Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda
Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda
Masa kolonial Belanda di Indonesia banyak ditemui berbagai macam perkebunan milik swasta yang menjadi sumber penghasilan yang begitu besar saat itu. Sebut saja Tembakau dan Karet, dua komoditi ini harganya tinggi di pasaran.Di Sumatera banyak perusahaan swasta Belanda yang bergerak di bidang perkebunan. Hal ini tak lepas dari munculnya ideologi liberal yang langsung berdampak pada tanah jajahan. Sejak tahun 1870, pihak kolonial Belanda merilis undang-undang agraria di tanah Hindia Belanda. Seiring berjalannya waktu, bisnis perkebunan di bumi Sumatera semakin berkembang pesat dan permintaannya terus meningkat. Otomatis, kebutuhan para tenaga kerja di perkebunan pun bertambah. Maka dari itu, pihak perusahaan berinisiatif mendatangkan buruh dari Pulau Jawa.
Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka akhirnya menetap dan membentuk sebuah komunitas. Kemudian, para petani Jawa itu mendirikan pemukiman sendiri.
Koeli Kontrak
Meningkatnya permintaan komoditas perkebunan mulai dari karet, tembakau, hingga teh memicu perusahaan swasta Belanda gelagapan. Minimnya pekerja di perkebunan maupun di pabrik membuat produksi semakin tersendat.
-
Apa pekerjaan utama buruh Jawa di perkebunan? Mereka ini sangatlah penting untuk pengembangan perkebunan karet dan tentunya bisa menghasilkan komoditi yang berkualitas.
-
Bagaimana cara Belanda merekrut buruh untuk perkebunan karet? Ketika pembukaan perkebunan karet di Langsa, Gubernur Sipil dan Militer bernama van Daalen sudah berencana merekrut para pekerja dari masyarakat lokal.
-
Di mana perkebunan sawit Belanda pertama di Sumatra? Pada Masa kolonial Hindia Belanda, perkebunan kelapa sawit menjadi sebuah industri berskala besar dengan dibukanya perusahaan bernama Sungai Liput Cultuur Maatschappij oleh Adrien Hallet dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatra, tepatnya di Deli pada 1911.
-
Apa yang dilakukan Belanda dengan kelapa sawit di Sumatra? Pada Masa kolonial Hindia Belanda, perkebunan kelapa sawit menjadi sebuah industri berskala besar dengan dibukanya perusahaan bernama Sungai Liput Cultuur Maatschappij oleh Adrien Hallet dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatra, tepatnya di Deli pada 1911.
-
Di mana buruh Jawa bekerja di perkebunan karet? Mereka bisa bekerja lebih dari 12 jam dan sangat memberatkan fisik para buruh. Mereka biasanya menyadap getah selama 5 jam, mengurus pohon karet muda selama 3 jam, dan mengolah lateks menjadi bahan karet yang memakan waktu 5 jam.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
Minimnya tenaga kerja di Pulau Sumatera membuat para pengusaha memutar otaknya. Akhirnya muncul inisiatif mendatangkan tenaga kerja langsung dari Pulau Jawa.
Hampir seluruh kuli yang didatangkan ini rata-rata masih di usia yang cukup muda. Mereka yang berangkat ke Pulau Sumatera adalah orang-orang yang siap bekerja di perkebunan dengan sistem kontrak atau biasa disebut dengan istilah Koeli Kontrak.Adapun beberapa wilayah di Jawa yang menjadi pemasok utama para pekerja buruh perkebunan, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
Membawa Pengaruh Sosial
Mengutip dari beberapa sumber, kedatangan para pekerja imigran dari Pulau Jawa ini tidak hanya sebagai tenaga kerja di perkebunan saja. Di luar itu, mereka juga memberikan dampak dan pengaruh yang terlihat nyata.
Rata-rata para pekerja dari Jawa ini adalah laki-laki dan perempuan yang mayoritas masih berstatus lajang. Sisi gelap dari kehidupan pekerja buruh tani ini masih tak jauh dari permasalahan sosial seperti prostitusi, penyakit kelamin, hingga keturunan tidak sah.
Kedatangan mereka tidak hanya membawa pengaruh buruk saja, melainkan membawa dampak sosial dan budaya mereka dari kampung halaman. Beberapa pemukiman pekerja Jawa yang menamai nama daerahnya seperti Kampung Bogor, Kampung Bandung, dan Kabawetan.
Dengan pemberian nama-nama dari kampung asal mereka ini menandakan kentalnya kehidupan sosial budaya.