Kisah Perbudakan Petani di Perkebunan Tembakau Deli, Korbannya Ribuan Kuli Perempuan dari India
Masa kolonialisme tak lepas dari praktik perbudakan terhadap kaum pribumi bahkan warga asing yang menetap di Nusantara.
Masa kolonialisme tak lepas dari praktik perbudakan terhadap kaum pribumi bahkan warga asing yang menetap di Nusantara.
Kisah Perbudakan Petani di Perkebunan Tembakau Deli, Korbannya Ribuan Kuli Perempuan dari India
Sumatra Timur menjanjikan sumber daya melimpah bagi pemerintah Belanda pada masa kolonialisme. Komoditas unggulan di wilayah ini yaitu perkebunan tembakau yang berkualitas tinggi. Tak ayal seorang pemodal swasta Belanda bernama Jacobus Nienhuys tertarik untuk menanam modal di perkebunan Deli.
Agar bisnis perkebunan tembakaunya berjalan lancar, Nienhuys sebagai pendiri perusahaan Deli Maatschappij harus memiliki tenaga kerja atau kuli di perkebunan tembakau Deli. Sebagian kuli yang direkrut Nienhuys bukanlah warga pribumi, melainkan dari luar Nusantara, salah satunya India.
Simak kisah perbudakan petani perkebunan Tembakau Deli berikut ini.
-
Siapa saja yang menjadi buruh wanita di Deli? Selain itu calon buruh pun diperbolehkan membawa istrinya. Saat itu tembakau di Deli meledak di pasaran Eropa. Kebutuhan akan pekerja pun makin meningkat. Pada akhir abad ke-19, sedikitnya ada 55.000 buruh Jawa dan Tiongkok di Perkebunan Deli. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 100.000 pada tahun 1912.
-
Di mana tembakau ditanam di masa Kolonial? Pada tahun 1650, VOC mengalihfungsikan beberapa kawasan untuk perkebunan tembakau. Beberapa kawasan itu seperti Kedu, Bagelen, Malang, dan Priangan.
-
Kenapa buruh wanita di Deli didatangkan? Saat itu tembakau di Deli meledak di pasaran Eropa. Kebutuhan akan pekerja pun makin meningkat. Pada akhir abad ke-19, sedikitnya ada 55.000 buruh Jawa dan Tiongkok di Perkebunan Deli. Jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 100.000 pada tahun 1912.
-
Bagaimana cara Belanda merekrut buruh untuk perkebunan karet? Ketika pembukaan perkebunan karet di Langsa, Gubernur Sipil dan Militer bernama van Daalen sudah berencana merekrut para pekerja dari masyarakat lokal.
-
Kenapa Belanda datangkan buruh Jawa? Minimnya pekerja di perkebunan maupun di pabrik membuat produksi semakin tersendat. Minimnya tenaga kerja di Pulau Sumatera membuat para pengusaha memutar otaknya. Akhirnya muncul inisiatif mendatangkan tenaga kerja langsung dari Pulau Jawa.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
Rekrut Ribuan Pekerja
Menurut Enggar Istiyana dalam jurnal KULI PEREMPUAN INDIA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI 1883-1930, saat itu Nienhuys memiliki kendala terkait perekrutan tenaga kerja.
Paslanya warga lokal (Melayu dan Batak) menolak untuk direkrut lantaran mereka telah memiliki sumber penghasilan dari tanah perkebunan sendiri.
Nienhuys harus memutar otak agar bisnis perkebunan seluas ratusan hektare itu bisa berjalan lancar. Akhirnya ia merekrut pekerja dari luar negeri, seperti Cina, Penang, bahkan India.
Pada abad 19, upah tenaga kerja asal Cina semakin mahal. Sementara itu Nienhuys tidak ingin menggolontorkan dana berlebih untuk membayar pekerjanya.
Ia lantas memutuskan untuk mengambil tenaga kerja dari Jawa dan India yang cenderung upahnya lebih murah. Pada tahun 1883, pekerja asal India mencapai 1.528 orang termasuk kaum perempuan.
Dari total ribuan pekerja dari India, pemerintah Belanda menetapkan peraturan dalam merekrut tenaga kerja perempuan dari India yang dibatasi maksimal 40 orang dalam setahun.
Mereka tidak ditempatkan dalam pekerjaan yang berat, justru dipekerjakan di bagian pasca produksi. Hal ini dikarenakan kuli perempuan lebih telaten dan lembut. Tak hanya itu, mereka sengaja ditempatkan di pekerjaan ringan untuk menjaga lekuk tubuhnya.
Sebab, mereka juga dimanfaatkan oleh Belanda untuk menjadi daya tarik para pekerja laki-laki agar betah dan terus bekerja di bawah perusahaan Belanda tersebut.
Adapun syarat perekrutan pekerja perempuan yaitu mempunyai tubuh yang bagus dan usianya masih muda.
Miliki Keahlian Lebih
Para kuli perempuan di perkebunan tembakau Deli bekerja keras menjaga kualitas produksi. Mereka dikenal telaten dan lembut sehingga produknya memiliki nilai julan yang tinggi.
Bekerja di bagian produksi tembakau tidak boleh asal-asalan.
Pasalnya komoditas yang satu ini dulunya termasuk tanaman elite yang mutu dan kualitasnya harus dijaga dengan hati-hati ketika sudah panen.
Secara garis besar, pekerjaan utama para perempuan adalah memilah daun tembakau sesuai kelompok dan sifatnya. Selain itu, mereka juga harus memperhatikan kualitas mutu daun tembakau, seperti tidak boleh ada bercak serangan hama atau penyakit tanaman.
Jadi Pelacur
Dengan upah yang rendah, para kuli wanita di Tembakau Deli tak bisa hidup secara berkecukupan. Di luar pabrik, tak sedikit dari mereka memiliki pekerjaan sampingan menjadi pelacur.
Mereka bekerja sebagai pemuas nafsu para pekerja laki-laki setelah waktu bekerja telah selesai. Para kuli laki-laki akan datang ke tempat hiburan yang telah disediakan oleh penguasa perkebunan untuk berpesta, judi, dan memuaskan hawa nafsunya.
Ada perbedaan kasta setiap perempuan dari Cina, Jawa, dan India. Perempuan Cina cenderung melayani orang penting di lingkup perkebunan. Sementara itu perempuan Jawa dan India, mereka melayani orang-orang yang masih setara dengannya, yaitu para kuli tembakau.