas kerangka kapal ini dianggap sebagai rumah roh halus. Setelah diantar ke laut, maka roh halus itu akan mendiami tempat tersebut.
Acara selanjutnya pada malam terakhir Upacara Muang Jong diisi dengan berbagai macam tarian dan nyanyian.
Mengutip Liputan6.com, Upacara Muang Jong sudah masuk di daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) bersama dengan Ritual Maras Taun. Harapannya, upacara asli Suku Ameng Sewang ini bisa terus dilestarikan dan diwariskan turun-temurun.